Eve pulang ke mansion Adwitiya untuk mengambil koper yang telah disiapkan oleh bi Jum di antar oleh Tala. Saat sampai di parkir mansion Tala tidak turun dari mobil karena Tala terlalu malas untuk mengantar Eve saja terpaksa karena dipaksa oleh Adya. Sedangkan wanita itu ikut pulang bareng ibu Dhara dan ayah Davka.
Merasa bersyukur karena Tala tidak turun dari dalam mobil karena Eve tidak ingin Tala melihat dan mendengar bagaimana perlakuan keluarga Adwitiya kepadanya. Bukan karena Eve berpikir bahwa Tala akan membelanya di depan keluarganya tapi karen Eve tidak ingin Tala juga ikut mencercanya setelah pulang atau diam ketika keluarga Adwitiya menunjukkan ketidaksukaan dan menyudutkan dirinya di hadapan Tala. Bagi Eve sudah cukup Tala yang membenci dirinya karena masa lalu yang belum usai tanpa mendengar penjelasan darinya.
Terserah apa yang ada di benak ataupun perkataan Tala, Eve akan berusaha untuk tidak mempedulikanya walaupun Eve merasakan sakit hati. Tapi, bukankah Eve sudah kebal dengan itu bagaimana mentalnya terus ditekan oleh keluarga Adiwitiya yang tidak menerima dan menghargainya jadi Eve harus kuat dengan perlakuan dan perkataan Tala ke depan nantinya.
Eve tau bahwa tidak ada cinta untuknya dan tidak akan pernah jika itu terjadi mungkin hanya mimpi bagi Eve begitu juga dengan cintanya seorang Nabastala yang hanya untuk Adya Parabawa istrinya.
Melangkahkan kakinya menaiki tangga saat melihat tidak ada orang yang sedang duduk di ruang keluarga ataupun tamu. Dengan cepat langkah kaki Eve berjalan ke kamarnya karena saat ini Eve tidak ingin mendengar hinaan untuk dirinya lagi.
Namun, setelah keluar dari kamar dan menyeret kopernya Eve melihat bibi Bora yang sedang menatap Eve tanpa ekspresi sedikit menahan nafasnya. “Bibi, Eve pamit pergi.” Sapa Eve dengan sopan, saat tangan Eve berniat untuk mencium tangan bibi Bora dengan segera bibi Bora mengibas tangannya agar tidak bersentuhan dengan Eve.
“Jangan sentuh saya anak pungut. Pergilah dari rumah ini dan jangan pernah kembali ataupun meminta sepeserpun harta dari keluarga Adwitiya karena kamu sama sekali tidak berhak menerimanya.” Ucapan pedas yang didengarkan Eve sangat menyakiti telinga dan hatinya namun ia harus kuat karena setelah ini pasti masalah yang menimpanya akan semakin besar. Masuk ke kandang buaya diterkam seekor singa.
“Jangan pernah datang ke sini lagi karena kamu bukanlah siapa-siapa di sini. Anak pungut tetap anak pungut asal usulmu sungguh tidak jelas.” Setelah mengatakan itu bibi Bora berjalan menjauh meninggalkan Eve yang masih mematung untuk mengatur nafasnya yang kian sesak.
Menguatkan hatinya untuk tetap kuat seperti karang itulah yang sering dilakukan Eve, tidak peduli seberapa menyakitkan perkataan dan perlakuan keluarga Adwitiya kepada Eve semua sudah menjadi takdirnya.
Eve melanjutkankan langkah kakinya ketika berada di lantai satu Eve berpapasan dengan Gulzar. Saling memandang satu sama lain saat Eve ingin menyapa Gulzar melewati Eve begitu saja hal itu membuat Eve sangat sedih.
“Nona Eve.” Panggil bi Jum melihat Eve dengan senyum tulusnya hingga membuat Eve menatap ke arah samping di mana bi Jum berada.
“Bibi, Eve pasti akan sangat merindukan bibi. Setelah ini akan sangat sulit buat kita bertemu ke depannya.” Ucap Eve dengan lembut dan senyumannya yang menurut bi Jum sangat terpaksa karena ada luka di matanya. Namun bi Jum tidak ingin membuat Eve merasa tidak nyaman dan canggung dengannya apalagi jika bi Jum bertanya maka Eve akan mengatakan bahwa Eve baik-baik saja.
“Iya Non bibi juga akan sangat merindukan Nona. Kita akan tetap bertemu Nona, jika bibi merindukan Nona bolehkan bibi bertemu dan berkunjung ke rumah sakit tempat Nona bekerja nanti atau bertukar sapa melalui telepon?” Tanya bi Jum sedangkan Eve mengangguk tersenyum mendengarnya.
“Tentu saja bibi, maafkan Eve ya selama ini membuat bibi repot. Eve pergi dulu karena suami Eve sedang menunggu di dalam mobil.” Mendengar hal itu membuat bi Jum berbinar senang ternyata suami dari Nona yang didepannya ini sangat perhatian.
“Berbahagialah Nona, jika perlu bantuan segera hubungi bibi.” Ucapan perpisahan itu pun berakhir.
“Bapak maaf ya lama.” Ucap Eve setelah Eve duduk di samping Tala di belakang kepada sang sopir sedangkan Tala hanya diam sambil memainkan gadget untuk memeriksa e-mail yang masuk.
“Iya Nona tidak apa-apa pasti sangat berat bagi keluarga Nona untuk berpisah dengan Nona.” Jawab pak sopir dengan ramah. Eve yang mendengarnya tersenyum miris sambil mencengkram kedua tangannya pada tas selempang di atas pahanya.
Keheningan melanda di dalam mobil, bapak sopir yang melihatnya menjadi bingung ketika ikut merasakan atmosfer yang sangat dingin di antara suami istri baru tersebut.
“Sabar Eve setelah 2 tahun kamu akan pergi jauh dari semua orang ini. Bertahanlah 2 tahun itu tidak lama kamu pasti bisa.” Ucap Eve dalam diamnya dengan mata berkaca-kaca sambil memandang pemandangan di luar jendela mobil
Sesampainya di sebuah mansion yang sangat besar dari keluarga Adwitiya mobil yan ditumpangi oleh Eve dan Tala akhirnya berhenti. Eve melihat bangunan megah bak istana tersebut sambil menghela nafasnya.
Tala turun dari dalam mobil tanpa menghiraukan Eve yang sedang menyeret koper miliknya sendiri. Eve memandang kebingungan ke mana ia harus pergi melihat Tala sama sekali tidak menoleh ataupun mengajak dirinya. Banyak ketakutan dalam diri Eve walaupun hanya untuk sekedar bertanya.
“Sayang kalian sudah datang.” Sambut ibu Dhara dari arah dapur ketika ibu Dhara mendengar dari para pelayannya bahwa Tuan muda dan Nona muda sudah datang.
Eve memberikan senyumnya walaupun Eve masih canggung dengan mertuanya yang memanggil dirinya dengan sayang. Sudah lama sekali Eve tidak mendengarnya. Ibu Dhara segera memeluk Eve dan mencium pipi kanan dan kiri Eve dengan sayang mendapatkan perhatian yang tulus membuat hati Eve menghangat.
“Iya tante.” Ucap Eve hal itu membuat ibu Dhara cemberut karena Eve memanggil dirinya tante sambil mengelus kepala Eve dengan lembut seperti anaknya sendiri.
“Jangan memanggil tante dong menantu muda ibu panggil ibu ya kamu harus terbiasa begitu juga dengan ayah. Oh ya di mana suamimu?” Tanya ibu Dhara sedangkan Eve yang mendengarnya merasa agak aneh ketika mendengar kata suami.
“Kak Tala tadi kebelet pipis jadi sedikit terburu-buru i-ibu.” Jawab Eve dengan canggung memanggil ibu Dhara dengan ibu apalagi memanggil Tala dengan sebutan kakak perbedaan umur Tala dengan Eve hanya berjarak beberapa bulan saja. Eve sengaja tidak mengatakan bahwa Tala meninggalkan dirinya karena itu adalah permasalahan rumah tangganya jadi sebisa mungkin Eve harus menjaga nama baik suaminya. Eve
Ibu Dhara tersenyum lembut kepada Eve yang membela Tala anaknya dengan sangat baik walaupun ibu Dhara tau sendiri bahwa sebenarnya bukan seperti apa yang dikatakan Eve melainkan Eve sengaja ditinggal oleh Tala.
“Anak itu kebiasaan. Apa kamu tau dulu saat Tala masih berusia 10 tahun dia masih mengompol.” Ucap ibu Dhara yang membongkar aib Tala kepada Eve hingga membuat Eve menatap tidak percaya mendengarnya. “Dia luarnya aja terlihat keren padahal dalamnya tidak sama sekali.” Lanjut ibu Dhara dengan kesal.
“Apakah tidak apa-apa jika kak Tala mendengarnya?” Respon yang ditunjukkan Eve membuat ibu Dhara sangat gemas kepada menantu mudanya ini apalagi melihat wajah aneh menantu muda ketika mendengar dirinya menceritakan sedikit masa kecil Tala.
“Tidak apa-apa sayang, ada banyak hal yang memalukan dari Tala dan salah satunya yang ibu ceritakan sedikit. Lain kali kita akan mengobrol panjang bersama dengan Adya sambil melihat album foto masa kecil Tala.” Ucap ibu Dhara sambil cekikikan sendiri sedangkan Eve hanya tersenyum saja. “Baiklah mari ibu antarkan kamu ke kamar Tala.” Ajak ibu Dhara sambil menuntun Eve dalam gandengan tangannya sebelum tadi ibu Dhara meminta tolong kepada pelayan untuk membawa koper milik Eve.
“Sayang ini adalah kamar kamu dan Tala mulai sekarang.” Ucap ibu Dhara ketika mereka sampai di depan pintu sebuah kamar dengan cat warna putih dengan menggunakan lift. Lantai kamar yang dipijaki Eve sekarang adalah lantai 3.
Mansion ini terdiri dari 3 lantai, lantai pertama adalah dapur, ruang keluarga, ruang tamu, kamar utama milik ibu Dhara dan ayah Davka sedangkan di lantai dua adalah perpustakaan, ruang olahraga, ruang musik. Setiap ruangan sangat luas bagian yang dijelaskan hanya bagian umum saja.
“Ibu di mana kak Adya?” Tanya Eve karena sedari tadi dirinya datang ia tidak melihat keberadaan istri pertama suaminya.
“Adya sedang pergi keluar bersama ayah untuk membeli daging di supermarket dalam rangka menyambut kedatangan kamu.” Jelas ibu Dhara dengan senyumannya yang lembut, “Depan kamar kamu dan Tala adalah kamar Adya.” Tunjuk ibu Dhara ke arah kamar Adya. “Ibu tinggal dulu nanti segeralah turun ketika sudah selesai membersihkan diri tolong sampaikan pesan ibu suruh Tala untuk turun membantu ibu.”
Eve mengangguk dan memberikan senyumannya kemudian Eve membuka pintu kamar dengan pelan setelah mengetuk pintu beberapa kali. Ketika Eve membuka pintu betapa terkejutnya melihat foto pernikahan mereka kemarin terpampang di atas ranjang. Nuansa kamar berwarna biru gelap begitu juga dengan bed cover ada juga boneka panda-nya yang tadi dicari Eve di rumah Adwitiya ke sana kemari ternyata sudah ada di sini.
“Aku merindukanmu.” Ucap Eve sambil memeluk dan mencium boneka panda tersebut dengan sayang untuk menunjukkan betapa ia merindukannya boneka berwarna hitam dan putih tersebut sampai Eve tidak menyadari ada sepasang mata elang yang menatap dirinya dengan datar.
Saat Eve selesai dengan ritual mengungkapkan kerinduannya Eve membalikkan badannya dan betapa terkejut dirinya saat melihat Tala yang kini sedang menatap tajam dirinya dengan sehelai handuk yang melilit di pinggangnya.
“Kenapa dia menatap aku seperti itu membuat kaget saja apalagi itu dengan hanya memakai handuk di pinggangnya.” Ucap Eve dalam dia dan mengalihkan pandangannya kembali ke arah boneka panda yang masih di pegang-nya.
Kemudian Eve teringat dengan perkataan ibu Dhara tadi kepadanya bahwa Tala masih mengompol di usianya yang ke sepuluh tahun hingga membuat Eve terkekeh sendiri mengingatnya. Tala yang melihat Eve tertawa sendiri melirik dengan tajam namun Tala tidak menggubrisnya.
“Kak Tala tadi ibu meminta kakak untuk segera turun ke bawah.” Ucap Eve dengan membelakangi Tala sebenarnya mulut Eve sangat gatal memanggil Tala dengan embelan kakak. Sedangkan Tala sempat sedikit terdiam sejenak sambil memakaikan pakaiannya.
Eve pun akhirnya menyusul ke lantai bawah setelah selesai membersihkan dirinya, ketika Eve membuka pintu kamar Eve melihat Adya yang sedang tersenyum menatap dirinya. “Kak Adya sudah pulang sejak kapan?” Tanya Eve yang berjalan mendekat ke arah Adya.
“Baru saja.” Jawab Adya, “Eve kakak mau ke kamar dulu ya.” Pamit Adya kepada Eve sedangkan Eve menganggukkan kepalanya. Adya bernafas dengan lega setelah menutup pintu dan mengunci pintu kamarnya. Adya melihat obat yang sedang dibelinya tadi bersama dengan ayah Davka.
Sementara Eve masih termenung di depan pintu kamar Adya sambil memikirkan sesuatu apalagi melihat gelagat aneh yang ditunjukkan Adya kepada dirinya. Dari jauh Tala melihat Eve di depan kamar Adya.
“Apa yang sedang kamu lakukan segeralah turun untuk membantu ibu di bawah.” Ucap Tala dengan dingin hingga membuat Eve tersentak kaget mendengarnya. Eve memegang dadanya yang melihat Tala sudah ada di depan mata entah bagaimana pria tersebut berjalan suara langkah kakinya tidak bisa Eve dengarkan apa karena Eve terlalu fokus dengan tingkah aneh yang ditunjukkan Adya ketika dirinya menyapa istri pertama suaminya tersebut.
“Kenapa kam masih diam di sini. Jangan berasa menjadi Nyonya di rumah ini karena kamu bukanlah siapa-siapa.” Ucap Tala dengan dingin lalu berjalan pergi meninggalkan Eve.
Menghela nafasnya dengan keras setelah mendengar perkataan suaminya yang sangat pedas itu. “Sabar Eve hanya dua tahun itu tidak akan lama setelah itu kamu bebas dari semuanya.” Ucap Eve menguatkan hatinya.
Di taman belakang semua berkumpul untuk menikmati makan malam mereka dengan daging panggang yang telah disiapkan oleh pria di dalam keluarga Werawan tersebut. Semua orang mendengar cerita Adya yang sangat semangat tersebut, “jadi kapan kalian akan berbulan madu?” Tanya Adya hingga membuat Eve mengurungkan niatnya untuk memasukkan makanan ke dalam mulutnya sambil menatap semua orang yang sedang menatap dirinya dan Nabastala yang berada di antara dirinya dan Adya.
Sementara Tala hanya diam mendengar perkataan Adya mengenai bulan madu. Ibu Dhara dan ayah Davka yang melihatnya tersenyum apalagi ekspresi wajah Eve yang terlihat memerah ketika menantu pertama mereka menanyakan bulan madu.
“Tidak ada bulan madu.” Jawab Tala dengan datarnya, Adya yang mendengarnya segera mencubit lengan Tala yang berada di dekatnya hingga membuat Tala mengaduh kesakitan.
“Kalian ini.” Ucap ibu Dhara yang melihat kelakuan Tala dan Adya seperti ini hanya menggelengkan kepalanya. “Tala Eve, ibu dan ayah sudah membelikan tiket pesawat buat kalian berdua. Adya juga sudah mereservasi hotel buat kalian di sana nanti. Besok kalian akan berangkat bulan madu. Jadi, persiapkanlah diri kalian. Kami berharap segera mendengar kabar baik.” Ucap ibu Dhara dengan lembut sambil menatap ke arah Eve. “Ibu tidak ingin mendengar bantahan.” Ucap ibu Dhara.
Setelah selesai obrolan yang ditutup mengenai bulan madu tersebut Tala menuju ke ruang kerjanya sedangkan Eve kembali ke kamar di mana kamarnya dan Tala berada. Eve sendirian di dalam kamar sambil menonton TV selama dua jam lamanya namun Tala belum kembali dari ruang kerjanya. Eve berpikir mungkin Tala sedang tidur di kamar Adya.
Tak lama kemudian Tala masuk ke dalam kamar tanpa melirik Eve yang sedang berada di tempat tidurnya. Kaki Tala mengarahkan ke arah kamar mandi, tak lama kemudian Eve mendengar suara pintu kamar yang diketuk.
Setelah Eve membukakan pintunya Eve melihat Adya yang sedang membawakan susu buat Eve yang telah disiapkan oleh ibu Dhara kepada Eve. “Eve ini susu yang dibuat ibu untukmu segera minum ya. Ibu biasanya memang begitu jadi mulai sekarang kam harus terbiasa dengan itu. Dan ini untuk Tala.” Ucap Adya dengan senyuman dan nada bicaranya yang ceria.
Eve mengangguk dan ikut tersenyum melihat Adya kemudian Adya pergi meninggalkan Eve setelah pamit mengundurkan diri. Di dalam kamar Eve segera meminum susu yang telah diberikan Adya untuk dirinya. Entah kenapa Eve merasakan bahwa rasa susunya sangat aneh apa karena ini ada ramuannya dalam benak Eve berkata.
Tala keluar dari kamar mandi setelah selesai membersihkan dirinya dan melihat di atas laci meja sudah ada susu seperti biasanya. Itu pasti ibu yang telah menyiapkannya Tala juga melirik gelas kosong di samping gelas susunya itu.
Mengambil gelas susu tersebut untuk segera meminumnya namun Eve memegang tangan Tala, “ja-jang-jangan minum susunya.” Ucap Eve terbata-bata ketika dirinya merasakan reaksi yang aneh dengan tubuhnya setelah meminum susu tersebut apalagi ketika tangannya menyentuh tangan Tala yang dingin dan melihat Tala yang hanya memakai celana tidurnya saja.
Tala segera menepiskan tangan Eve yang memegang tangannya tanpa menghiraukan larangan Eve. “Sama seperti dulu bodoh.” Ucap Eve tanpa sadar karena berusaha untuk menetralkan pikirannya dan badannya yang mulai panas.
Sementara yang mendengarnya menatap tajam ke arah Eve yang berkata kasar dengannya setelah dirinya berhasil menghabiskan susu yang dibuatkan ibunya seperti biasa. “Kamu mengataiku apa?” Tanya Tala sambil memegang tangan Eve sedangkan Eve yang melihat Tala menggenggam tangannya segera menepisnya karena sungguh reaksi tubuhnya sangat aneh sepertinya.
“Jangan sen-sentuh aku. Kalau tidak kita akan bahaya.” Ucap Eve sedangkan Tala mulai merasakan reaksi dari susu yang diminumnya apalagi melihat Eve yang menolak sentuhannya.
“Kenapa bukankah kita sudah suami istri.” Ucap Tala sambil tangannya melingkar di perut Eve sedangkan Eve nafasnya menjadi tidak teratur Eve ingin sentuhan lebih dari ini namun logikanya masih berjalan.
Menatap bibir merah delima Eve dan memajukan wajahnya hingga ia mencium bibir yang selalu berusaha menggoda dirinya. Eve terkejut melihat apa yang dilakukan Tala kepadanya namun Eve tidak bisa menolaknya karena dalam dirinya sangat menginginkan juga. Tangan panjang Tala mengambil remote untuk mematikan lampu kamar menjadi lampu tidur.
Kemudian ia merebahkan tubuh Eve dan menindihnya hingga kejadian panas di antara sepasang suami istri itu tidak bisa dihindari.
Keduanya berkabut dengan gairah namun salah satu di antaranya menyadari sesuatu namun tidak menghentikannya. Aksi Tala dan Eve semakin panas hingga suhu kamar yang ber-AC tidak terasa menyentuh kulit mereka saking asiknya dengan kegiatan malam pertama di antara pengantin baru tersebut.
“Aku ingin...” Ucap Tala
*Bersambung*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 199 Episodes
Comments
Sunshine
Tala ini kalau bilang suka bilang aja napa sih gengsi sekali😑😏😏😒
2022-03-27
0
Sunshine
Hahahah ulah ibu Dhara dan Adya
2022-01-10
0
Wulandari Bulan
iihhh kesel aku sama bibinya
2022-01-09
0