I Miss You Mr. Bule

I Miss You Mr. Bule

Tugas Mendadak

 Yogyakarta.

Kota budaya. Kota pendidikan. Kota seni. Kota pariwisata. Begitulah beberapa julukan yang disematkan pada kota tua ini. Kota yang pernah dijadikan ibukota Republik Indonesia dan banyak meninggalkan jejak sejarah kehidupan kerajaan-kerajaan Jawa di masa lampau. Yogyakarta merupakan satu-satunya wilayah istimewa di Indonesia yang dipimpin oleh seorang raja yang sekaligus merangkap sebagai kepala daerah. Kota yang tak pernah sepi dikunjungi kaum turis, baik domestik maupun mancanegara.

Di kota inilah Arin melabuhkan impian dan cita-citanya. Bukan Jakarta atau Surayaba, kota metropolitan yang sering dijadikan tujuan bagi anak muda meraih mimpi dan kesuksesan. Arin lebih suka dengan kota Yogya. Bukan karena alasan dekat dengan kampung halamannya di Malang yang bisa ditempuh dengan kereta api hanya dalam beberapa jam, sehingga tak merepotkannya untuk sering pulang ke rumah. Juga bukan karena alasan primordial, masih dalam lingkup wilayah satu suku.

Tapi Arin ingin mengaplikasikan ilmunya. Setelah lulus dari Akademi Bahasa Asing, Arin langsung melamar kerja ke sebuah biro travel di Yogyakarta. Kenapa mesti Yogyakarta? Kenapa bukan Bali atau Jakarta? Karena Yogyakarta merupakan jantung pariwisata. Episentrum pariwisata di pulau Jawa. Banyak turis manca yang menjadikan Yogyakarta sebagai destinasi wisata utama setelah Bali. Arin ingin menjual tenaganya sebagai guide atau travel host. Kehidupan di kota Jogja yang cukup ramah dengan biaya hidup yang tak terlalu mahal, alasan lain Arin mengadu nasib di kota ini.

Belum genap empat tahun Arin menjalani profesi sebagai guide. Suka duka telah dialaminya. Tapi semua dijalaninya dengan hati senang, karena ia sangat mencintai profesi ini. Hobinya ber-travelling justru tersalurkan, ia kerap mengantar para turis yang menggunakan tenaganya ke beberapa obyek wisata di seluruh penjuru tanah Jawa. Mulai dari Ujung Kulon di sebelah barat provinsi Jawa Barat sampai ke pantai Banyuwangi di Jawa Timur. Bahkan beberapa kali ia disewa ke luar pulau Jawa. Ke pulau Sumbawa untuk menyaksikan Komodo, ke tanah Karo di Sulawesi, Danau Toba di Sumatera Utara, dan beberapa tempat eksotis lainnya di Indonesia. Semua dinikmati dengan gratis, karena segala akomodasi ditanggung si penyewa. Bahkan ia dapat tips lumayan!

Drrreeedd…!

Bunyi ponsel yang bergetar karena di-silence mengejutkan Arin. Baru saja dia menghempaskan tubuhnya di atas ranjang kamar kosnya yang kecil di sudut kampung dekat Kali Code, melepas penat setelah seharian mengantar turis Jepang keliling Kasunanan Surakarta. Dengan malas gadis duapuluh enam tahun itu merogoh saku celana jeansnya, mengambil ponsel. Sambil menyibakkan rambut panjangnya ia menempelkan ponsel dekat telinga. Sebelumnya ia menengok layar ponselnya dan ia tahu yang menelepon adalah Ira, teman sesama guide.

“Aduh, Rin. Kok lama amat ngangkat teleponnya, sih?!” seru Ira di seberang sana dengan suara cemprangnya yang memekakkan telinga.

“Sori, aku baru saja nyampe di kos. Ada apa?” sahut Arin dengan nada lesu. Ia memang lagi tak mood untuk menerima telepon dari siapa pun. Apalagi dari Ira, yang ia tahu tukang ngerumpi. Pasti gadis itu mau mengajaknya ngobrol. Tak masalah kalau ngobrolnya sebentar, sekadar menanyakan jadwal touring. Tapi mulut Ira yang tipis itu tak bisa direm kalau sudah nyerocos. Pembicaraan tentang A bisa melebar sampai D, E, bahkan Z. Padahal saat ini ia sedang ingin beristirahat!

“Tolong bantu aku, Rin?”

“Bantu apa?” Arin mulai menangkap gelagat tidak enak.

“Besok aku ada jadwal mengantar turis ke Bandung. Tapi kayaknya aku tidak bisa. Aku minta bantuan kamu untuk menggantikannya. Mau kan, Rin?”

“Tapi, Ra…?”

“Please, Rin! Soalnya semua teman sudah ada jadwal sendiri-sendiri. Hanya kamu yang kayaknya kosong. Jadi mau kan, Rin, kamu menggantikan tugasku? Nanti aku kasih kamu oleh-oleh kalau sudah pulang.”

“Memang kamu mau ke mana?”

“Pulang ke Surabaya!”

“Lho, kan baru dua minggu lalu kamu pulang kampung, kok sudah mau pulang lagi? Kamu nggak takut dimarahi bos?”

“Itulah makanya, Rin. Tolong gantiin aku! Please, cuma tiga hari saja. Nanti kalau kamu pengen pulang ke Malang, aku akan gantikan tugasmu. Adil, kan?”

“Tapi, Ra…?”

“Ayolah, Rin! Kamu temenku yang paling baik. Tolong, dong. Aku nggak mau kalau nanti sampai dipecat karena mangkir dari tugas.”

“Memang nggak bisa ditunda kepulanganmu ke Surabaya? Bagaimana kalau besok tiba-tiba aku dapat tugas dari bos?”

“Nggak mungkin ditunda, Rin. Soalnya ini sangat penting sekali. Menyangkut hidup dan matiku. Aku yakin, bos nggak akan ngasih kamu tugas. Soalnya sudah sebulan beruntun kamu keluar kota. Kamu berhak cuti selama tiga hari…”

Arin tersenyum kecut. Ira tampaknya tahu persis dengan jadwal kegiatannya selama ini. Padahal Arin berencana akan memanfaatkan cutinya selama tiga hari memanjakan diri sepuasnya. Bisa tidur seharian, baca-baca novel, atau nonton film. Tapi Ira akan merusak rencana itu. Sebenarnya Arin bisa saja menolak dengan tegas permintaan Ira, tapi mendengar nada suaranya yang memelas itu hatinya jadi tak tega. Sepertinya Ira benar-benar butuh pertolongan.

“Memang ada urusan penting apa di Surabaya sampai menyangkut hidup matimu segala?” tanya Arin jadi ingin tahu.

“Aku mau dilamar, Rin!”

“What’s?!” Arin terkejut mendengarnya.

“Beneran, Rin! Aku mau dilamar Mas Tejo, laki-laki yang sering kuceritakan itu. Dia ngasih tahu kalau besok mau datang ke rumah untuk melamar. Makanya, Papa sama Mama minta supaya aku pulang sebentar!”

“Kenapa kamu nggak pernah cerita sebelumnya?” Arin ikut senang juga mendengar kabar sahabatnya mau dilamar.

“Sori, Rin. Semuanya serba mendadak! Sudah ya, Rin. Aku nggak bisa berlama-lama, soalnya aku sudah mau berangkat!” ujar Ira terdengar terburu-buru.

“Lho, memang kamu sekarang ada di mana?”

“Di bandara!”

“Bandara…?!”

“Ya! Aku sudah tinggalkan semua dokumen perjalanan dan agendanya sama Mbak Wita. Oke, thanks ya, Rin! Daaaghhh…!”

Tut, tut, tut…

“Halo? Haloooo…?!”

Arin mendesah napas. Berat. Begitu enaknya Ira melimpahkan tugas itu kepadanya. Dengan seenaknya pula dia menutup telepon, padahal Arin sama sekali belum menyatakan persetujuan. Dalam hati Arin jadi gondok dan sebel bukan main. Janji Ira akan bertukar tugas jika nanti Arin mau cuti tak menarik buat Arin, sebab hampir setahun Arin jarang pulang kampung. Paling hanya hari lebaran atau ada keperluan yang benar-benar penting. Tapi Arin mencoba menepis kekesalannya. Apa salahnya membantu teman. Apalagi Ira mau menghadapi hari paling bersejarah dalam hidupnya, yakni dilamar!

Siapa tahu dengan membantu orang yang akan segera mendapatkan jodoh bisa membuatnya segera mendapatkan jodoh pula! Arin jadi tersenyum sendiri, setidaknya ini bisa sedikit menghibur hatinya.

Arin kembali merebahkan badannya. Tapi tiba-tiba dia teringat pesan Ira. Dia segera menelepon Wita.

“Halo, Mbak. Katanya dokumen perjalanan dan agenda Ira untuk mengantar turis ke Bandung sudah dititipkan sama mbak?” tanya Arin to the point.

“Iya, Rin! Ira tadi pesan suruh dikasih ke kamu,” jawab Wita.

“Turis dari mana, Mbak?”

“Italy.”

“Berapa orang?”

“Sepuluh! Enam cowok, empat cewek!”

“Kapan berangkat?”

“Besok jam lima pagi!”

“Apa? Jam lima pagi?!”

“Ya! Mereka akan naik kereta api ekspres yang berangkat lebih awal!”

Arin menutup telepon. Dia kembali mendesah napas kesal. Dasar, Ira! Bikin kerjaan saja! Ufh, sebel! Arin hanya bisa menggerutu dalam hati.

 

 

Terpopuler

Comments

Nyonya Parmi

Nyonya Parmi

kesel banget kalo punya sobat kayak Ira... untungnya Arin baik hati

2021-12-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!