Akhirnya, sampailah rombongan di kota Bandung. Hari masih terang saat menginjak bumi parahyangan. Mereka langsung menuju hotel untuk check in. Robertino dan Diego tak menyiakan kesempatan untuk mengabadikan suasana sore kota berjuluk Paris van Java dari lantai sepuluh gedung hotel. Arin memilih mandi begitu tiba di kamar hotel, biar segar. Usai berdandan, dia kemudian keluar menuju loby. Siap menjalankan peran sebagai guide. Malam ini sehabis makan malam mereka ada jadwal menonton pertunjukan wayang golek di gedung kesenian. Lima hari ke depan mereka akan mengunjungi beberapa obyek wisata yang ada di sekitar kota Bandung.
Arin sudah beberapa kali mengunjungi Bandung, namun tak pernah ada kata bosan. Sebab, suasana Bandung tak beda jauh dengan Jogja. Meski terbilang kota modern dan dekat dengan ibukota namun Bandung cukup ramah buat para turis. Aneka hiburan baik modern dan tradisional ada di sini. Bandung juga dikenal melahirkan banyak seniman kontemporer maupun klasik. Di kota ini sering digelar pagelaran seni tari, musik, lukis, film, maupun beragam seni kreatif lainnya, khususnya yang bernuansa Sunda. Kota Bandung bisa disebut juga kota pendidikan sebagaimana halnya Jogja. Karena di sini berdiri beberapa sekolah dan universitas yang cukup bergengsi, salah satunya adalah ITB.
Beberapa obyek wisata sangat elok bertebaran di sekitar Bandung. Ada Gunung Tangkuban Perahu, Kawah Upas, Kawah Domas, Gedung Sate, Gedung Asia Afrika, Taman Ganesha, Pemandian air panas di Ciater, dan banyak lagi. Bandung juga terkenal dengan factory outlet dan café. Konon pusat perbelanjaan fashion terbaik di Asia Tenggara berada di Bandung. Selain harganya relatif murah, kualitasnya juga terjamin. Beberapa sentra pengrajin celana jins bertebaran di kota ini. Sajian kuliner khas Bandung juga banyak berjajar di sepanjang jalan pusat kota. Kafe-kafe, restoran, dan warung pinggir jalan buka hingga tengah malam. Berbagai pertunjukan musik dari berbagai aliran marak disajikan di setiap pub dan café. Bandung telah menjelma menjadi kota penuh warna!
Sebagai guide Arin memang punya kewajiban mengantar turisnya ke mana pun pergi. Namun tentu disesuaikan jadwal atau agenda yang sudah disepakati. Jika sang turis meminta diantar di luar jadwal, maka ada tambahan fee yang diberikan kepada sang guide. Itu pun harus atas persetujuan sang guide. Bisa saja sang guide menolak karena alasan lelah atau waktu yang tidak memungkinkan. Si turis boleh menggunakan jasa guide luar. Tapi biasanya sih, sang guide mau-mau saja diajak pergi di luar jadwal. Karena ini berarti tambahan tip buat sang guide, dan ia tak perlu harus menyetorkan ke biro.
Arin sering menerima tambahan jadwal melancong dari para turis yang diantarnya. Karena dengan penambahan agenda berarti ada pemasukan tambahan buat kantor dan sang guide. Jadi, sama-sama untung. Biasanya sang turis yang meminta tambahan agenda karena ada sesuatu kepentingan, semisal ada kegiatan peliputan, penelitian, atau karena belum puas menikmati obyek wisata yang dikunjungi. Dari sekian kegiatan mengantar turis, Arin paling suka menemani turis yang sedang mengadakan penelitian. Mereka lebih sering membawanya ke situs-situs budaya dan sejarah yang jadi obyek penelitian. Semisal ke reruntuhan candi, kraton, situs purbakala, prasasti, dan semacamnya. Ini menjadi pengalaman berbeda buatnya dan menambah wawasan!
Tapi kali ini Arin mendapatkan pengalaman tidak mengenakkan. Robertino dan Diego meminta jadwal tambahan dari agenda yang disepakati. Mereka meminta ditemani dugem ke klab malam. Mereka bersedia memberi tambahan uang tip. Arin menolak, selain karena alasan sudah capek, dia tidak suka pergi ke klab malam. Apalagi besok pagi-pagi mereka sudah harus check out dan kembali ke Jogja. Tapi kedua cowok sombong itu terus memaksa. Mereka bahkan setengah mengancam akan melaporkan ke bos Arin. Mereka berjanji tidak sampai larut malam. Akhirnya, Arin bersedia dengan hati terpaksa!
Suasana ruang klab malam yang hingar bingar dengan musik hip hop terasa memekakkan telinga. Lampu spotlight warna-warni berpendaran memenuhi ruangan. Arin memilih duduk di sudut memisahkan diri dari keramaian. Sementara dua bule tengik itu asyik berajojing di lantai dansa. Mereka menggandeng cewek berbaju seksi yang baru saja dikenal. Bau asap rokok dan minuman beralkohol bertebaran, menyengakkan hidung. Perut Arin rasanya mual dan ingin muntah saja. Kalau tidak ingat menunggu dua cecunguk itu Arin lebih suka memilih menyurukkan tubuh di atas ranjang, melepas penat!
“Hai, sendirian saja?” sapa seorang cowok bertampang begundal menyapanya. Arin melengoskan wajah.
“Kok diam saja? Sakit gigi ya? Jangan sok jual mahal deh!” Orang itu mulai kurang ajar.
Inilah yang tidak disukai Arin jika mengunjungi klab malam. Dirinya akan dianggap perempuan gampangan. Gampang diajak kencan, melantai, dan juga bobo bersama. Bukankah begitu? Lihat saja dua bule Italy itu. Tanpa harus saling kenal sebelumnya, mereka sudah dapat pasangan. Dua cewek yang sedang melantai dengan duo cowok bule itu begitu mudahnya diajak dansa. Mereka pasti pengunjung tetap klab malam ini. Jadi, siapa saja perempuan yang memasuki klab malam ini akan dianggap sama seperti dua cewek sexy itu. Arin tak mau menjadikan dirinya cewek murahan yang menukarkan harga diri dan kehormatan hanya demi segelas minuman!
Karena kesal oleh celotehan cowok bermuka badak itu Arin memutuskan beranjak pergi. Dia tak pedulikan Robertino dan Diego yang masih asyik dengan ‘pacar-pacar baru’-nya. Lagi pula ini sudah lebih dari cukup memberi tambahan waktu. Arin yakin, kedua bule tengik itu tahu jalan pulang ke hotel. Dengan langkah bergegas setengah berlari Arin keluar dari ruang klab malam. Dia tidak menyadari ada seseorang mengikutinya dari belakang. Arin sudah sampai di halaman gedung klab malam, merasa lega. Dia segera menuju ke jalan raya untuk mencari taksi. Arin berdiri di trotoar menunggu taksi lewat.
Tiba-tiba tanpa disangka, tiga cowok berbadan kekar muncul di sampingnya. Mereka tertawa terkekeh.
“Mau ke mana, Neng? Ayo, ikut kami. Nanti kami antar sampai ke rumah!” kata salah seorang dari mereka yang bertampang sangar.
“Jangan khawatir! Kita orang baik-baik, kok!” Kali ini cowok yang tadi mengganggu Arin di ruang klab malam sambil menyeringai.
Wajah Arin terkesiap. Pucat. Dia bisa membaca niat buruk tiga cowok begundal ini. Tanpa pikir panjang Arin segera pergi meninggalkan tempat itu. Tapi ketiga cowok itu tak membiarkannya. Salah seorang dari mereka mencekal tangannya. Arin terpekik kesakitan oleh cengkeraman tangan kekar yang kuat.
“Lepaskan! Saya akan berteriak jika kalian berani macam-macam!” ancam Arin dengan wajah meradang.
“Wah, bisa bicara juga neng geulis ini? Aku kira bisu! Silahkan kalau mau teriak. Tidak bakal ada yang menolong!” tukas cowok bertato di lengannya sambil cengengesan.
Arin jadi ketakutan. Dia tak mau jadi mangsa empuk tiga begundal busuk ini. Dia pernah membaca berita tentang kasus perkosaan yang menimpa perempuan di jalan. Arin tak mau mengalami nasib setragis itu. Ia tak mau jadi korban perkosaan.
Arin siap berteriak kencang untuk meminta pertolongan. Namun belum sampai mulutnya membuka, tiba-tiba salah seorang dari mereka membekapnya dari belakang. Arin tak bisa bersuara. Dia mencoba melepaskan diri, tapi kedua begundal itu dengan erat memegang kedua tangannya. Arin hanya bisa bergelinjangan seperti ikan patin terperangkap ke dalam bubu.
“Cepat bawa mobilnya ke sini, Jon!” Perintah salah seorang dari mereka kepada temannya.
Mobil jeep yang tampaknya sudah dipersiapkan itu segera muncul. Arin masih terus berusaha memberontak dan melawan. Namun tenaganya tak cukup kuat mengalahkan jepitan kedua begundal. Jalan raya di depan Arin sebenarnya cukup ramai kendaraan yang lewat, tapi tak ada satu pun yang berhenti untuk menolong Arin. Sementara gadis muda itu hanya bisa merintih dan menangis. Bayangan menakutkan akan terenggutnya kehormatan diri terpampang di depan mata. Dalam hati Arin hanya bisa berdoa memohon pertolongan Allah!
“Ya Allah! Ya Rabb! Tolonglah hamba-Mu yang lemah ini! Hindarkan hamba dari bencana yang bisa menghancurkan masa depan hamba! Tolong, ya Allah! Hadirkan seseorang untuk menolong dan membebaskanku dari tiga iblis jahat ini. Jika dia perempuan aku akan mengangkatnya sebagai saudara dekat. Jika dia laki-laki, aku akan bersedia menikah dengannya sekalipun buruk wajahnya!” Demikian isi doa Arin. Kedengarannya terlalu berlebihan, seperti isi sayembara pada zaman kerajaan tempoe doeloe. Tapi Arin mengucapkan dengan penuh kesungguhan dan hati tulus.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Nyonya Parmi
kasihan Arin... ayo lariiii...
2021-12-03
0