My Student, My Lovely
“Lepasin gak?” sahut seorang siswa putra melihat pacarnya digandeng siswa kelas sebelahnya.
“Gak usah ngegas gitu, lo tanya aja sama dia, masih mau gak jadi pacar lo?” ujar siswa yang berlabel nama Riko Findaza sambil menolak bahu Deon.
“Iya, Deon, kita putus aja ya?, habisnya lu gak asik, udah macam polisi lo, banyak aturan” sang pacar pun mengiyakan.
“Oke, kita putus. Dan gue pastikan gue pasti dapatin yang lebih baik dari lo!” ancam Deon
‘Bugh’ Deon yang masih dalam amarah, lekas tangannya menghantam wajah Riko.
Terjadi baku hantam di pagi ini. Cairan merah keluar di tepi bibir Riko dan Deon. Yang berujung pemanggilan keduanya ke ruang BK. Setelah perselisihan sengit keduanya damai di depan guru. Mereka terkesan tidak mau memperpanjang masalah yang akan berujung pemanggilan ke dua orang tua mereka, terutama masalah perempuan. Malu.
Ya, tentu malu. Deon yang memiliki nama panjang Deon Ananda Putra Wira Kusuma merupakan anak orang terpandang di pemerintahan kota ini. Sekolah tempat ia belajar pun adalah sekolah ternama, yang wartawan tidak akan segan-segan untuk menjatuhkan pamor orang tuanya. Sekolah Nasional Garda Bangsa namanya, sekolah ini terletak di antara gedung-gedung pencakar langit dan kawasan elit lainnya di tengah kota Jakarta Selatan. Dengan biaya operasional yang tinggi, maka bisa dipastikan yang menjadi siswa hanya yang berasal dari golongan kelas atas, kecuali jika ada program beasiswa untuk siswa pintar yang sudah dijaring ketika sejak SMP, sebagai bentuk pengabdian sekolah kepada pemerintah.
Keluar dari ruang BK, Deon bertubrukan dengan seseorang.
“Apaan sih, buat tambah kesel aja” Deon mengibas kesal rambutnya.
“Maaf, saya hanya mau ke ruang wakil”
Tanpa memperdulikan perkataan wanita itu, Deon melangkah ke kelasnya. Kelas yang terkenal riuh. Siswa-siswa di dalamnya merupakan siswa binaan dari guru BK. Terutama masalah keonaran. Pagi ini mereka sudah diberitahu bahwa akan ada guru yang akan menggantikan guru bahasa Inggris yang akan memasuki masa pensiun.
“Udah deh Deon, lo sama gue aja?” ledek Zara, siswa perempuan yang agak kecentilan
“Hah, Lo cantik sih, tapi ntar aja, kalo gue khilaf, gue pasti pacaran sama lo!”
Mendengar ucapan Deon, teman sekelas pun menjadi tertawa, muka Zara pun memerah.
“Hem, gue bercanda Zara... “ senyum di muka Zara pun mengembang. Setidaknya mereka tau, bahwa Deon walaupun sedikit brutal, dia orang yang kurang suka untuk bermain hati.
Deon duduk memenangkan dirinya. Sebenarnya dia juga tidak terlalu suka dengan Nicky. Perempuan yang membuatnya masuk ruang BK di pagi ini. Hanya saja dia ingin meyakinkan apakah Nicky benar-benar bisa menjadi kekasihnya, setelah lama mereka bersama. Karena memang Nickylah yang menggodanya terlebih dahulu. Ia tau, berdasarkan informasi yang didapat dari teman-teman yang ia percaya, Nicky hanya ingin bersenang-senang dengannya. Wajar saja, jika Nicky tidak terlalu ambil pusing masalah keluarga Deon yang sering ia lihat, jika bertandang ke rumah Deon. Bagi Nicky, berpacaran dengan Deon bisa meningkatkan statusnya di seantaro sekolah.
Dengan kejadian tadi pagi, Deon benar-benar bersyukur. Di usianya yang ke 19 tahun, jujur ia malas menjadi Don Juan di sekolahnya. Perawakan Deon yang terbilang ganteng dan manis terkadang menjadi beban buatnya, dikarenakan banyak yang mengelu-elukan dia lagaknya seperti artis. Deon bukan murid yang seperti itu. Ia sadar dan tak mau apa yang ia dapat selama 4 tahun di pesantren sia-sia.
***
Resania Hana Sikumbang, dengan langkah tegap, memulai perjalanan baktinya ke almamater yang telah memberikan ia beasiswa hingga ke perguruan tinggi. Sebenarnya bisa saya Resa melanjukan kuliahnya ke perguruan tinggi yang ada di luar negeri. Tetapi ia tak mungkin meninggalkan Ama dan adiknya sendirian di Jakarta. Ama yang sakit jiwa karena ditinggal Apa karena kejadian kebakaran di Tanah Abang, tempat kedua orang tuanya berdagang, mencari nafkah untuk keluarga. Apa yang saat itu sedang terlelap di kios pakaian karena kelelahan dengan pintu kios yang tertutup, tak sadar akan api yang telah berada di depan pintu. Hingga hari naas itu membuat Ama hanya bisa termenung dan menyesali, mengapa tidak menjemput atau mengingatkan pulang Apa malam itu.
Ya, disinilah kini Resania. Sekolah tempat ia menuntut ilmu dengan beasiswa juga, 3 tahun yang lalu.
“Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu, selamat pagi siswa-siswi sekalian?” Kepala Sekolah menyapa, di sampingnya berdiri dengan anggun wanita berusia sekitar 21 Tahun.
“Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatu, selamat pagi pak?”
“Baiklah, saya kesini mengantar kan Ibu Resania, yang akan menggantikan Bapak Widodo yang akan memasuki masa pensiun”
“Baiklah buk Resa, silakan mengajar, dan saya tinggal dulu ya!”
“Terima kasih pak”
“Apa kabar semuanya?”
“Baik buk”
“Ok, Call me Miss Re”. Resa menyebarkan pandangannya ke penjuru kelas. Ada seorang siswa yang terkesan tidak fokus. Duduk paling belakang sambil mencoret-coret buku.
“Maaf, itu yang duduk paling belakang, how are you? Hello? Hello?” hingga panggilan ke tiga tidak ada sahutan
“Deooon” panggil teman-temannya serentak, jujur Resa takut, jika ada persepsi kelas rusuh saat ia mengajar. Hal itu akan menjadi penilaian jelek bagi dirinya.
“Apaan sih, brisik tau” Deon membalas dengan lantangnya.
“Lagian lo, dipanggil gak nyahut-nyahut, noh Miss Re”
“i hope your attention in my lesson, please?” Miss Re menyeringai tajam ke wajah Deon
Deon yang seketika melihat wajah manis dengan jilbab berwarna gold, bagai melihat oase di tengah gurun pasir, seketika menjawab
“I wiiln’t only give my attention, if you want i can give my life for you”
Terdengar kelas makin riuh. Mata Resa terbelalak mendengarnya. Ia sudah terbiasa mendengar gombalan dari teman-temannya. Tapi ini muridnya. Dengan muka datar dan tanpa rasa bersalah.
“Oke, kita lanjutkan pelajaran kita” Resa melangkahkan kakinya ke arah depan.
“I’m serious, miss” kata yang membuat langkah Resa berhenti. Namun, setelah berpikir, dia langsung melanjutkan pelajarannya.
Resa penuh semangat menjelaskan tentang Text Prosedure. Ia enggan untuk melihat ke arah Deon karena sepertinya hanya akan mengganggu kosentrasinya mengajar. Waktu tiga bulan ini menjadi masa yang menentukan untuknya. Menjadi guru adalah impiannya. Apalagi untuk saat ini, Resa sangat membutuhkan biaya berobat Ama dan sekolah Reni adiknya. Sekolah Garda Bangsa sendiri yang menawarkannya kepada Resania selaku alumni yang mendapat beasiswa untuk melajutkan studinya. Resania pun satu-satunya alumni yang dibiayai sekolah dengan jurusan kependidikan. Ia bersyukur, guru-guru yang pernah mengajarnya merekomendasikannya untuk mengajar di sekolah ini.
“Baiklah, sekian dulu materinya, apakah ada pertanyaan lain?”
Deon mengangkat tangannya. Sebenarnya Resa malas untuk menanggapinya.
“Oke, Deon, apa yang mau kamu tanyakan?”
“Gak, jadi deh buk?” Sedari tadi dia kurang mencermati apa yang disampaikan Miss Re, hanya saja, tiba-tiba dia malu bertanya, takut ketahuan bahwa ia tidak kosentrasi.
“Oke, kalau begitu, saya permisi dulu. Jangan lupa pelajari kembali di rumah”
Dan Resa pun meninggalkan kelas. “Alhamdulillah, untuk hari ini ya Allah”. Gumamnya dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
128 √e980
Hai thor, lanjut terus. Semangat!
2023-05-01
1
Eny Rihana
Dunia anak muda tu ruwet
2022-03-18
0
Mayang
aku mampir
2022-02-27
0