"Pokoknya, Pa, Deon gak mau masuk STPDN. Deon gak kan mau belajar. Titik" Tegas Deon ke papanya.
"Terserah, pokoknya kamu sekarang mesti belajar dengan guru yang disarankan oleh sekolahmu, jangan buat malu nama Wira Kusuma, jika tidak semua fasilitas kamu, papa cabut". Ancam papanya.
"Shitt." Erang Deon.
Bel rumah berbunyi. Deon sudah siap untuk pergi. Ia akan mangkir, bahkan ingin minggat, jika terus dipaksa belajar demi nilai yg baik dan diusulkan papa ke sekolah kedinasan itu.
"Deon? Kamu mau kemana?" Sapa Resa begitu melihat Deon hendak pergi saat pintu rumah terbuka.
"Ada perlu apa Miss Re kesini, bukankah nilai bahasa Inggris ku bagus semua?"
Begitulah Deon, gurat-gurat habis kesalnya selalu tampak di beberapa waktu dia selesai marah.
"Emmm… emm… Miss mau apa ya? Tentu Miss mau mengajar, walaupun bukan pelajaran Miss".
"Suruh masuk, Miss Re nya Deon?"
"Oh, ya Miss, saya permisi dulu ya. Ini ada kunjungan kerja soalnya"
"Deon, ingat kata papa ya!"
"Berapa Miss dibayar untuk mengajar saya!" Nada bicara Deon agak tinggi membuat bibir Resa kelu untuk menjawabnya.
Resa yang ditawari mengajar tambahan dengan bayaran lima juta perbulan untuk meningkatkan prestasi Deon hanya terdiam. Matanya mulai berkaca-kaca. Hanya Ama yang dia ingat ketika menerima tawaran membimbing Deon, setelah kesepakatan tadi di ruang kepala sekolah tanpa sepengetahuan Deon.
"Berapa Miss? Apa bibir Miss tak bisa berkata-kata lagi?"
Resa melangkah keluar sedikit.
Dari luar dia mendengar
"Kamu tidak boleh begitu, Deon! Kasihan kan gurunya sudah datang malah kamu tolak"
"Ah mama, sama saja. Kemaren kemana aja mama? Mama juga ingin kan Deon ke sana. Mama juga gak ngerti Deon".
Ah, rasanya Resa sudah tak kuat untuk hari ini.
Dan ternyata Deon juga memang mau pergi. Saat membuka pintu Deon masih melihat bening kristal yang ada di tepi mata indah itu.
"Maafin, Deon, Miss" batinnya.
"Miss, pulang dulu. Silakan tanya sama Papa mu, Miss dibayar berapa?"
Resa menghidupkan motornya. Deon yang tak tega mengikuti motor Resa diam-diam.
Resa benar-benar gundah. Rasanya memang Deon hanya menggombali.
Sikap Deon yang ketus tadi memang 180 derajat berbeda, dengan saat ia di sekolah.
Padahal segala data untuk memotivasi belajar Deon sudah di tangannya. Ia sudah tau mengapa Deon tak begitu bersemangat mengikuti pelajaran yang lain. Dia senang ke traveler. Setidaknya itu tertulis di Media sosial miliknya. Dari postingan-postingan yang Resa dapati.
"Ssiittttt"
Resa kehilangan konsentrasi berkendara. Ia terjatuh dengan setelah menekan rem sekeras-kerasnya ketika hendak menghindari lubang di jalan itu.
Deon yang sedari tadi mengikuti Resa karena perasaan bersalah, gegas turun dan menggendong Resa ke klinik terdekat.
Sementara tukang parkir yang depan tempat jatuhnya Resa langsung mengamankan motornya.
"Ya, ampun Uni Resa?" Kata tukang parkirnya.
"Bapak tau, tempat tinggalnya?" Tanya Deon.
"Ya gimana gak tau, kalau Uni Resa hampir tiap Minggu ke sini bawa Ama nya berobat. Itu gang di depan itu rumahnya. Tanya aja sama orang di sana. Pasti tau.!"
Setelah meyakini bahwa Resa ditangani orang yang tepat, Deon segera ke rumah Resa. Dia tak ingin tau bahwa ia telah mengikuti gurunya itu.
Sakit. Ama.
Ah.
Deon mengendarai motor sport nya pelan. Dari hasil bertanya kepada sama anak-anak di depan tadi rumah Resa bercat biru muda.
Ia masih senyum-senyum saat teringat bertanya pada bocah-bocah sekitaran umur sepuluh tahunan di depan gang tadi.
"Dek, rumah Miss Re, dimana ya.. maksudnya Uni Resa?" Deon mencoba mengingat-ingat panggilan Resa yang diucapkan oleh tukang parkir tadi.
"Ooo… Uni Resa. Situ siapanya?"
"Wih aje gile nih bocah ditanya nyolot amat?" Batin Deon
"Hem, aye temannya?"
"Temennya apa pacarnya?"
"Temen kok dek"
"Ah, rugi banget kalau cuma jadi temennya, secara kak Resa cantik dan baik woi"
"Udah cepetan, kasih tau nih buat beli es krim kalian" Deon mengeluarkan duit seratus ribunya. Soalnya dia merasa diwawancarai.
"Ooo, ini namanya sogok menyogok. Kata Uni Resa gak boleh"
"Udah cepetan"
"Itu bang, yang cat biru sebelah kanan ya… yg pagaran putih, yang ada kucing manis belang tiga di depannya. Nama kucingnya Micky".
"Makasih! Jadi ini duitnya mau diapain"
"Kalau kami bisa menerima, kenapa harus menolak"
"Alhamdulillah, semoga Uni Resa berjodoh dengan Abang ganteng ini, kasihan bang Uni Resa belum pernah punya pacar!"
"Aamiin" seluruh bocah yang di sana ikut mengaminkan.
Termasuk Deon.
***
Deon berdiri di depan pintu rumah Resa. Rumah dengan halaman yang nyaman dan ditumbuhi bunga-bunga yang indah, menggambarkan bahwa yang empunya rumah pasti suka dengan keindahan.
"Assalamualaikum…"
"Assalamualaikum…"
Deon melihat wanita seumuran mamanya duduk dan hanya memandangnya saja dari ruang tamu.
"Assalamualaikum…" ulangnya lagi.
"Apa? Apa?" Wanita itu menuju ke arah Deon.
"Waalaikumsalam… maaf ibu saya mengganggu Anda. Ama masuk dulu ya, ini bukan Apa" gadis itu membawa wanita itu ke dalam kamar.
"Bisa dipastikan dia adalah adiknya Miss Re" gumam Deon dalam hati.
"Maaf, benar ini rumah Bu Resa?"
"Ya, benar. Ada apa ya?"
"Miss Re nya kecelakaan tadi. Sekarang ada di Klinik depan"
"Astaga, Uni…" wajah panik terlihat di raut muka adiknya.
"Miss Resa hanya pingsan, ayo ikut saya, biar motornya kamu yang bawa."
"Uwo, Reni pergi jemput Uni dulu ya di klinik, tadi dia terjatuh"
"Astaga, ya udah cepat pergi. Kasihan Uni sendiri." Jawab wanita yang disebut Uwo itu tak kalah panik.
"Hem, kamu gak takut saya bonceng? Siapa tau aja saya mau nyulik kamu?"
Ucap Deon pada Reni saat hendak naik ke motor.
"Uni saya orang yang baik. insyaAllah teman-teman Uni orang yang baik juga".
"Pantes, semuanya ramah sama Miss Re, dia orang baik, bahkan saat kelas Deon yang siswanya terkenal luar biasa lakunya, bisa luluh saat bertemu dengan Miss Re."
Gumam dalam hati Deon.
"Aduh, Uni masih sakit lah. Agak pusing."
"Sabar ya uni, siswa uni tadi minta obat di apotek"
"Nah itu dia, gimana, langsung pulang kita ya."
"Biar Miss Re saya yang bonceng"
"Gak mau ah, Uni sama Reni saja" bantah Resa.
"Uni kan tau kalau Reni ndak pandai bonceng orang."
"Atau saya pesankan taxi online saja ya, Miss?"
"Gak usah, ya udah, tapi hitungan kita belum selesai ya Deon"
"Udah luka, ngeyel lagi" ujar Deon dengan suara kecilnya.
"Pegang!"
"Gak!"
"Nanti Miss Re jatuh lho"
Akhirnya dengan ragu Resa memegang pinggang Deon agar tidak oleng.
"Miss, kalau gak sanggup pegang, boleh peluk kok!"
"Ih, maunya!"
"Aku serius Miss!"
Akhirnya mereka sampai ke rumah.
"Udah deh, kamu pulang gih, nanti papa kamu nyariin, sekalian bilang cari pengajar lain, kalau anaknya gak mau belajar sama saya!"
"Enggak, Miss, aku mau kok belajar sama Miss, aku tunggu sampai Miss sehat ya"
"Beneran Deon?"
"Aku memang jutekan, nakal, suka bikin onar Miss, tapi Deon pantang berbohong Miss."
"Oke, nanti Miss hubungi kamu!"
Hingga Deon ke luar rumah
"Deon, terimakasih ya!"
"Untuk apa Miss."
"Hem, gak ada!"
"Miss bohong, sedikit ada kristal keluar dari sudut matanya kembali, pasti ada sesuatu yang disimpannya" batin Deon berlalu. Dan saat menghidupkan motornya sepintas Deon mendengar panggilan wanita tadi
"Apa … Apa..!"
Seribu tanda tanya di hati Deon. Apa yang terjadi dengan wanita itu. Sembari ia menjalankan motornya menjelajah jalanan ibu kota.
Untuk sementara, dia mau menenangkan diri, sekedar untuk duduk di kota tua. Menikmati musisi jalanan dan melihat indahnya kebersamaan keluarga. Bahkan dia lupa sudah berapa lama ia tak bermain dan berkumpul dengan papa mamanya dalam kemesraan keluarga.
Papa dan mamanya sudah terlalu sibuk, atau memang usia yang memang sudah tak pantas lagi bercengkrama dengan orang tua.
Entahlah, yang penting malam ini Deon menikmati udara luar dengan secangkir kopi hangat yang dijaja anak-anak jalanan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Agus indrawati
aku udah like dan favorit ya🌹🌹
2022-03-15
0
Tarsiah🎯™
Miss Re dan Deon, aku padamu😘
2022-02-21
0
R. Noor
Aku mampir, salam dari ALYA, Seraut Wajah yang Kukenal 🥰
2022-02-20
0