"Gimana, Uni, sudah agak baikan?"
"Alhamdulillah, Ren,"
Sapa Reni dipagi hari ketika hendak sarapan.
"Ngomong-ngomong siswa Uni itu ganteng ya, gagah lagi!"
"Kamu digombalin juga?" Tanya Resa sambil menyendok nasinya.
"Hahaha… sikit!"
"Dasar Deon!" Sambil geleng-geleng kepala.
"Udah, punya pacar gak dia, Uni?"
"Auk ah gelap!"
"Kok jawabannya gitu sih, Uni?"
"Kalau ada kenapa? Mau jadi pacarnya?"
"Pacar sih tidak, kalau bisa sih jadi abang ipar!"
Resa tersedak mendengar perkataan Reni.
"Apaan sih kamu!"
"Oo,.. ada yang keki sepertinya?"
"Alah gak mungkin lagi lah… cuma siswa… ingat ya… siswa!"
Sambil menyentill hidung adiknya Resa berlalu lagi ke kamar Ama.
"Ama dah makan?"
"Sudah" begitulah jawaban Ama jika ditanya orang. Hanya menjawab sedikit dan pelan.
"Ya sudah Ama, istirahat lagi ya, kan sudah mandi".
Begitulah aktivis biasa pagi hari.
Hari ini Resa izin mengajar karena terjatuh kemarin. Resa mulai menyusun jadwal belajar Deon.
Hasil konsultasi dengan kepala sekolah, Deon akan ikut tes seleksi calon praja. Jadi, semua nilai harus aman terkendali.
***
"Hallo, Deon"
"Ya, Miss!"
"Kamu, kapan bisa mulai belajar?"
"Kapan Miss maunya, "Hem, Emangnya Miss dah baikan?"
"Alhamdulillah"
"Oke deh Miss, besok sore juga gak apa-apa?"
"Siip…!"
***
"Assalamualaikum…"
"Waalaikumsalam, Miss" Deon sendiri yang membuka pintu rumahnya.
"Hem, hari ini kita membahas tugas ya Bu yang belum kamu kerjakan ya?"
"Oke, Miss"
Kali ini Deon benar-benar fokus untuk mengerjakan tugas-tugasnya. Hingga beberapa hari ke depan dia tugasnya sudah harus lengkap.
Ia tak mau juga membuat buruk citra Miss Re di depan guru lainnya
Kemalasannya belakangan ini hanya didasarkan dengan ketidak adanya kesepakatan antara Deon dan orang tuanya.
***
Dua bulan sudah berlalu. Deon dan Miss Re sudah semakin akrab. Kedekatan mereka sudah mencapai beberapa rasa. Bercanda bersama, kesal bersama, dan baikan setelah kesal.
Deon pun kadang sering mengingat bagaimana sikapnya saat pertama kali berjumpa denga Miss Re. Apa yang dia katakan menjadi kenyataan.
Ada tumbuh rasa dewasa untuk saling menjaga dan menyayangi Miss Re.
Sementara itu, Resa yang merasakan gelisah masih belum mengakui bahwa hatinya benar-benar telah terisi. Dia sendiri pun bingung apa yang dia rasakan.
Belum lagi dia harus mengingat status orang tua Deon yang mempunyai jabatan strategis di pemerintahan, sedangkan Resa hanya orang biasa yang orang tuanya mengadu nasib ke Jakarta. Ditambah lagi kondisi Ama yang telah bertahun sakitnya.
Dia hanya berharap punya duit simpanan dan fokus untuk pengobatan Ama.
Reni, adiknya, juga sebentar lagi harus kuliah. Prioritas mana yang mau dilakukan pun menjadi hal yang bercabang di pikiran Resa.
***
Minggu ini Minggu terakhir Deon belajar bersamanya. Deon akan mengikuti ujian akhir sekolah.
"Deon, setelah ujian ini, kamu harus latihan fisik ya, gurunya sudah papa siapkan!"
"Ah, nanti saja lah pa!"
"Iya, dan jangan coba-coba kamu untuk pacaran"
"Kenapa sih, papa gak pernah mau mengerti Deon".
Ucap Deon sambil berlalu meninggalkan papanya.
"Deon!" Teriak papanya. Namun Deon tak mengacuhkan.
***
Sehari sebelumnya.
"Ma, papa kok merasa aneh ya, antara Deon dengan Miss Re!"
"Sepertinya begitu pa!"
"Tolong cari informasi tentang keluarga mereka, ma, tapi Deon jangan sampai tau, papa gak mau jika hal ini menjadi hal yang dapat membuat image papa menjadi turun".
"Iya, pa, mama pun malu kalau kita dapat calon menantu dari orang sembarangan. Walaupun mama akui, Miss Re itu baik, dan Deon itu menurut banget dengan apa yang dikatakannya."
***
"Aduh pa…, orang suruhan mama sudah ngikutin Miss Re, rupanya mamanya dia, sakit jiwa pa!" Adu mamanya Deon pada suaminya.
"Ah, masa' iya ma!"
"Iya, Pa, gimana kalau kita biarkan saja dulu seperti ini sampai Deon benar-benar mau masuk ke kampus praja ma!"
"Oke, pa, tapi jangan lama-lama ya. Nanti bisa-bisa Deon makin lengket sama anak orang tak waras itu pa!"
"Iya, nanti papa cari lagi bagaimana jalan keluarnya agar Deon lupa sama Miss Re nya itu."
Ya, sudah satu harian ini orang suruhan mama Deon mencari, kemudian mendapatkan informasi yang akurat mengenai Miss Re. Mulai dari nama, sekolah, keluarga, bahkan kondisi keuangan mereka.
Tidak ada yang sulit bagi keluarga Wira Kusuma untuk melakukan hal-hal seperti ini.
Sebagai keluarga pejabat, tentunya papa dan mama Deon tidak mau terjun langsung. Harus bisa menjaga kehormatan jabatannya, tentunya.
***
Suasana tenang menjalar ke seluruh sudut di SMA Garda Bangsa. Ya, hari ini ujian akhir dimulai. Deon sudah belajar dan ia yakin untuk mendapatkan nilai terbaik.
Hatinya dipenuhi semangat yang luar biasa, tak sabar rasanya ingin mengungkapkan perasaannya kepada Miss Re, guru cantik pendamai keresahan hatinya. Deon sudah tak peduli suara sumbang yang ia dengar karena sering bersama dengan Miss Re.
"Oi, melamun aja Lo Deon?" Sapaan dari Toni membuyarkan pikirannya.
"Ah, enggak!"
"Jadi Lo masuk kampus praja, bro?"
"Entahlah, Lo kan tau kalo gue gak suka terjun ke pemerintahan!"
"Ya udah deh, gue dukung yang terbaik buat Lo, by the way, Lo sekarang lagi jadi bahan omongan tuh, kedekatan Lo sama Miss Re!"
"Ah, biarin. Sampai saat ini gue dan Miss Re, masih seperti guru dan siswa. Selanjutnya, terserah gue donk, ya gak?" Sahut Deon dibarengi dengan tawanya yang renyah.
"Eh, gue heran ya, memang sepertinya Miss Re itu punya apa ya, kayaknya punya obat penenang yang didapat dari pancaran matanya, apalagi kalo mulai ngajar, selalu bilang, 'Attention, please!', Lo bayangin aja, itu kelas kita bisa langsung diem, mingkem, mbuh lah, pokoke, keren abis lah!"
Sambung Toni.
"Ah, gak usah mikirin Miss Re terus. Dia udah calon istri orang!"
"Beneran yang lo bilang?", "Siapakah pria beruntung itu?"
Bosan mendengar ocehan Toni, Deon berjalan melewati ruang majelis guru. Diam-diam Deon mencuri pandang ke Miss Re. Deon benar-benar berpikir kemana arah studinya setelah ini. Belum lagi ayahnya yang memaksanya untuk kuliah di kampus praja atau dia akan menuruti kata hatinya.
Dia terkadang iri dengan Kakaknya, Fian. Fiandra Purta Wira Kusuma. Kakaknya yang merupakan sulung kesayangan keluarga. Kakaknya bisa kuliah ke luar negeri dengan beasiswa pemerintahnya, mengambil jurusan yang ia inginkan. Sementara, Deon tidak punya hak memilih, setidaknya untuk saat ini.
Pedih. Ya pedih. Ia sekarang harus belajar meninggalkan segala hingar bingar dua remaja dan imajinasinya tentang perjalanan, tentang latar foto yang ia senangi, dan terakhir, tentang Miss Re, wanita Minang nan manis. Ia tak bisa membayangkan harus harus hidup di asrama dan tak lagi melihat senyum wanita itu.
"Miss Re, tunggu aku!" Ucapnya dalam hati.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Tarsiah🎯™
kok orang tua Deon jahat ya😷
2022-03-01
0
Leli Leli
dendam kekasih mampir lagi ni Thor🤗🤗🤗
2022-02-24
0
Yuna~~
lanjut thour
2022-02-03
1