Bukan Pelarian
“Airin, aku sedang membaca proposal yang kamu buat untuk Xander’s Group. Sepertinya harus ada yang direvisi deh.” Richie sahabatnya semenjak SMA meneleponnya.
“Bagian yang mana Ric?” tanya Airin. Ia menutup sementara layar laptopnya yang memperlihatkan transaksi
sahamnya, membuka dokumen proposal yang dikirimnya ke Richie.
“Budget..sepertinya terlalu kecil. Mereka kan mau buka mall baru, kita harus prepare untuk pembawa acaranya.
Tidak mungkin kita pakai orang biasa, setidaknya artis atau siapalah yang terkenal.” jelas Richie.
“Benar juga sih. Aku revisi bentar ya.” Airin merevisi proposal itu dalam waktu 2 menit dan mengirimkannya kembali ke Richie.
“Done.” ucapnya lagi.
“Maaf ya aku ganggu hari cuti kamu, Rin. Tapi aku mau yang terbaik, bagaimanapun juga ini project penting untuk RAF. Kalau kita berhasil, ini bisa menjadi kesempatan besar untuk kita Rin. Nama RAF bakal dilirik orang.”
“Santai Ric, memang pernah aku marah jika kamu telepon? Lagian aku terima kasih banget kamu memikirkan RAF di saat kamu juga lagi sibuk dengan bisnis papamu." Airin bersyukur Richie mau membantunya.
“Jadi boleh donk kalau aku telepon kamu terus.” tanya Richie.
“Ya bolehlah. Aku senang lagi kamu telepon.” jawaban Airin membuat jantung Richie berdegup lumayan kencang.
“Kalau aku ajak kamu jalan mau ga?” Richie bertanya lagi. ‘Say YES please!’ Richie berharap jawaban Airin adalah…
“Mau lah..Tapi nanti kita ajak Vina ya biar lebih seru.” Richie menunduk lesu mendengarnya.
“Ok deh, kapan-kapan kita kumpul. Sudah dulu ya Rin, maaf aku mengganggumu. Nanti aku baca lagi email revisi
proposalnya. Aku mau kirim ke Xander’s Group. Rencananya minggu depan mereka akan menentukan EO yang mereka pakai. Mudah-mudahan ada kabar baik.” Richie memutuskan teleponnya. Airin kembali melanjutkan pekerjaannya yang tadi tertunda.
"Ma, ke mall yuk.." rengek seorang anak perempuan kecil dengan poni tebal yang menutupi seluruh keningnya. Airin hanya melirik sekilas ke arah anak itu sambil tetap sibuk berkutat dengan laptopnya. "Ayolah Ma, Vely mau ke mall cari papa. Vely ada duit." dengan polosnya Lovely yang baru berusia empat tahun itu terus menarik lengan Airin.
Dulu, sekitar enam bulan lalu, ketika pertama kali Airin mendengar Vely ingin membeli papa baru, entah ada perasaan sedih bercampur lucu. Walaupun Airin sering mencari beribu alasan karena kesibukannya, tapi Vely tidak pernah lelah untuk meminta hal yang sama. Sebenarnya Airin mengerti dengan perasaan putrinya tersebut. Di umur sekarang, Vely pasti membutuhkan figur seorang ayah. Aneh baginya saat perayaan Hari Ayah di sekolah, malah mamanya yang datang mengikuti lomba mewarnai dengannya. Dari hal kecil seperti itulah sering muncul pertanyaan aneh dari mulut kecil Vely yang membuat Airin terdiam. Diam di bibir, tapi jangan tanya otaknya. Entah beribu suara muncul seakan berebut memberi ide tentang apa yang harus dijawabnya.
Bibir Airin melengkung membentuk suatu senyuman lebar setelah ia mengetik huruf terakhir di keyboard nya.
Transaksi saham terakhirnya berhasil memberikan cuan yang lumayan besar.
"Ok sayang, kita ke mall ya. Ganti baju yuk!" Vely melompat kegirangan sambil berlari ke kamarnya. Airin senang jika melihat anaknya bahagia. Walaupun Vely belum mengerti bagaimana caranya mendapat “papa” yang baru, tapi ia sangat bersemangat untuk mendapatkannya. Bahkan Vely bisa sedikit menabung dari uang yang biasa diberi oleh neneknya, untuk “membeli” papa katanya. Airin bingung bagaimana menjelaskan ke anak umur empat tahun bahwa tidak semudah itu menemukan seorang pria yang mau menerima seorang wanita yang sudah memiliki satu anak. Apakah pria itu hanya sekedar menerima atau bisa mencintai anak Airin seperti anaknya sendiri. Jika ia menerima, apakah keluarganya juga mau menerimanya. Aaahh…sungguh Airin malas memikirkan semua itu. Tapi sampai kapan ia tega melihat rengekan Vely. Airin bisa melanjutkan hidupnya saja ia sudah merasa sangat bersyukur, dan melanjutkan cerita cinta dalam hidupnya…Itu menjadi tanda tanya besar yang belum bisa ia temukan jawabannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments