Waktu menunjukkan pukul 10.15 siang. Airin dan Richie berada di kantor RAF. Kantor mereka tidak terlalu luas. Hanya ruko 3 lantai berukuran 10x20 meter persegi, namun memiliki interior yang sangat modern dan minimalis. Jumlah karyawan mereka pun tidak banyak, hanya 10 orang termasuk mereka berdua.
"Richie, nanti MC nya kita mau pakai siapa?" tanya Airin sambil mengotak atik laptop nya.
"Mmh.. Gimana kalau Hannah Fang, dia kan lagi terkenal di kalangan anak muda sekarang." jawab Richie.
"Oh boleh juga tuh.. Nanti aku minta Karen hubungin dia ya. Ric, baca email aku ya, ada rundown acara yang aku buat, tolong review sekali lagi, takut ada yang salah. Pak Tomy minta yang uda fix. Nanti siang aku mau ke X Group (baca: Xander's Group)."
"Nanti aku antar ya, Rin." tawar Richie. Sebenarnya Richie merasa insecure jika Airin ke X Group sendirian. Ia merasa ada yang janggal dengan cara Aiden menatap Airin di pertemuan seminggu lalu.
"Ga usah, nanti dicari papamu lagi."
Airin tahu Richie sangat sibuk. Ia harus membantu perusahaan papanya dan masih mengurus RAF.
"Ga apa-apa, aku uda izin ma papa kok, aku bilang ada hal urgent di RAF." Richie tersenyum manis ke Airin.
Deg.. Airin sesaat tertegun melihat senyuman Richie. Bukan ia tidak menyukai Richie, namun rasa suka bukan berarti harus memiliki suatu hubungan bukan?
"Ok deh kalau gitu, sejam lagi ya." ucap Airin.
Richie sesekali melirik ke arah Airin yang sedang bekerja. Menatap Airin adalah hobinya, dan mendirikan RAF adalah penyaluran untuk hobinya tersebut. Airin dulunya bekerja di sebuah bank asing. Tetapi sejak Vely mulai bersekolah, Airin resign. Ia ingin jam kerja yang lebih fleksibel. Airin tidak ingin membebani ibunya untuk mengantar jemput Vely. Dan di saat itulah Richie datang menawarkan kerja sama mendirikan RAF. Right people in the right time. Right??
Sesampainya di X Group.
"Tapi kami hanya ingin bertemu Pak Tomy, Mba. Kami tidak mau ganggu Pak Aiden, mungkin beliau sibuk.Tap" ujar Richie.
"Pak Aiden sendiri yang meminta, ' jika pihak RAF datang, tolong minta mereka temui saya', gitu katanya." jelas Valen. No debat.
Mereka memasuki suatu ruangan yang cukup luas untuk menjadi ruang kerja satu orang.
"Silahkan duduk Richie dan Bu Airin." ucap Aiden.
"Cukup Airin saja." Airin merasa aneh dipanggil Ibu sedangkan Richie just Richie.
'Dress hitam, blazer pink pastel, high heels yang sama dengan kemarin, rambut yang dicepol ke atas ala korea. Mmmh.. leher yang indah. Fix, feeling ku tambah parah. Istri orang, bro.' Hanya 2 detik yang diperlukan Aiden untuk semua pikiran itu.
Mereka berdiskusi sekitar satu jam, lalu lanjut ke cafe dekat kantor Aiden.
Aiden memesan coffee latte, Richie jus alpukat, dan Airin jus strawberi.
"Mual ga?" bisik Richie.
"Tahanin aja lah, ga enak." Airin balas berbisik ke Richie diikuti dengan dehaman Aiden.
"Maaf Pak, Airin sebenarnya.....Aduuh" kaki Richie diinjak Airin yang duduk di sebelahnya.
"Saya izin ke toilet sebentar ya." ucap Airin.
Di dalam toilet Airin menghirup udara sangat dalam. Salah satu tempat yang paling ia hindari adalah coffee shop, kopi tiam, apapun itu yang berbau kopi. Entah kenapa. Di saat orang tidak bisa hidup tanpa kopi, Airin merasa hidupnya berada di ujung jika ia bertemu kopi. Wueeek... rasa mual mulai terasa di perutnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments