Baby I Love You
Suasana hari itu sangat berbeda, entah apa yang terjadi aku merasa sangat aneh seolah akan ada sesuatu yang terjadi. Aku merasa sangat merindukan mamaku hari itu. Aku duduk merenung dalam kelas, pikiranku kosong.
"Hey Lan, kenapa kok bengong begitu? Kau tak mau ke kantin? Gak biasanya kau lesu begini" tanyak temanku yang melihat ku bengong.
"Kak, kok sendirian di kelas sih. Ku cari di kantin dari tadi. Kenapa kok lesu begini sih kak, ada apa?" tanya Adit yang mendatangi aku ke kelasku.
"Dit, apa kau mau menemani aku sempai nanti? Kau tidak akan meninggalkan aku sendirian kan?" tanyaku yang tak tau aku Tanya apa, karna kata - kata itu keluar begitu saja dari benakku.
"Hahaha... Kenapa kok tiba - tiba kakak berkata begitu? Kalo aku sih akan selalu ada untuk kakak, aku kan pengikut setia kakak. Jadi aku tak akan meninggalkan kakak sendirian" jawab Adit dengan khasnya yang selalu ceria.
Siang itu, aku pulang sekolah bersama dengan Adit dan kami langsung pulang ke rumah, aku menyuruh Adit menyetir karna aku lagi malas. Begitu sampai rumah aku sangat terkejud karna semua orang berkumpul di rumah. Aku yang merasa bingung langsung lari begitu turun dari mobil, aku tak menghiraukan panggilan Adit.
"Kak...? Ada apa ini, kenapa rumah ramae sekali." aku memanggil kakakku dan berjalan kearahnya dengan bingung melihat kanan kiri.
"Lan kuatkan hatimu sayang, kemarilah. Dengarkan kakak, semua ini sudah takdir kau harus iklas. Papa, papa telah menyusul bunda Lan." jelas kak Lea padaku sambil menangis tersedu -seduh, dan menatapku dengan tatapan yang sulit di artikan.
"Maksud kakak apa. Katakan pada Alan apa maksunya kak!?" teriakku memintak penjelasan akan sesuatu yang sebenarnya sudah ku tau pastinya.
"Alan...?" kak Lea menarik tanganku dan memeluk aku dalam dekapannya. Ku rasakan tubuh kak Lea yang bergetar menanhan rasa sedih.
"Tidak mungkin, ini tidak mungkin kak... Bagaimana bisa papa pergi meninggalkan Alan sendirian? Apa Alan akan bernasip sama seperti mama yang harus berjuang sendiri saat belum tau apa - apa kak? Kenapa mereka tega meninggalkan Alan sendirian kak, kenapa..." tangisku pecah dalam pelukan kak Lea, dan ku balas pelukannya dengan sangat erat.
"Sayang, adiku yang hebat, kau mewarisi keduanya. Kau adalah papa dan kau juga bunda. Kakak yakin kau akan bisa mencapai semuanya, kakak akan selalu mendukungmu." kata kak Lea menyemangati aku sambil menepuk punggungku.
Tangisku semakin pecah, dadaku terasa sangat sesak dan nafasku begitu berat. Aku meringkuk dalam kamar orang tuaku, ku tatap bingkai foto mereka yang terlihat sangat bahagia.
Hari itu aku benar - benar merasa hancur, papa yang selalu berada di sisiku dan memberiku banyak pembelajaran telah pergi meninggalkan aku. Hari - hariku mulai sepi, kedua orang yang paling aku sayang telah pergi meninggalkan aku.
Mama yang pergi lebih dulu karna sebuah kecelakaan membuat papa tak sanggup menanggung kesedihan atas perpisahan dengan orang yang paling disayang dan dicintainya sedunia.
"Pa, Ma. Alan janji pada kalian, Alan akan menjadi lebih hebat dari kalian berdua. Alan akan menyelesaikan perjuangan kalian berdua." janjiku pada kedua orang tuaku yang di makamkan berdampingan.
Acara pemakaman berlangsung, semua orang yang datang ikut mengantar ke makam sebagai penghormatan terakhir untuk papaku. Semua orang telah pergi, tinggal aku yang masih bersimpuh di depan peristirahatan terakhir papaku.
"Kak, jangan takut. Aku akan membantumu kak, dan akan selalu berada disisimu kak." kata Adit padaku sambil menepuk bahuku, dia adalah sepupuku dan juga sahabatku.
"Alan, sabar ya sayangku. Tante akan selalu ada untukmu." kata tante Merisca menyemangatiku
Suasana rumah sangat ramai malam itu, semua para keluarga dan juga para relasi kerja papa semuanya datang untuk mengucapkan rasa berduka cita.
Dan tiba - tiba kakaku yang duduk dengan perutnya membuncit itu menjerit kesakitan. Semua orang panik apa lagi kak Oni suami kakakku, dia langsung lari dan menggendong kakakku dan membawahnya ke rumah sakit.
"Alan sakit, perut kakak sakit Lan.?" rintih kak Lea yang membuat aku takut.
"Sabar kak sebentar lagi kita akan sampai rumah sakit." kataku sambil memeluk kakaku dengan erat dan mengelus perutnya.
"Sabar ya sayang, sabar sebentar lagi kita sampai" kata kak Oni yang menyetir dengan kecepatan lumayan tingi.
"Alan.!? Sayang sakit, aaah...!" kak Lea pingsan setelah teriak kesakitan dan ada darah yang keluar mengucur di sela antara kedua kakinya.
"Kak Oni, cepat kak" perintahku pada kak Oni yang menyetir.
"Kak bangun. Kak Lea.!? Jangan tinggalkan Alan kak. Kakak aku mohon bangun lah." kataku yang terus memanggil sambil menggoyang - goyangkan tubuh kakakku yang jatuh pingsan dalam dekapanku karna tak tahan menahan rasa sakitnya.
"Lan, kau jangan menakuti kakak, ada apa dengan istri kakak?" Tanya kak Oni yang panik mendengar aku memanggil kakaku dan tak ada sahutan.
"Kakak menyetir saja jangan Tanya - Tanya.!" teriakku pada kak Oni.
Sesampainya di rumah sakit aku dan kak Oni langsung mendorong kak Lea yang dibawah perawat masuk ke dalam ruang perawatan.
Aku dan juga kak Oni yang tak diizinkan masuk menunggu dengan tidak tenang. Dan setelah 1 jam kak Oni dipanggil oleh salah satu perawat yang baru saja keluar dari ruang pemeriksaan kak Lea.
Aku melihat kak Oni marah dengan memukul - mukulkan tangannya di dinding. Dia terlihat sangat frustasi, rambutnya di acak - acak dan ditarik - tarik dengan sangat frustasi. Dadaku semakin sesak melihat adegan itu.
Dan tak lama kemudian tante Merisca dan juga Om Faris datang, mereka mendekati kak Oni. Namun mereka terlihat jadi semakin aneh. Om Faris yang tak pernah ku lihat frustasi itu malah menunjukkan sisi lemah dan frustasinya, dia terduduk lemas di lantai. Sementara tante Merisca yang memeluk kak Oni terlihat sangat pilu.
"Apa yang terjadi sebenarnya? Kenapa mereka terlihat sangat menyedihkan." batinku yang melihat adegan mereka bertiga.
Aku yang melihat dari kejahuan dan tak berani mendekat, merasa sesak, dadaku sakit, aku tak akan sagup dan tak akan mampu mendengar serta menerima keadaan atau kenyataan yang akan mengatakan bahwa kabar yang datang adalah hal yang buruk lagi.
Aku lari keluar dari rumah sakit, aku meninggalkan mereka dan tak mau menerima kenyataan bahwa semua orang yang ku sayang akan pergi meninggalkan aku sendiri di dunia ini.
"Aaaaarrrgg....!" teriakku melepas rasa sesak dalam dadaku.
"Aku tak akan sanggup jika harus mendengar kabar kalo kak Lea juga pergi menyusul mama dan papa. Aku tak mau tinggal sendirian di dunia ini, aku tak mau.. Jangan pergi kak, ku mohon jangan tinggalkan aku." rintiku dalam kesedihan, aku terduduk lesu di lapangan basket sekolahku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Alfan
hai kak aku datang ke cerita kakak, sekalian aku bantu like dan subscribe semoga kakak suka. oh ya jangan lupa mampir di karya ku ya terimakasih 🙏🤗
2023-10-07
1
Defi
Alea kenapa, semoga baik2 saja
2022-12-04
0
Defi Danny Firmansyah
emang Mexca meninggal nya knp ga di jelasin klau Dinda itu krn kecelakaan...
Mexca meninggal...😭😭😭😭😭😭😭😭😭
2022-01-25
0