"Kak," panggil seseorang yang saat kulihat dia adalah Adit
"Ayo pulang kak," ajaknya padaku yang saat itu terduduk di tengah lapangan basket dengan memegangi kedua lututku.
"Kenapa kau di sini?" tanyaku yang heran dari mana dia tau aku berada di sini.
"Bukankah sudah ku bilang, kalo aku adalah pengikutmu kak. Jadi aku mengikutimu sampai di sini," jawabnya yang ikutan duduk di depanku
"Aku tak mau pulang, kau pulang saja duluan." perintahku, karna aku masih takut akan kabar yang aku dengar.
"Tapi mama bilang kak Lea mencari kakak" katanya yang sontak membuatku bangun dan langsung lari keluar lapangan.
"Kak....?! Bisakah kau memberi abah - abah dulu sebelum lari." teriak Adit yang tak ku hiraukan
Huff, ,haa, ,haaa
"Ya am-pun, kau lari tan-pa tanda mem+buat aku ka-lang ka-but." kata Adit dengan nafas yang tersengal - sengal
"Dimana motormu? Kau mengikutiku dengan motorkan?!" tanyaku pada Adit yang masih mengatur nafasnya
"Iya, ayo." katanya sambil berjalan ke arah parkiran
"Biar aku yang bawah" pintaku dan aku langsung melajukan motornya dengan kecepatan tinggi.
"Kaaaaa - kak, ter - la - luh - ce - sat" entah apa celoteh yang diucapkan oleh Adit aku tak begitu dengar. Dia memegang dengan sangat erat pada tubuhku
Saat sampai di depan rumah sakit aku langsung turun dan meninggalkan Adit. Aku lari ke arah ruangan kak Lea tadi, banyak perawat yang memarahi aku karna lari - kari.
"Dimana ruangan Aleana Abigal?" tanyaku pada resepsionis
"Kak kesini." teriak Adit yang sudah menyusulku
Kamar rawat bintang 546
Ceklek
Aku masuk dan di dalam sudah ada Om Faris dan Tante Merisca, serta kak Oni. Aku melangkah maju dan berdiri di depan tante Merisca.
"Masuklah sayang, kakakmu mencarikmu dari tadi." kata tante Merisca sambil memegang bahuku
Aku pun melangkah dan menggeser pintu kamar kakakku, di sana ku lihat kakakku yang sedang terbaring di tempat tidur dengan selimut putih yang menutupi tubuhnya sampai leher.
Aku terus melangkah sampai di dekat tempat tidurnya, aku duduk di kursi samping tempat tidur, ku genggam erat tangan kak Lea dan ku tundukkan kepalaku di samping tempat tidur.
"Lan, sayang" suara kak Lea memanggilku dengan pelan.
Ku tatap wajah kakakku yang pucat dan senyumnya yang penuh dengan kesedihan serta rasa sakit. Seketika aku langsung memeluknya dengan erat, ku tumpahkan semua rasa sedihku dan juga takutku. Tangisku menjadi dalam pelukan kakakku.
"Tidak papa, kakak tidak apa. bukankah kakak sudah janji akan selalu ada untukmu sampai kamu jadi orang yang kuat seperti papa." kata kak Lea sambil menepuk - nepuk punggungku.
"Maafkan Alan kak" kataku saat aku mengurai pelukanku.
Saat aku sadar bahwa perut kak Lea kempes, aku melihat sekeliling, namun tak ku dapati bayi kak Lea. Aku yang ingin tanya sudah di jawab oleh kalo Lea.
"Kau mencari bayi kakak? Dia tidak ada di sini, dia pergi menemani bunda dan papa. Dia akan menjaga mereka untuk kita." jawab kak Lea dan sontak itu membuat aku kesal pada diriku, karna aku tak memikirkan tentang bayi itu tadi. Dan hanya berfikir untuk diriku sendiri.
"Tidak apa Alan, kakak masih punya kamu." katanya sambil menggenggam tanganku.
"Maafkan aku kak, tolong maafkan Alan." permohonanku dengan sangat menyesal
"Tidak apa sayang," kata kak Lea sambil tersenyum.
Setipa hari dan tiap pulang sekolah aku langsung ke rumah sakit, bahkan aku menginap di sana untuk menemani kak Lea dalam masa pemulihan.
Aku melihat kak Oni sibuk dengan pekerjaannya, kadang ku lihat dia tertidur sambil duduk di kursi dengan laptop yang masih menyala. Melihat itu aku bertekad kalo aku akan jadi orang yang kuat dan bisa diandalkan, agar orang - orang yang ku sayang tidak dalam kesusahan.
"Alan kemarilah, apa kau tak ngantuk?" kata kak Lea memanggilku.
Aku mendekat dan naik ke tempat tidurnya, dan malam itu aku tidur sambil memeluk kakakku. Ya walo aku sudah SMA kelas 3 tapi aku masih manja pada kak Lea, karna bagiku dia tidak hanya kakakku tapi juga mamaku, karna sejak kepergian mama dialah orang yang selalu membuat aku tak merasakan kehilangan mama, karna dia menggantikan sosok mama untukku.
1 minggu berlalu dan hari ini adalah hari kak Lea pulang ke rumah. Aku menyiapkan penyambutannya dan ku buat agar tak ada kesedihan di rumah, karna aku gak mau kak Lea sedih dan mengingat kehilangan bayinya dan juga papa dalam waktu yang bersamaan.
"Alea... Selamat datang sayang," sambut tante Merisca pada kak Lea yang baru saja nyampek rumah.
Semua orang menyambut kak Lea, ku lihat semuanya memaksakan untuk tersenyum dan anehnya justru yang ku lihat kak Lea biasa saja tak ada wajah sedih atau pun sakit walo dia habis kehilangan bayinya. Dan itu membuat aku jadi semakin kesal pada diriku yang tak bisa melakukan apa pun untuk semua orang yang ku sayangi.
Pada hari kepulangan kak Lea aku memutuskan untuk mengambil alih perusahaan. Dan selama 1 bulan aku belajar serta berusaha mengenali semua orang yang berhubungan dengan perusahaan dari Om Faris. Aku mempelajari semua sertuktur dan alur perusahaan yang selama ini di tangani oleh papa. Dan kak Lea dengan setia selalu menungguhku tiap aku pulang.
"Kak, kok kakak belum tidur? Kak Oni mana?" tanyaku yang melihat kak Lea duduk di ruang tengah sambil mengupas buah.
"Kak Oni belum pulang, karna masih ada urusan. Kemarilah makan buah dulu." panggilnya padaku, dan aku langsung duduk disamping kak Lea, serta makan buah yang dikupas olehnya.
"Lan dengarkan kakak, kamu boleh belajar untuk masalah perusahaan, tapi kamu juga harus perhatikan dirimu. Jangan sampai kamu telat makan. Mulai besok Adit akan ikut denganmu, dia akan ikut belajar bersama denganmu." kata kak Lea dengan nada memerintah
"Kakak ingin agar dia jadi mata - mata kakak," jawabku sambil merebahkan tubuhku dan menggunakan kaki kak Lea sebagai bantal
"Ya, anggap saja begitu" kata kak Lea sambil mengusap kepalaku.
Tak Lama setelah itu kak Oni datang dan kami makan malam bersama di jam 10 malam, 😅 entah itu makan malam apa semalam itu. Tapi baik aku atau pun kak Oni tak bisa menolak keinginan kak Lea, jadi kami menurutinya saja.
Dan sesuai dengan permintaan kak Lea, hari itu sepulang dari sekolah aku dan Adit langsung ke perusahaan menemui om Faris, yang kebetulan siang itu ada rapat pemegang saham.
"Bagaimana bisa perusahaan sebesar ini akan ditangani oleh anak yang masih di bawah umur dan tak berpengalaman. Aku menyarankan agar perusahaan ini di mutation ke perusahaan yang di LA saja atau ditangani sama mereka pemegang saham tertinggi." perotes seorang pemegang saham yang ikut rapat siang itu.
Aku yang sudah memperkirakan situasinya sudah menyiapkan jawaban untuk mereka yang membangkang. Dan sesuai yang dikatakan oleh kak Lea, dalam situasi seperti ini aku harus tenang dan memikirkan strategi yang tepat untuk orang - orang seperti mereka.
"Tidak masalah. Bagi yang ingin tetap berada di sini bersama denganku silakan dan bagi yang tidak mau silakan, pintu keluarnya kalian semua sudah tau. Tapi, saat aku mampu menangani semuanya dan menaikkan penjualan, aku tak mau mereka yang sudah melangkah keluar kembali lagi kesini." kataku sebelum menutup rapat sore itu.
"Silakan, pintu keluarnya di sana." tunjukku ke arah pintu keluar pada mereka yang tadi tak setuju jika aku yang mengambil alih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Sophia Aya
mampir thor
2023-10-01
1
Defi
Mantap Alan buat orang yang meragukan kepemimpinanmu menyesal
2022-12-04
1
🌼 Micky Miienar 🌼
Saya pikir Alea juga Meninggal Ternyata di Prank author ,,, Semoga Alea cepat dapat momongan lagi ...
2022-01-17
4