Pelabuhan Terakhir
"Fakhri ...."
Naira menghela nafas pelan. Kemudian menoleh Fakhri, kekasihnya yang duduk di belakang kemudi.
Kedua matanya mulai buram. Berkaca-kaca. Sejak tadi wanita itu menahan kegelisahan yang terus menghantuinya.
Fakhri yang menyadari kegelisahan Naira lantas memelankan laju mobilnya kemudian mulai menepikannya.
"Percayalah padaku, Nai,"
Fakhri meraih sebelah tangan Naira. Lalu menggenggamnya erat. Mencoba memberikan ketenangan pada wanita yang dicintainya itu.
"Bagaimana Aku bisa tenang Fakhri ... Sebentar lagi kedua orang tuamu akan memperkenalkanmu padanya,"
" ... Wanita yang kelak akan menjadi orang ketiga di antara kita ... Tidak, bukan hanya padamu ... Tapi juga padaku!"
"Aku harus melihatmu berkenalan dengan wanita lain di hadapanku langsung,"
"Menurutmu bagaimana Aku bisa tahan Fakhri ...."
Air mata Naira tak lagi bisa terbendung, tangisnya mulai luruh dengan isakan tertahan.
"Percayalah padaku Nai ... Ku mohon percayalah,"
"Aku akan mengatasi semuanya dengan caraku."
Fakhri berbicara dengan nada tegas namun lembut. Diraihnya kemudian tubuh Naira yang terguncang karena isakan yang kian tak terkendali.
Perlahan air mata ikut mengalir dari sudut matanya. Hatinya ikut terluka melihat wanita yang selama ini begitu Ia jaga perasaannya itu terluka begitu dalam.
Namun di sisi lain, Ia pun tak mampu menentang keputusan keluarga besarnya.
Fakhri terpaksa harus menerima kenyataan jika suatu hari nanti Ia harus berbagi hatinya.
Untuk seorang wanita pilihan keluarganya. Demi mendapatkan seorang pewaris. Sebuah hal yang tak mungkin didapatkannya dari Naira.
Fakhri melepaskan pelukannya di tubuh Naira, ketika tangis wanita itu mulai reda.
Dilajukannya kembali mobil yang dikemudikannya setelah memastikan Naira telah benar-benar merasa tenang.
*-*-*
"Fakhri, Naira ... Kalian sudah datang?"
Fakhri hanya mengangguk sekilas mendengar ucapan Mamanya. Erna. Sedetik kemudian tatapan matanya beralih pada sosok gadis muda dengan surai panjang yang duduk tepat di sebelah Erna.
Fakhri mengernyitkan dahinya, merasa tak asing dengan wanita muda yang kini tersenyum canggung padanya juga Naira.
"Kalian duduklah," perintah Danu. Melihat Fakhri dan Naira yang tetap berdiri mematung.
Fakhri terkesiap, Ia tak sadar jika sedari tadi terus memperhatikan wanita muda di sebelah Mamanya tanpa berkedip. Hingga membuat Naira yang berada di sisinya merasa kian risih.
Naira meremas kuat ujung bajunya. Menahan tangis yang seolah kembali ingin luruh. Tak tahan dengan topik pembicaraan yang tengah didengarnya.
Terlebih setelah mengetahui siapa calon madunya. Yang ternyata anak dari sahabat baik keluarga Fakhri.
Dan Fakhri ... Telah mengenal gadis itu cukup lama!
Mereka sempat berteman di masalalu.
"Jadi bagaimana Fakhri ... Apa kamu ingat pada Aila?" tanya Erna.
Aila?
Dahi Fakhri lagi-lagi berkerut mencoba mengingat-ingat sebuah nama. Aila!
"Apa dia Aila?"
Fakhri bertanya balik. Berhasil mengingat sosok gadis muda di hadapannya.
"Benar Fakhri ... Dia adalah Aila, teman masa kecilmu dulu, putri sahabat baik Mama,"
Senyum sumringah terpancar jelas di bibir Erna ketika Fakhri ternyata masih mengingat Aila.
"Maaf Aku sempat lupa, kamu sangat berbeda dengan dulu Ai ... Jadi bagaimana kabarmu sekarang?" tanya Fakhri. Basa-basi.
"Aku baik Mas Fakhri." jawab Aila. Sekenanya.
Aila meremas pelan jari jemari tangannya sendiri yang mulai mengeluarkan keringat dingin.
Sekalipun dalam hidupnya, Aila tak pernah menyangka akan berada dalam situasi ini.
"Baiklah, Mama yakin kamu pasti sudah paham maksud Mama dan Papa memperkenalkanmu pada Aila ...."
"Jadi bagaimana menurut kamu, Fakhri ... Jika wanita itu adalah Aila!"
Hening!
Tak ada sepatah kata pun yang meluncur dari bibir Fakhri sebagai jawaban dari pertanyaan Erna.
"Ma, Apa harus kita membicarakan masalah ini sekarang?"
"Aku dan Naira bahkan belum menikah ... Jadi ada baiknya jika kita menunda pembicaraan ini dulu!"
"Setidaknya berikan Aku dan Naira sedikit waktu ...."
Fakhri menghela nafas kasar setelah berbicara panjang lebar. Memberikan jawaban atas pertanyaan Erna.
Detik kemudian Ia bangkit berdiri sembari menarik pergelangan tangan Naira, memintanya ikut berdiri.
"Maafkan Aku Aila ... Tapi Aku atau pun Naira masih butuh waktu dalam hal ini." ucap Fakhri yang kemudian melenggang pergi bersama Naira.
"Fakhri ...."
"Fakhri ... Kembali kamu, Mama belum selesai bicara!"
Erna berteriak kesal. Mengalihkan seluruh perhatian pengunjung restoran, melihat ke arahnya.
Namun Fakhri tak juga gentar. Ia terus melangkah pergi sembari menggandeng erat tangan Naira.
Suara teriakan lantang Erna sama sekali tak membuatnya berniat membalikkan badan.
Saat ini ... Fakhri hanya ingin menjaga perasaan kekasihnya. Naira.
Fakhri tahu betul betapa hancurnya hati dan perasaan Naira pasca kecelakaan beberapa waktu lalu.
Bagai jatuh tertimpa anak tangga pula. Naira kehilangan rahimnya pasca kecelakaan dan kini ... Ia harus dihadapkan dengan sebuah kenyataan yang juga sama menyakitkannya.
Keluarga Fakhri menentang keras pernikahan mereka, lantaran Naira yang tak akan bisa memberikan seorang pewaris untuk Fakhri yang seorang anak tunggal.
Namun mereka akan merestui, jika Fakhri bersedia menikah lagi dengan wanita yang dapat melahirkan keturunannya. Tentunya Naira harus dengan ikhlas menerima keputusan ini.
Naira tak diperbolehkan untuk menolak atau pun menentang!
Tentunya membuat hati Naira bagai hancur berkeping-keping.
Wanita mana yang tidak akan bersedih ... Mengetahui kenyataan jika dirinya harus rela dimadu bahkan sebelum resmi menyandang gelar sebagai istri.
Namun demi cintanya pada Fakhri, Ia terpaksa rela menerima keputusan keluarga Fakhri.
Naira rela berkorban demi bisa bersama dengan lelaki yang sangat dicintainya itu.
*-*-*
"Maafkan sikap Fakhri, Aila ... Tante akan berbicara lagi nanti padanya," ucap Erna. Merasa tak enak hati lantaran Fakhri yang memilih untuk pergi begitu saja.
"Tidak apa, Tante,"
"Menurut Aila, apa yang dilakukan Mas Fakhri sudah benar,"
"Aila ... Maksud kamu ...." Erna menyela ucapan Aila. Namun detik kemudian kembali bungkam ketika Aila meraih kedua tangannya. Lembut.
"Berikan mereka berdua waktu, Tante ...."
"Setidaknya biarkan mereka menikmati hari bahagia mereka terlebih dulu,"
"Apa yang dikatakan Mas Fakhri ada benarnya ... Jangan terburu-buru membicarakan hal ini ... Atau suasananya mungkin akan sedikit tidak nyaman nanti,"
Sebisa mungkin Aila berusaha bersikap dan berbicara dengan nada tenang. Sejujurnya Ia sendiri pun hanya berusaha mengulur waktu selama mungkin.
Aila masih belum siap jika harus menjadi pihak ketiga, di antara Fakhri dan Naira.
Dalam lubuk hatinya yang terdalam, Aila sebenarnya tak pernah merasa siap. Bahkan sama sekali tak menginginkan harus berada di posisinya sekarang ini.
Calon orang ketiga!
Namun Ia melakukannya karena terpaksa. Aila tak bisa menolak permintaan Erna, karena Ia berhutang budi terlalu banyak pada wanita itu.
Aila. Seorang gadis muda yang telah menjadi yatim piatu. Kehilangan kedua orang tua di masa kecil.
Erna lah yang telah membiayai hidupnya selama ini. Meski Ia tinggal di kota yang berbeda, namun Erna tetap berbaik hati membiayai serta memberikan tempat tinggal yang layak untuk anak sahabat karibnya itu.
Jadi bagaimana mungkin, Aila mampu menolak saat Erna tiba-tiba datang mengiba padanya.
Meminta Aila agar bersedia diperistri Fakhri dengan segala resikonya...
"Tapi ... Terus terang Tante takut jika terlalu lama nanti kamu akan berubah pikiran ...." terang Erna.
"Ma! Jangan terlalu memaksa Aila, biarkan Aila memilih jalan hidupnya sendiri." timpal Danu. Akhirnya ikut angkat suara setelah dari tadi hanya diam. Menyimak.
"Jangan khawatirkan masalah itu Tante, Om ... Apa yang telah Tante dan Om lakukan untuk Aila selama ini adalah kebaikan yang sangat luar biasa,"
"Jadi bagaimana mungkin Aila mampu menolak ketika kesempatan untuk membalas budi itu tiba."
Erna tersenyum lega, direngkuhnya kemudian anak sahabat karibnya dulu itu.
"Terima kasih Aila." ucap Danu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Sasa (fb. Sasa Sungkar)
aq mampir baca ka
mampir juga donk ke crt aku..
WHEN KAMA MEET SUTRA
aq tgg ya ka 🤗
2020-07-14
0
Eka Khadafi
kok ceritany jadi berbeda y,,,jdi bingung gue
2020-05-17
0
Narti Suliz
ceritanya lebih menarik waktu masih dua ranjang
2020-05-16
1