Tiga Hati Satu Kisah

Pagi.

Aila yang baru keluar dari dalam kamar, tak sengaja mendengar tawa cekikikan dari dalam kamar Naira dan Fakhri. Lantaran letak kamar mereka yang memang bersebelahan.

Suara tawa Naira dan Fakhri, terdengar lantang dari dalam sana.

Aila tersenyum getir. Merasa ragu pada hidupnya ... Dapatkah Ia merasakan kebahagiaan seperti Naira.

Terlebih lagi Ia merasa takut jika kehadirannya kelak akan merusak kebahagiaan Naira dan Fakhri.

Sedangkan untuk meraih cinta Fakhri, ... Sama artinya dengan mengkhianati Naira yang telah memintanya untuk tak merebut Fakhri darinya.

*-*-*

"Fakhri dimana Aila?"

"Apa mungkin masih tidur?"

Aila menatap ragu pada Erna, bingung harus menjawab apa pada pertanyaan Erna.

"Aila?"

"Kamar kalian kan bersebelahan? Apa kamu tidak melihat Fakhri keluar kamar?"

Aila menggeleng pelan. Merasa sedikit canggung mendengar pertanyaan Erna.

Bagaimana tidak?

Letak kamar mereka bersebelahan saja sudah membuatnya tidak nyaman. Dan sekarang Erna menanyakan sebuah hal yang tak seharusnya Ia ajukan pada Aila.

"Mama apa-apaan sih, bertanya Fakhri kok sama Aila!"

"Meski kamar mereka bersebelahan kan tapi Aila bukan istrinya, ya mana Aila tahu!" sahut Danu.

"Ya mungkin saja ... Siapa tahu tadi Aila melihat Fakhri ...." sanggah Erna.

Hingga perlahan sayup-sayup dari kejauhan terdengar samar langkah kaki, semakin lama semakin terdengar mendekat.

Fakhri dan Naira muncul sembari bergandengan tangan.

Erna menatap sinis pada Fakhri dan Naira yang baru datang di meja makan ketika acara sarapan sudah akan selesai.

"Ehmb ... Fakhri, kamu tahu kan peraturan yang selalu Mama buat sejak dulu,"

Fakhri menghentikan gerakan tangannya yang hendak menarikkan kursi untuk tempat Naira duduk di meja makan.

Begitu pula dengan Naira yang kemudian turut mengalihkan perhatiannya pada Erna, Ibu Mertuanya.

"Ma ...." sela Fakhri.

"Peraturannya belum berubah Fakhri, semua harus tepat waktu hadir di meja makan ketika akan sarapan pagi," imbuh Erna, menyela ucapan Fakhri.

"Sudahlah Ma, maklumi Fakhri untuk saat ini saja," sela Danu. Berusaha menengahi.

"Salah kok dibela ... Peraturan ya tetap peraturan." sanggah Erna. Tak ingin kalah.

"Kami minta maaf Ma, besok dan seterusnya Aku dan Fakhri pasti akan tepat waktu." sahut Naira.

"Kamu juga Naira ... Sebagai istri kamu harus bisa mengingatkan Fakhri kalau dia salah, bukan malah ikut terlena!" ucap Erna. Ketus.

Fakhri menghela nafas pelan. Lalu menggenggam tangan Naira yang tadi berbicara dengan nada bergetar. Sedih.

"Sudah-sudah ... Kalian duduk saja dan segera sarapan,"

"Semua makanannya nanti keburu dingin."

Fakhri dan Naira mengangguk pelan, setelah mendengar ucapan Danu. Kemudian duduk bergabung di meja makan untuk sarapan.

Erna menaruh kasar sendok beserta garpu di tangannya ke atas piring, hingga menimbulkan suara denting yang cukup keras. Menghentikan gerakan tangan Naira yang akan menyendokkan nasi ke piring Fakhri.

"Gimana tidak dingin, sudah jam berapa ini mereka baru datang?"

"Kalian lanjutkan saja ... Mama sudah selesai." terang Erna yang kemudian bangkit dari kursinya lalu melangkah pergi.

"Nyonya ...."

Langkah kaki Erna refleks terhenti ketika Tuti, salah seorang pembantunya datang memanggilnya sembari membawa sebuah barang di sebelah tangannya.

"Ada apa Tut?"

"Ini Nyonya, ada paketan barang datang atas nama Nyonya ... Katanya ini barang pesanan Nyonya." ucap Tuti sembari menyerahkan barang di tangannya pada sang majikan, Erna.

Senyum senang otomatis tersungging di bibir Erna ketika menerima barang dari tangan Tuti.

Di tolehnya Aila yang masih duduk di meja makan.

"Aila ... Mama punya sesuatu untuk kamu dan Fakhri," ucap Erna kemudian.

"Sesuatu?" Aila bertanya balik. Penasaran.

"Apa Ma?" sahut Fakhri yang juga ikut penasaran.

Semua orang di meja makan kini mengalihkan perhatiannya pada Erna. Menatap bingung pada bungkusan barang di tangan Erna.

"Sesuatu yang telah Mama persiapkan dengan sangat matang untuk kalian,"

Aila mengernyit heran, sedetik kemudian membelalakkan kedua bola matanya ketika Erna memperlihat isi barang di tangannya.

Sebuah undangan!

"Mama sudah memesankan contoh desain undangan untuk acara pernikahan kalian nanti."

Aila terdiam. Melirik Naira sekilas yang kedua matanya telah dipenuhi kaca-kaca.

Bagaimana mungkin Erna membicarakan mengenai rencana pernikahan Aila dan Fakhri, hanya berselang satu hari setelah pernikahan Fakhri dan Naira?

"Ma ... Apa ini tidak terlalu cepat." ucap Danu sembari menatap istrinya yang masih asyik memperlihatkan beberapa contoh desain undangan di tangannya.

"Terlalu cepat apanya?"

" ... Lebih cepat lebih baik kan Pa,"

"Mama melakukan ini ya biar mereka bisa secepatnya kasih kita cucu,"

"Lagian kan Papa tahu sendiri kalau Naira kan tidak bisa kasih kita ...."

"Ma!"

Erna terdiam. Ucapannya terhenti karena kaget dengan bentakan Fakhri.

"Apa-apaan kamu, Fakhri ... Sejak kapan kamu berani bentak Mama!" cerca Erna. Terpancing emosi.

"Fakhri mohon Ma ... Hargailah Naira ... Dia istri Fakhri sekarang!"

"Naira memang tidak bisa kasih Mama cucu, tapi dia menantu Mama ... Istri sah Fakhri ... Bagian dari keluarga ini juga!" tegas Fakhri yang terus berusaha menahan amarahnya.

Tak tahan lagi mendengar rangakaian perdebatan Fakhri dan Erna. Naira bangkit berdiri, mengakhiri acara sarapan paginya yang baru makan beberapa suap.

Hatinya begitu terluka dalam lantaran Sang Ibu Mertua hanya menganggapnya bagai benalu di keluarganya.

"Nai,"

Tak lagi Naira pedulikan panggilan Aila maupun Fakhri yang mencoba menghentikannya.

Aila bangkit berdiri, hendak mengejar Naira namun dicegah oleh Fakhri yang kemudian mengejar Naira.

"Aila ... Tante bersikap seperti ini, bukan karena Tante pilih kasih pada kamu atau pun Naira,"

"Tante hanya ingin membuat Fakhri mengerti, bagaimana seharusnya Ia bersikap,"

"Karena baik Fakhri atau pun Naira, mereka harus belajar untuk menerima kehadiranmu mulai dari sekarang ... Begitu pula dengan kamu Aila, jangan karena kasihan pada Naira, lantas kamu harus selalu mengalah padanya ... Termasuk untuk tidak terlalu dekat dengan Fakhri,"

"Saat ini kamu mungkin belum menjadi istri Fakhri, tapi kelak kamu juga akan menjadi istrinya juga kan!"

Aila tertegun mendengar ucapan panjang lebar Erna. Ia tak menyangka jika Erna tahu tentang permintaan Naira yang memintanya agar tak terlalu dekat dengan Fakhri.

*-*-*

Dengan langkah gontai Aila melangkahkan kakinya untuk kembali ke kamarnya setelah acara sarapan pagi yang penuh drama.

Semakin mendekati pintu kamar, sayup-sayup telinganya menangkap suara tawa dari arah kamar sebelahnya.

Naira dan Fakhri.

Langkah kaki Aila terhenti, menatap kamar yang pintunya sedikit terbuka.

Di sana! Naira dan Fakhri tengah bercengkrama mesra sembari sesekali berpelukan. Seolah tak pernah ada permasalahan yang baru saja terjadi tadi.

Batin Aila gamang. Rasa bersalah mulai menyusup dalam relung hatinya. Ia terlalu takut untuk masuk ke dalam kehidupan Fakhri dan Naira.

Aila takut Naira akan terluka!

Sedetik kemudian tatapan Aila dan Fakhri bertemu.

Fakhri yang masih berada dalam dekapan lembut Naira, menatap Aila dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.

Sedangkan Aila refleks memalingkan mukanya sembari melanjutkan langkah kakinya. Masuk ke dalam kamar.

Aila mengatur deru nafasnya yang mulai naik turun. Terpergok Fakhri saat tanpa sengaja melihat mereka bermesraan.

Setelah usai mengatur perasaan yang terlanjur tak karuan. Aila meraih tas dan bersiap-siap untuk pergi. Tak ingin lebih lama lagi tinggal di kediaman keluarga Fakhri.

Aila memutuskan untuk pulang!

Terpopuler

Comments

Dhellya's

Dhellya's

aila yg tegar ya.... aku dukung apapun keputusan mu

2020-05-16

2

D'illah @ NS

D'illah @ NS

duh sedih bacanya thor,,,kasihan Aila.

2020-05-07

3

Yuda Resitasari

Yuda Resitasari

haduw thoor...kenapa juga jadi rumit SPT ini??

2020-05-04

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!