3 Months Girlfriend

3 Months Girlfriend

Chapter 1: Ditolak

...What did I do wrong? I'm only fall in love. Why are you treating me so bad? —Ellena Clark...

...—–—...

Jam istirahat sudah nyaris habis. Namun, Elle masih berdiri di depan pintu lokernya yang terbuka. Menatap kotak berwarna merah muda dengan pita merah di atasnya. Ia mengigit bibir bawahnya resah.

Elle hendak memberikan hadiah itu kepada Bren Hudson. Cowok yang ia taksir sejak ia masih duduk di bangku sekolah dasar. Elle hendak menyatakan perasaannya kepada Bren di hari valentine ini.

Bren begitu populer, dan Elle tidak berharap Bren membalas perasaannya. Ia hanya ingin membuat perasaannya lega. Itu saja.

Awalnya Elle mau meletakkan saja hadiah berisi coklat tersebut di loker Bren dan menyelipkan sepucuk surat yang menyiratkan perasaannya kepada Bren. Akan tetapi, karena Bren begitu populer, saat hari valentine seperti ini lokernya sudah pasti terisi penuh dengan hadiah-hadiah dari para gadis di sekolah.

Hadiah dari Elle pasti tidak akan terlihat dan akhirnya akan terbuang jika Elle meletakkannya bersamaan dengan hadiah dari para gadis lainnya.

“Ellena Clark!” Sebuah tangan menyentuh pundak Elle. Elle berjengit kaget. Ia memutar tubuhnya dan segera menutup pintu lokernya dengan buru-buru.

“Jackson! Kau mengejutkanku!” seru Elle kepada cowok yang sekarang sudah berdiri di hadapannya.

Jackson mengangkat satu alisnya. “Aku memanggilmu sejak tadi. Apa yang kau lamunkan di depan loker hingga tidak mendengar panggilanku?”

Elle meringis canggung karena merasa bersalah. “Maaf.”

Jackson Rivera adalah satu-satunya teman yang Elle miliki. Cowok itu sangat ramah kepada semua orang. Jadi, Elle tidak merasa heran saat Jackson mau berteman dengannya.

Jackson mengibaskan tangannya di depan wajah. “Sudahlah.”

“Kenapa mencariku?”

Jakson mengedikkan kedua bahunya. “Tidak ada. Hanya saja sebentar lagi jam istirahat akan habis. Karena kita secara kebetulan berada di kelas yang sama, aku hanya ingin mengajakmu pergi ke kelas bersama.”

“Jam istirahat sudah mau habis?” tanya Elle panik sembari melihat jam di pergelangan tangannya. Bersamaan dengan itu, bel masuk kelas berbunyi.

Elle mengembuskan napasnya pelan. Kedua bahunya merosot. Rencananya tentang memberi hadiah untuk Bren Hudson secara langsung, terpaksa gagal karena bel sudah berbunyi.

“Kau tampak lesu,” komentar Jackson saat mereka berdua sudah berada di dalam kelas. Seprti biasa Elle mengambil tempat duduk paling belakang di pojok dekat jendela.

“Kau baik-baik saja?”

Sembari menatap kosong keluar kelas melalui jendela bening di sampingnya. Elle menompang wajah dengan kedua tangannya. “Aku baik-baik saja,” gumamnya pelan.

Elle berjalan sambil menunduk. Menatap ke arah kedua kakinya yang melangkah bergantian. Hingga suara cowok yang tidak asing di telinganya membuat Elle mengangkat pandangannya. Ia melihat Bren berada tak jauh darinya yang baru saja hendak masuk ke dalam mobil.

“Bren Hudson! Tunggu!”

Entah mendapatkan keberanian dari mana, Elle berteriak memanggil nama Bren. Hal itu membuat Bren yang baru saja hendak masuk ke dalam mobil, mengurungkan niatnya. Ia menatap ke arah Elle penuh tanya.

Elle berlari-lari kecil medekat ke arah Bren. Setelah sampai di hadapan Bren, Elle segera membuka tasnya dan memberikan kotak hadiah yang sejak tadi gagal ia berikan kepada Bren di jam istirahat.

Elle tidak berani menatap ke arah Bren. Jadi ia menunduk untuk menghindari tatapan Bren. Kedua tangannya yang terulur lurus ke arah Bren, ia tarik setelah merasakan Bren menerima kotak hadiahnya. Elle merasakan debar jantungnya meningkat.

Apa Bren sudah membuka kotak hadiahnya? Apa Bren sudah membaca surat cintanya? Elle tidak tahu, dan terlalu takut untuk mencari tahu.

Suara pintu mobil dibuka membuat Elle mengangkat wajahnya. Teman-teman Bren sudah berdiri di sekitar Bren. Ada Sara, Tyler dan beberapa cowok lain yang Elle tidak tahu namanya.

Bren membuka kotak pemberiannya dan tertawa. Entah apa yang ia tertawakan. Teman-temannya pun ikut tertawa saat Bren memperlihatkan isi kotak hadiah Elle. Elle rasanya ingin menghilang saja. Sara dengan lancang mengambil surat yang Elle selipkan di dalam kotak hadiahnya.

“Surat cinta, huh?” tanya Sara kepada Elle.

“Satu hal yang harus kau tahu, aku mencintaimu,” Sara membaca akhir surat Elle dengan lantang. Semua orang tertawa.

Elle sangat malu. Benar-benar malu. Rasanya ia ingin berlari pulang ke rumah dan bersembunyi di balik selimut. Namun, kakinya membeku. Wajahnya sudah memerah. Hingga Elle merasa bahwa warna merah di wajahnya lebih terang daripada warna rambutnya.

Elle berusaha merebut kertas di tangan Sara. Namun, Sara mengangkat tangannya tinggi-tinggi, membuat Elle yang lebih pendek dari pada Sara kesulitan merebut kertas tersebut. Semua orang tertawa seolah-olah Elle adalah lelucon paling konyol.

Saat surat di tangan Sara sudah hampir berhasil Elle rebut, Sara menendang tulang kering kaki Elle dengan sangat keras menggunakan ujung sepatunya, hingga membuat Elle jatuh bersimpuh di atas rumput.  Tawa semua orang semakin nyaring terdengar.

Elle nyaris saja menangis. Tapi, berusaha menahan air matanya agar rasa malunya tidak semakin bertambah.

Baru saja hendak bangkit berdiri dan pergi, mata Elle menangkap coklat-coklat buatannya berjatuhan di atas rumput di hadapannya. Elle mendongakkan kepalanya dan menatap ke arah Bren yang menatapnya datar.

Bren menjatuhkan kotak hadiah pemberian Elle yang sudah kosong untuk bergabung bersama coklat-coklat yang sudah berhamburan di atas rumput.

Bren melangkahan kakinya mendekat ke arah Elle yang masih terduduk di atas rumput. Kakinya menginjak coklat-coklat pemberian Elle. Ia lalu berjongkok untuk mensejajarkan dirinya dengan Elle. Satu tangannya terulur untuk mengangkat dagu Elle agar Elle menatapnya. Tanpa Elle sadari, ternyata murid-murid lain sudah ramai berdiri di sekitarnya untuk menyaksikan pertunjukkan antara dirinya dan Bren. 

“Aku tidak menyukaimu sama sekali. Bahkan tahu namamu saja tidak. Jadi, kuharap aku tidak akan pernah lagi mendapatkan surat cinta atau pernyataan cinta atau pun hadiah konyol darimu. Dan kau tahu… baru saja kau berhasil membuat waktu berhargaku terbuang.” Bren melepaskan wajah Elle dengan kasar, dan beranjak pergi.

Namun, langkah kaki Bren berhenti sejenak. “Ah… dan juga kuberi saran padamu.” Ia menoleh ke arah Elle yang masih diam dan belum juga beranjak dari posisinya. Menatap Elle dari ujung rambut hingga ujung kaki. “Sebelum kau menyatakan perasaanmu, kau sebaiknya berkaca terlebih dahulu. Karena wajahmu sama buruknya dengan penampilanmu,” imbuh Bren dengan sangat kejam.

Terdengar gelak tawa di sekitar Elle. Berserta gumaman-gumaman mengejek. Tak lama kemudian terdengar suara deru mobil Bren menjauh.

Elle kembali menunduk. Ia mengigit bibir bawahnya berusaha keras menahan tangisnya agar tidak pecah. Beberapa anak menepuk pundak Elle pelan sebelum beranjak pergi. Mungkin merasa iba atau bagaimana, Elle juga tidak tahu. Sebagian lainnya berbisik membicarakan keberanian konyol Elle untuk menyatakan perasaan kepada Bren.

Air mata yang Elle tahan sejak tadi akhirnya luruh juga. Elle berusaha menghapusnya dengan punggung tangannya tapi entah mengapa air mata tersebut malah mengalir semakin deras tak terbendung. Tangannya terulur memunguti coklat-coklat buatannya yang sudah hancur dan memasukkannya ke dalam kotak.

Sambil terisak Elle membawa kotak di tangannya menuju tong sampah dan memasukkannya ke sana. Ia menatap nanar ke arah tong sampah di depannya. Padahal ia sudah susah payah membuat coklat-coklat itu.

Sementara ia meratapi coklat-coklatnya, para murid lain yang belum meninggalkan halaman sekolah, menatap Elle dengan tatapan bervariasi. Mulai dari tatapan penuh iba hingga tatapan mencemooh, semua Elle dapatkan.

“Elle!” Suara Jackson membuat Elle mengangkat pandangannya.

Jackson sudah berdiri di hadapan Elle dengan napas yang terengah. Tatapan matanya terlihat khawatir. Ia berusaha menghapus sisa-sisa air mata di wajah Elle. Jackson memegangi pundak Elle dan menatap Elle dengan tatapan intens. “Are you ok?”

Tidak dapat menjawab pertanyaan Jackson, Elle hanya menangis semakin kencang. Jackson segera menarik Elle ke dalam pelukkannya dan mengusap punggung Elle lembut. Berharap dapat meredakan tangis Elle.

 

.

.

.

Penggambaran tokoh:

Terpopuler

Comments

Titislia

Titislia

aq mmpir kk. mmpir balik ke karyaku ya

2022-01-07

0

Lisa Haruna(Izin hiatus guys)

Lisa Haruna(Izin hiatus guys)

aku bc yg ini dulu,boleh

2021-12-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!