Mencintai Istri Orang
PoV Angga
Namaku Angga Alfian Putra. Umurku 24 tahun. Aku bekerja di Kantor Desa di daerah tempat tinggalku, dan aku menjabat sebagai Sekretaris Desa disana.
Disini, aku akan menceritakan kisah cintaku yang menurutku cukup miris. Aku mencintai wanita yang sudah bersuami. Yah, kalian tidak salah baca, aku memang benar-benar mencintai istri orang.
Tidak ada yang tahu perasaanku ini selain diriku sendiri dan Sang Maha Pencipta semata. Aku tidak berani mencurahkan isi hatiku kepada siapapun karena aku tahu perasaanku ini tidaklah benar.
Aku pikir, aku ini sudah tidak waras. Begitu banyak gadis yang aku kenal, tapi mengapa aku harus jatuh cinta dengan wanita yang sudah bersuami. Aku tahu ini salah, tapi aku juga tidak bisa membohongi perasaanku.
Awalnya, aku pikir perasaanku ini hanyalah sebatas perasaan kagum semata, ternyata aku salah. Salah besar. Aku memang benar-benar menginginkannya. Aku ingin memilikinya seutuhnya.
Berawal dari pertemuan kami kembali beberapa waktu lalu, aku selalu merindukan sosok wanita cantik itu setiap saat. Aku bahkan mengunduh semua foto selfie dirinya di akun media sosial miliknya. Senyumnya yang teramat manis benar-benar membuatku gila. Tidak ada bosan-bosannya aku menatap fotonya satu per satu.
Namanya Mita Sari Devi atau biasa dipanggil Mita. Dimataku, dia wanita tercantik yang pernah aku lihat dan temui didunia nyata.
Baiklah, aku akan menceritakan awal tumbuhnya perasaan terlarang ini di hatiku. Beberapa waktu lalu, aku mewakili desaku untuk mengikuti pertemuan di Kantor Kecamatan Kota Baru. Kebiasaan rapat orang-orang disana selalu menggunakan jam karet. Di undangan yang aku terima, pertemuannya dimulai pukul 09.00 pagi. Namun saat itu, jam sudah menjunjukkan pukul 10.00 pagi, tapi pertemuan belum juga dimulai karena pemateri belum datang.
Pagi itu aku berangkat ke kantor tanpa sarapan terlebih dahulu. Aku bangun kesiangan gara-gara aku begadang sampai pukul 02.00 dinihari bersama Wisnu.
Wisnu adalah sahabat sekaligus karyawanku. Aku dan wisnu begadang karena kami ingin menyelesaikan desain kaos keluaran terbaru dari bisnis yang sedang aku geluti sejak beberapa tahun terakhir.
Sebenarnya bisnisku itu sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hariku. Bahkan jika seandainya aku beristri dan punya anak sekali pun, aku sudah bisa menghidupi mereka dari hasil bisnis kaos yang aku tekuni. Tapi karena aku ingin menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tuaku, aku menuruti kemauan ayahku yang menginginkan aku bekerja sebagai pegawai kantoran.
Kembali ke awal pertemuanku dengan Mita, gadis yang mampu membuatku tidak waras karena pesonanya. Saat itu aku memacu motorku menuju sebuah rumah makan yang tidak jauh dari tempat aku mengikuti rapat saat itu. Aku memarkirkan motor N-Max merah kesayanganku tepat di depan Warung Suroboyo milik mas Dayat. Rumah makan itu memang sudah menjadi tempat makan favoritku semenjak aku duduk di bangku SMA bersama dengan sahabat-sahabatku.
Saat aku ingin melangkahkan kakiku masuk ke dalam rumah makan tersebut, seketika pandanganku teralihkan pada Mita yang sedang berjalan di pinggir jalan. Dia terlihat sangat tidak fokus. Sepertinya sedang memikirkan sesuatu. Nampak jelas kalau dia sedang memiliki masalah yang membebani pikirannya. Berkali-kali supir truk membunyikan klakson mobilnya dari jauh, tapi sepertinya Mita tidak menyadarinya. Saat jarak truk tersebut hanya berkisar 10 meter saja darinya.
"MITA AWAS!!!" teriakku sambil berlari ke arahnya untuk menolongnya dari ancaman maut tersebut.
Mita sepertinya mendengar teriakanku. Matanya seketika membulat saat melihat truk yang sedikit lagi menyerempet tubuhnya.
"AAAARGH!" pekik Mita.
Mungkin karena terlalu kaget, dia bahkan tidak bisa berpikir untuk menghindar dan menyelamatkan diri. Dia malah berdiri mematung menyaksikan mobil truk kuning itu semakin lama semakin mendekat ke arahnya.
Dengan langkah cepat aku meraih pergelangan tangan Mita lalu menariknya ke tepi jalan raya. Tanpa sengaja dia masuk ke dalam pelukanku. Mita memejamkan matanya kuat-kuat. Aku bisa merasakan debaran jantungnya yang berdetak sangat kencang.
"Kalau jalan hati-hati, remnya macet nih!!!" teriak Si Supir Truk sambil terus melajukan kendaraannya menyusuri jalan raya yang saat itu terlihat tidak terlalu ramai.
Saat Mita mendengarkan teriakan si supir truk, dia mulai membuka matanya. Saat dia menyadari kalau dirinya sedang berada didalam pelukanku, dia segera mendorong tubuhku dengan kedua tangannya. Sepertinya dia sangat terkejut saat menyadari dirinya berada didalam pelukan seorang laki-laki asing.
Begitu dia menyadari bahwa aku mendekap tubuhnya, dia tampak lebih kaget lagi dibanding saat dirinya hampir terserempet truk.
"Maaf. Aku hanya ingin menolongmu tadi. Aku tidak bermaksud berbuat kurang ajar padamu," ucapku mencoba menjelaskan pada Mita agar dia tidak salah paham padaku dan mencapku sebagai laki-laki kurang ajar.
"Ti-tidak. Anda tidak perlu minta maaf, Pak. Harusnya saya berterima kasih karena Anda sudah menolong saya. Dan tadi itu ... saya cuma sedikit terkejut saja," jelas Mita sambil menundukkan pandangannya. Sepertinya dia terlihat canggung dan malu-malu padaku.
Aku mengulum tawaku saat mendengarnya berbicara formal padaku. Mungkin karena Mita melihatku mengenakan seragam khaki khas pegawai negeri. Sepertinya dia sudah lupa padaku, tapi aku tidak akan pernah lupa padanya.
"Mita, apa kamu sudah lupa denganku?"
Aku bertanya padanya sambil menunjuk diriku sendiri. Perlahan Mita mulai mengangkat pelan kepalanya dan memberanikan diri untuk menatapku. Mita mengerutkan dahinya. Dia menatapku dengan penuh selidik. Sepertinya dia mencoba mengingat-ingat siapa diriku ini sebenarnya. Apakah dia kenal atau tidak?
"Sepertinya saya pernah melihat Anda, Pak. Tapi dimana, ya? Oh iya, kalau boleh tau, nama Bapak siapa?"
Mita kembali bertanya padaku menggunakan bahasa formal dan sukses membuatku kembali mengulum tawa Sepertinya dia sudah tidak mengingat pertemuan kami beberapa tahun silam saat kami sama-sama mewakili sekolah kami masing-masing saat mengikuti seminar Barisan Muda Wajo (BMW) di gedung PKK di Kota Sengkang.
“Aku Angga, Ta. Masa kamu lupa sih?” jawabku yang sok akrab padanya.
"Angga ... Angga," gumamnya seraya berpikir.
Sepertinya dia berusaha keras untuk mengingat diriku. Aku hanya diam saja dan tidak membantunya mengingatku. Aku ingin melihat apakah dia masih mengingatku yang pernah memberinya kursi saat dia kebingungan untuk duduk dimana saat kami mengikuti seminar waktu itu.
Waktu itu, Mita agak terlambat memasuki gedung tempat seminar. Alasannya ban motornya pecah di tengah jalan. Jadi dia memutuskan untuk naik ojek sampai di depan gedung.
Saat Mita terlihat kebingungan, dia hanya melihat satu buah kursi yang kosong. Namun sepertinya dia agak ragu-ragu untuk duduk di kursi itu karena dia melihat di samping kiri dan kanan kursi kosong tersebut di tempati oleh siswa laki-laki dari sekolah lain. Aku yang melihat Mita kebingungan segera berdiri dan memberikan kursiku padanya. Aku membiarkan Mita duduk disamping siswi yang datang bersamaku mewakili sekolah kami waktu itu. Aku menyuruh siswa sekolah lain tadi untuk begeser mengisi kursi kosong tersebut lalu aku duduk disamping Mita.
Kembali ke pertemuanku dengan Mita waktu itu. Aku melihat Mita berusaha cukup keras untuk mengingatku. Aku bahkan berpikir kalau Mita bahkan tidak memiliki kesan dengan pertemuan kami waktu itu. Buktinya, dia bahkan kesulitan mengingatku.
"Kamu Angga yang waktu itu, kan? Yang dulu perwakilan dari SMAN 1 Sabbang Paru?" Mita bertanya sambil menunjuk ke arahku.
Aku tersenyum senang. Hanya seperti itu saja sudah mampu membuatku sangat senang.
"Iya benar. Aku pikir kamu sudah lupa."
"Astaga, Angga. Kenapa nggak bilang dari tadi sih? Maaf yah, otak aku memang sedikit lemot. Maklumlah, sudah jadi ibu rumah tangga," ucapnya sambil tersenyum padaku lalu menepuk lenganku dengan pelan.
Mendengar kata ibu rumah tangga, aku tersenyum paksa. Karena pesonanya, aku bahkan hampir lupa kalau dia sudah bersuami.
Aku tahu banyak tentang Mita lewat akun Instagram miliknya. Aku mem-follow akunnya, tapi dia tidak mem-follback akunku sama sekali. Berbeda di akun Facebook miliknya, kami berteman disana. Namun beberapa bulan terakhir ini, dia tidak pernah aktif lagi di akun Facebook-nya. Sepertinya dia hanya fokus di akun Instagram-nya saja. Aku bisa tahu karena hampir setiap hari dia menggunggah story di akun instagramnya.
Aku tersenyum paksa. Karena pesonanya, aku bahkan hampir lupa kalau dia sudah bersuami.
Aku tahu banyak tentangnya lewat akun instagram miliknya. Aku mem-follow akunnya. Tapi dia tidak mem-follback akunku sama sekali. Berbeda di akun Facebook miliknya. Kami berteman disana. Namun beberapa bulan terakhir ini, dia tidak pernah aktif lagi di akun Facebook-nya. Sepertinya dia hanya fokus di akun Instagram-nya saja. Aku bisa tahu karena dia update setiap hari di akun Instagram-nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Mogu
gpp lah skli2 bca crita oembinor dri pda pelakor trs biar tujuanya sm tpi beda alurnya
2022-01-10
1
Yusni Ali
Pebinor...
2022-01-10
1
Mutia Kim🍑
Angga jgn jadi pebinor dong😒
2021-12-27
1