Aku mengusap rambut dan wajahku dengan kasar, sepertinya aku benar-benar terobsesi dengan istri orang. Aku meraih jaket dan kunci motorku. Aku ingin keluar nongkrong dengan teman-temanku. Mungkin dengan begitu, aku bisa mendapatkan hiburan dan bisa terlepas dari jerat bayangan istri orang.
Sebelum berangkat, aku terlebih dahulu membuat janji dengan sahabat-sahabatku. Aku mengajak mereka untuk nongkrong di tempat biasa, di Cafe Rumah Tua yang ada di Kota Sengkang yang jaraknya sekitar hampir 15 Km dari rumahku.
Sesampainya di kafe, aku segera menghampiri Wahyu dan Yudi yang sudah lebih dulu sampai disana. Tidak lama setelah aku duduk, kopi pesanan kami bertiga pun akhirnya datang.
Saat kami tengah asyik mengobrol, tanpa sengaja pandanganku mengarah pada sepasang kekasih yang tengah bermesraan di sudut kafe. Aku begitu terkejut saat melihat sosok laki-laki yang sepertinya tidak asing. Aku membuka akun instagram milikku. Nama gadis pencuri hatiku langsung aku klik di mesin pencarian karena namanya memang sudah muncul disana tanpa perlu aku ketik lagi.
Aku mulai menelusuri postingan-postingan Mita. Aku mencari foto suaminya karena aku ingin memastikan bahwa aku tidak salah lihat orang.
Kenyataan begitu pahit jika Mita sampai mengetahui kebenarannya. Namun justru berbanding terbalik denganku. Aku menganggap kalau hal ini justru adalah kenyataan manis untukku. Tiba-tiba aku membayangkan Mita menuntut cerai pada Si Indra penghianat itu dan aku jadi memiliki kesempatan untuk menikahi Mita.
Aaah! Aku benar-benar sudah gila. Kenapa pikiranku bisa begitu liar dan teramat jauh? Batinku.
Aku merasa pikiranku benar-benar kacau saat itu. Aku tidak tahu harus merasa senang atau apa. Yang jelas, ada sedikit perasaan berdosa karena telah berbahagia diatas penderitaan Mita.
Perasaanku benar-benar tidak menentu saat itu, aku buru-buru menyesap kopiku. Aku lupa kalau kopinya masih panas.
Bbruuut. Aku menyemburkan kopi panas itu dari mulutku ke lantai. Sebagian kopi tersebut juga tumpah dan dan menggenang di sekitar ritsleting celana jeans yang aku kenakan.
Auwh. Masa depanku terasa sedikit panas. Jangan sampai terjadi apa-apa padanya. Jeritku dalam hati.
Kedua sahabatku yang menyaksikan kesialanku sore itu hanya menertawaiku dengan nada mengejek.
"S*alan kalian berdua. Senang sekali kalian liat sahabat sendiri kena sial," umpatku lalu bergegas menuju toilet ingin memeriksa keadaan masa depanku di dalam sana yang tanpa sengaja tersiram kopi panas. Kedua sahabatku itu hanya terkekeh mendengar ucapanku.
Aku sengaja memelankan langkah kakiku ketika aku hampir sampai dibelakang sepasang kekasih yang telah mencuri perhatianku tadi. Aku ingin memastikan, apakah laki-laki itu benar Indra, suami Mita atau bukan. Yang aku khawatirkan mereka berdua cuma mirip, tapi tadi aku menjadi sangat yakin saat melihat jaket yang dikenakan oleh laki-laki itu. Jaket itu sama persis dengan jaket yang dipakai oleh suami Mita pada foto yang diposting oleh Mita beberapa minggu yang lalu.
Aku mendengar ponsel laki-laki mirip suami Mita itu berdering. Tanpa butuh waktu lama, laki-laki itu segera menjawab teleponnya di tempat setelah menempelkan jari telunjuknya di bibirnya sendiri. Sepertinya laki-laki itu menyuruh wanita yang duduk bersamanya itu untuk diam.
"Halo, Mita. Ada apa?" ujar laki-laki itu saat menjawab telponnya. Sekarang aku benar-benar yakin seyakin-yakinnya kalau laki-laki itu benar-benar Indra, suami Mita.
"Saya masih rapat dengan Sekdes Suka Maju Sayang," ujarnya lagi. Aku hanya tersenyum miring mendengar laki-laki itu membohongi istrinya.
Rapat apaan? Dasar suami breng*ek.
Saking kesalnya rasanya aku ingin menghajar laki-laki yang sudah mengkhianati wanita yang aku cintai saat itu juga.
Tidak tidak. Aku harus bisa menahan diri, aku tidak boleh bertindak gegabah.
"Oke. Saya akan pulang cepat, tapi kamu jangan ganggu dulu ya Sayang."
Uweek. Rasanya aku ingin muntah mendengar Si Indra itu memanggil Mita dengan panggilan sayang. Rasanya aku ingin mencomot bibir manisnya itu. Aku merasa sangat benci karena dia telah menghianati Mita.
Sejenak aku melupakan masa depanku yang tadinya tersiram kopi panas, aku berdiri di balik tembok ingin menguping pembicaraan mereka. Setelah Si Indra mengakhiri sambungan telponnya dengan Mita, wanita cantik selingkuhannya itu sepertinya merajuk padanya.
"Honey, kapan kamu menceraikan istrimu itu?" tanya Wanita selingkuhan Si Indra itu sambil memonyongkan bibirnya. Si Indra sepertinya hanya terdiam dan tidak menjawab pertanyaan wanita itu.
"Honey, aku bisa ngasih kamu anak yang banyak. Kenapa sih kamu terus mempertahankan istri yang takut hamil seperti dia?"
Apa? Takut hamil? Apakah karena itu suami Mita selingkuh? Batinku sedikit terkejut dan bertanya-tanya dalam hati.
Aku juga tidak tahu apa sebenarnya yang terjadi dalam rumah tangga Mita. Tapi aku yakin ada yang tidak beres saat aku bertemu dengan Mita 1 minggu yang lalu.
"Kamu serius? Apa saya bisa mempercayai ucapanmu barusan?" tanya Indra, ingin memastikan ucapan wanita selingkuhannya yang tidak aku ketahui namanya itu.
"Aku serius, Honey," jawab Wanita itu disertai anggukan. "Kalau kamu tidak percaya, aku bisa membuktikannya nanti. Kamu tinggal pesan kamar hotel saja. Bagaimana?"
Aku melihat Indra terdiam. Awalnya dia nampak ragu-ragu, namun setelah terus-menerus dirayu oleh wanita itu, akhirnya dia pun setuju. Tidak lama kemudian, Indra berdiri dari tempat duduknya lalu berkata, "Ayo!"
"Ck ck ck. Dasar laki-laki hidung belang." Aku berdecak sambil geleng-geleng kepala melihat kelakuan Si Indra yang begitu mudahnya menerima tawaran wanita itu.
Ya ampun, gara-gara kepo urusan orang lain, aku jadi lupa dengan masa depanku sendiri. Batinku sambil menepuk jidat.
Begitulah manusia. Terkadang, ada yang senang tertawa diatas penderitaan orang lain. Kadang juga, ada yang sibuk mengurus urusan orang lain, sedangkan urusan sendiri belum tentu beres. Ku akui, sekarang aku pun begitu.
***
Pukul 7 malam, aku sudah kembali ke rumah. Kejadian di kafe tadi masih terbayang-bayang diingatanku. Aku bingung. Apakah aku harus memberitahukannya pada Mita secara langsung ataukah aku harus membiarkannya sampai dia mengetahuinya sendiri.
Ah, lebih baik aku membiarkannya. Cepat atau lambat Mita akan mengetahuinya sendiri. Apalagi kalau selingkuhan si Indra itu sampai benar-benar hamil anaknya.
Aku harus bersabar. Aku tidak boleh gegabah. Jangan sampai Mita berpikir kalau aku yang ingin mengacaukan rumah tangganya.
Aku membaringkan tubuhku di tempat tidur. Entah mengapa tanganku terasa gatal ingin menghubungi Mita malam itu. Aku yakin pasti suaminya masih bersenang-senang di hotel dengan wanita lain.
"AAAH!!! MITAAA!!!
"Kamu benar-benar membuatku gila."
Aku berteriak sekeras-kerasnya didalam kamarku memanggil namanya. Meski pun di lantai bawah masih ada karyawan yang berjaga hingga pukul 9 malam, tapi aku tidak perlu khawatir mereka akan mendengarku karena kamarku kedap suara.
2 Tahun yang lalu aku membeli rumah yang berukuran cukup besar dari hasil kerja kerasku sendiri. Saat itulah aku mulai hidup mandiri dan tidak tinggal dengan kedua orang tuaku. Rumah ini juga aku jadikan sebagai kantor untuk bisnis kaosku.
Aku memiliki beberapa orang karyawan yang mengurus bisnisku saat aku pergi bekerja di kantor. Dan seorang manajer yang bisa diandalkan untuk menghandle semua pekerjaan. Aku hanya mengawasi saat Wisnu mendesain sablon, memeriksa laporan keuangan, kemudian tinggal menunggu hasil saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Ajusani Dei Yanti
asik peluang bagus tuh untuk anga
2023-03-01
0
Maharani Putri
asikkk
2022-07-21
0
Yusni Ali
Wah...Angga si bucin punya peluang tuh untuk dapatkan Mita
2022-04-25
0