Om-Om Aneh

PoV Mita

"Ya ampun. Darimana, Pak Indra menemukan ini?" tanyaku senang bercampur penasaran. 

Aku memang menyadari kalau aku kehilangan benda tipis berbentuk persegi panjang tersebut setelah sampai dirumah waktu itu sepulang sekolah.

"Beberapa hari yang lalu aku menemukannya di depan perpustakaan," jawabnya.

"Oh, makasih ya, Pak."

"Jangan panggil pak dong. Memangnya saya setua itu," kata kak Indra sambil tersenyum dan terus-terusan menatapku. Aku yang ditatap seperti itu oleh seorang laki-laki yang baru aku kenal menjadi salah tingkah.

"Te-terus saya harus manggil apa, Pak Indra 'kan pakai seragam?" tanyaku sambil menunjuk seragam yang dia kenakan dengan daguku. Aku membuang pandanganku sedikit ke samping karena tak berani menatap laki-laki tampan yang berdiri dihadapanku.

"Mm ... kamu panggil saya Kak saja. Lagian usia kita palingan beda 6 atau mungkin 7 tahun saja," jawab kak Indra sambil masih menggenggam tanganku.

"Hah 7 tahun?! Ah, nggak ah. Saya panggil Om atau Pak aja. Lagian, Pak Indra seumuran sama om saya. Adiknya ibu saya," kataku sambil berusaha menarik tanganku yang masih berada didalam genggamannya.

"Hahaha. Kamu ini lucu sekali," katanya sambil melepaskan genggamannya lalu mencubit pipiku dengan gemasnya.

Astaga, orang ini lancang sekali. Batinku.

Aku begitu terkejut dengan perlakuan kak Indra waktu itu. Mataku hanya bisa membulat karena kaget. Ini pertama kalinya pipiku disentuh oleh seorang pria selain ayahku. Aku benar-benar tidak tahu harus berkata apa.

"Kalau begitu, saya kembali ke kantor dulu. Masih banyak kerjaan. Bye," kata kak Indra sembari tersenyum lalu berlalu dari hadapanku.

Aku berdiri mematung sambil memandang punggung kak Indra yang semakin lama semakin menjauh dari pandanganku.

Dret dret. Ponselku tiba-tiba bergetar didalam saku rokku. Setelah mengecek ponselku, aku mendapati panggilan masuk dari nomor asing. Tanpa menunggu lama-lama, aku segera menjawabnya siapa tahu penting.

"Halo. Siapa ini?"

"Jangan lupa save nomorku," jawab seorang laki-laki yang suaranya sepertinya tidak asing.

"Hah?!" Meski pun sedikit kebingungan tapi otakku terus berusaha mengingat siapa sebenarnya pemilik suara itu.

Astaga. 

Aku kembali menatap ke arah kak Indra. Aku melihatnya melambaikan tangan kearahku sambil berjalan mundur dan tersenyum lebar. Setelah memutuskan sambungan teleponnya, kak Indra segera berbalik arah lalu berlari kecil menuju Kantor Kelurahan tempat dia bekerja.

“Cie cie .…” Ledekan Rina seketika membuatku mengalihkan pandanganku dari punggung kak Indra yang semakin lama semakin menjauh.

"Ih apaan sih kamu, Rin. Pakai cie cie segala. Balik ke kelas yuk!" ajakku sembari membelakangi Rina untuk menyembunyikan wajahku yang sedang merona karena malu.

***

Keesokan harinya. 

Seperti biasanya, aku berangkat ke sekolah jam setengah 7 pagi dan sampai di sekolah sekitar 15 menit kemudian. Bedanya, pagi itu ayah yang mengantarku ke sekolah karena ban motorku tiba-tiba pecah.

"Dah, Ayah! Hati-hati!" ucapku setengah berteriak sambil melambaikan tangan kepada cinta pertamaku itu. Ayah hanya membalasku dengan melemparkan senyuman hangatnya sambil melajukan motor Vespa kesayangannya untuk kembali ke rumah. Setelah punggung ayahku tidak terlihat lagi, barulah aku memutar badan hendak masuk menuju gerbang sekolah.

Tiba-tiba sosok laki-laki berbadan tinggi dengan bentuk tubuh yang cukup atletis dibalut dengan pakaian olahraga menghadang langkahku.

"Astaga!" ucapku secara spontan karena terkejut. "Pak Indra bikin saya kaget aja," sambungku lagi sambil memengangi dadaku yang berdebar cukup kencang.

"Good morning!" sapa kak Indra sambil memamerkan deretan giginya yang rapi dan putih bersih.

"Pagi juga, Pak," balasku lalu menunduk.

"Saya 'kan sudah bilang, jangan panggil saya pak, panggil saya kakak. Ok," protes kak Indra sambil memajukan sedikit kepalanya kearahku. Kedua tangannya dia lipat di depan dada, sedangkan aku hanya terdiam dan tidak menggubris ucapannya karena aku bingung harus menjawab apa.

"O ... key," kata kak Indra lagi sambil membulatkan jari telunjuk dan jempolnya.

"Ma-af. Saya buru-buru. Pagi ini jadwal piket  saya di kelas. Permisi." Setelah mengucapkan kalimat itu, aku segera berlari memasuki gerbang sekolah. Sebisa mungkin aku harus menghindari orang aneh itu. Pikirku.

"Syukurlah. Untung om-om aneh itu nggak ngikutin aku," gumamku sambil terus berlari sekuat tenaga menuju kelas.

***

Jam istirahat telah tiba. Siang itu aku tidak berencana untuk pergi ke kantin. Aku takut, kak Indra datang lagi menghampiriku di tempat itu seperti kemarin. Jadi aku mencari alasan untuk tidak pergi ke sana.

"Ke kantin, yuk!" ajak Rina.

"Aku lagi malas ke kantin, Rin. Aku nitip roti sama air mineral aja yah," ujarku sambil mengeluarkan selembar uang sepuluh ribuan dari dalam saku seragamku.

"Tumben," kata Rina sambil menatapku dengan tatapan penuh selidik. "Ahha ... aku tahu, apa jangan-jangan kamu malu ketemu sama pa-"

"Sudah, sana pergi! Jangan ngomong sembarangan," kataku memotong ucapan Rina sambil menyumpal mulutnya dengan sebelah tanganku lalu mendorongnya keluar menuju pintu ruang kelas.

"Tuh 'kan bener," ucap Rina setelah menurunkan tanganku yang menutupi mulutnya tadi.

Sepertinya Rina sangat senang melihat ekspresi malu-maluku. Sepanjang aku mendorongnya keluar, dia terus saja menggodaku sambil cengengesan.

Firasatku benar. Setelah sampai di kantin, Rina benar-benar bertemu dengan kak Indra. Orang yang aku anggap sebagai orang aneh waktu itu benar-benar datang mencariku. Aku mengetahuinya karena Rina menceritakan semua yang mereka bicarakan di kantin padaku beberapa hari kemudian.

"Hai! Kamu Rina 'kan temannya Mita," sapa kak Indra pada Rina yang sedang mencari roti kesukaanku diantara banyaknya roti yang bertumpuk di atas keranjang putih milik Ibu Kantin. Rina memang sahabat terbaikku. Dia tahu segalanya tentangku, termasuk apa yang aku sukai dan tidak aku sukai. 

"Iya, Pak. Benar," jawab Rina. Dia menghentikan aktifitasnya sebentar yang sedang mencarikan roti cokelat kacang kesukaanku.

"Ngomong-ngomong, Mita kemana? Kenapa tidak datang ke kantin?"

"Oh itu, Mita lagi di kelas, Pak."

"Oh, memang biasanya dia sering tidak datang ke kantin?"

"Tumben-tumbennya sih, Pak. Biasanya juga dia yang paling antusias ngajakin saya ke kantin di jam istirahat seperti ini," jawab Rina lalu kembali memilihkan roti untukku.

"Jangan-jangan hari ini dia puasa." Kak Indra mulai menebak-nebak.

"Puasa apanya, Pak. Orang dia nitip roti segini banyak," jawab Rina sembari mengangkat beberapa bungkus roti dengan kedua tangannya lalu meletakkannya kembali karena yang tadi itu dia ambil asal-asalan saja. Rina memang sengaja melakukannya karena dia ingin menertawakanku bersama kak Indra, mumpung aku tidak ada disana.

Huh! Dasar Rina.

"Benarkah?" tanya kak Indra sambil senyam-senyum.

"Iya, Pak."

"Mm ... ngomong-ngomong, Mita suka makan apa?" tanya Kak Indra setengah berbisik pada Rina. Rina yang mendengar pertanyaan kak Indra malah balik menatapnya dengan tatapan penuh selidik tanpa menjawab pertanyaannya terlebih dahulu.

"Kenapa?" tanya kak Indra. Dia merasa aneh dengan tatapan Rina padanya.

"Pak Indra naksir ya sama Mita?" tanya Rina to the point. Kak Indra menjawabnya dengan anggukan tanpa terlihat ragu sedikit pun.

"Sudah ku duga," gumam Rina sambil tersenyum lalu mengambil beberapa bungkus roti kesukaanku yang sudah dia temukan tadi.

"Kamu kenapa senyum-senyum?" tanya kak Indra penasaran.

"Sini dulu, Pak saya bisikin dulu sebuah rahasia besar tentang doi," ucap Rina sambil menggerakkan jari telunjuknya memberi kode agar kak Indra menunduk sedikit kearahnya. Kak Indra yang memang penasaran segalanya tentangku langsung menurut tanpa perlu berpikir lama-lama.

 

Terpopuler

Comments

Ajusani Dei Yanti

Ajusani Dei Yanti

lanjut thorrrr kuh semangat

2023-03-01

0

_rus

_rus

Aku mampir Thor, tidak lupa dengan 5 like serta Rate-nya .... 😆

Salam Kenal dari "Sebuah Kisah Cintaku" & "Sang Ratu Sekolah" 😆🙏🏽

2022-04-10

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!