Selama hidup Julia hanya pernah tiga kali berhubungan dengan pria. Pria pertama bernama Dani, teman satu sekolah waktu SMA. Dia bukan cinta pertama, karena menurut Julia cinta adalah sebuah kata yang dalam. Yang jelas Julia menyukainya karena Dani smart dan sopan. Dani nggak neko-neko, dia pacar yang baik mau membantunya belajar.
Hubungan mereka layaknya cinta monyet, pacaran anak sekolah. Ketemu hanya disekolah, yang dibahas ringan-ringan saja. Sesekali mereka keluar bersama untuk belajar kelompok, tidak pernah pergi berduaan. Mereka selalu dikelilingi teman-teman.
Julia dan Dani pacaran selama tiga tahun. Selama SMA hanya Dani pacar Julia satu-satunya.
Hubungan mereka nyaman sekali, sampai di suatu titik Julia tidak bisa tanpanya. Julia berpikir hari-hari yang dilewati tanpa Dani pasti akan sangat berbeda.
Yang ia takutkan terjadi. Selepas SMA Dani kuliah di luar kota, di sebuah Institut Teknologi di kota Bandung. Saat itu Dani berjanji tidak akan ada yang berubah.
Nyatanya hubungan jarak jauh tidak cocok buat mereka. Dani terlalu sibuk dan Julia terlalu menuntut. Hubungan mereka berjalan sulit, pembicaraan serius selali berujung perdebatan. Dani tidak tahan dengan Julia yang menurutnya manja, harus diberi kabar terus-menerus.
Dani memutuskan untuk jeda sejenak dari hubungan ini. Julia tak berharap banyak.
"Jeda dalam hubungan bagiku adalah stop, berhenti. Tidak perlu diteruskan lagi."
Jelas Julia sedih, kehilangan orang yang dekat secara emosional selama tiga tahun. Tapi, di dalam hati Julia lega. Hubungan yang sulit, perdebatan terus menerus hanya bikin lelah jiwa. Julia bersyukur semua berakhir. Walau ia akan canggung tanpanya, Julia yakin ini yang terbaik buat mereka berdua.
***
Kak Haris, adalah pacar kedua Julia sekaligus senior di kampus. Hubungan mereka berjalan singkat, tidak sampai setahun. Banyak ketidak cocokan diantara mereka. Mungkin salah Julia yang menerima Kak Haris tanpa banyak pertimbangan. Kak Haris datang disaat Julia baru putus cinta, sedang butuh teman untuk bersandar.
Kak Haris tipe cowok gaul yang rame, heboh, suka bersosialisasi, temannya ada dimana-mana. Mall sudah seperti rumah kedua, shopping pakaian branded adalah hobinya. Kak Haris sama sekali tidak pelit, ia melimpahi Julia dengan hadiah, pakaian dan tas baru.
Kak Haris rutin mengantar jemput Julia ke kampus dengan mobil Karimun kotak warna marunnya. Setiap malam Minggu seakan wajib mentraktir Julia makan di restoran mahal. Simpelnya, Kak Haris memperlakukan Julia seperti putri.
Tapi Julia adalah perempuan sederhana yang tidak terbiasa dengan gaya hidup seperti itu. Dengan Kak Haris, prestasinya turun. Bagaimana Julia mau belajar, kalau hari-harinya habis untuk berkeliling mall dan nonton bioskop saja.
Kak Haris bukan sosok pria yang Julia cari. Kak Haris bukan pria dengan pemikiran dewasa. Di mata Julia, ia hanya ingin bersenang-senang saja. Julia tidak tahu kemana hubungan mereka bermuara.
Suatu hari Julia minta hubungan mereka diakhiri. Kak Haris sangat marah, murka lebih tepatnya. Ia memaki-maki Julia yang dianggapnya tidak tahu diuntung. Bahkan Kak Haris menyebut-nyebut semua hadiah pemberiannya, seakan Julia yang minta itu semua.
Kak Haris membuat Julia nelangsa dan malu. Dengan rasa jijik Julia mengumpulkan barang-barang hadiahnya, ia kemas dalam kardus dan dikirim ke alamat rumahnya.
Selepas putus dar Julia kelakuan Kak Haris semakin menjadi-jadi. Ia bersikap layaknya playboy, sengaja menunjukkan ke Julia kalau ia bisa berganti-ganti pacar dengan mudah. Julia tidak peduli, sungguh ia sama sekali tidak rugi memutuskan hubungan dengannya.
Walau kisah cintanya dengan Kak Haris berakhir pahit, Julia merasa bersyukur dijauhkan dari pria sepertinya. Beruntung Julia mengikuti suara hati, tidak mengabaikan rasa gelisah dan suram dalam hubungan mereka. Kini, Julia sudah tahu sifat aslinya. Proses move on dari Kak Haris berjalan begitu cepat. Julia terbebaskan.
***
Pacar ketiga Julia adalah Mas Faqih, mahasiswa yang sedang menempuh magister Pendidikan Bahasa Inggris. Julia mengenalnya sejak Mas Faqih masih jadi kakak tingkatnya sewaktu dia menjadi asisten dosen. Mas Faqih pria yang karismatik, santun, cerdas dan mempesona. Pembawaannya yang tenang dan dewasa membuat Julia jatuh hati.
Waktu itu, Julia tidak menyangka Mas Faqih juga menaruh hati padanya. Karena masih banyak mahasiswi lain yang lebih cantik dan cerdas. Kata Mas Faqih, sewaktu ia mengajar hanya Julia yang memperhatikannya sungguh-sungguh. Julia tidak seperti mahasiswa lain yang menyepelekannya hanya karena ia berstatus asisten dosen. Mas Faqih merasa dihargai.
Mas Faqih senang berbagi ilmu, tidak segan-segan membantu Julia mencari sumber rujukan dan buku-buku untuk mengerjakan tugas. Mas Faqih menyarankan Julia bersemangat kuliah, mencari beasiswa LPDP ke luar negeri selepas lulus kuliah nanti. Mas Faqih membuka mata Julia dunia ini luas. Julia harus melangkah melihat daerah baru, budaya baru, agar pikirannya terbuka.
Mas Faqih satu-satunya pacar yang Julia kenalkan kepada Ibu. Julia benar-benar serius dan mantap padanya. Di matanya Mas Faqih adalah husband material. Status Mas Faqih sebagai mahasiswa S2 membuat Ibu bangga.
Mas Faqih membuat Julia matang dan termotivasi. Julia semangat menyelesaikan skripsinya. Semangat mencari pekerjaan sampingan mengajar les privat. Julia semakin giat menabung karena dalam otaknya hubungan mereka amat serius. Kapan saja Mas Faqih mengajaknya menikah ia siap. Karena itu Julia menabung untuk biaya pernikahan. Julia tahu tabungan Ibu tidak banyak, jadi ia harus membantu sebisanya.
Di hari wisuda Mas Faqih datang membawa coklat dan buket bunga besar. Menyalami dan menyapa Ibu dan kakak. Mas Faqih benar-benar membaur, seakan mantap ingin menjadi bagian dari keluarga Julia.
Malamnya Mas Faqih mengajak Julia makan malam berdua untuk merayakan kelulusan. Julia merasa ini saat yang tepat untuk memastikan hendak dibawa kemana hubungan yang sudah terjalin ini.
"Mas, aku sudah wisuda. Sudah diterima bekerja juga, apa rencana untuk kelanjutan hubungan kita?" Tanya Julia mantap.
"Aku ingin kamu seperti aku dek melanjutkan kuliah lebih tinggi. Mencari ilmu, pengalaman, membangun relasi dan karir yang lebih mapan." Jawab Mas Faqih tanpa ragu.
"Iya aku tahu, tidak ada yang salah dengan pendidikan. Tapi itu bukan prioritasku saat ini. Prioritasku sekarang cari uang untuk membantu Ibu. Lagipula aku kurang berminat untuk lanjut kuliah lagi .… " kata Julia lirih.
"Hmmmmm .… " Mas Faqih melepaskan nafas berat.
"Mas impianku sederhana, ingin jadi guru dan menikah dalam waktu dekat. Aku siap menjadi supporter. Aku sangat dukung Mas maju," tegas Julia.
"Tapi aku yang tidak siap dek, kalau harus berkomitmen secepatnya …. " jawabnya.
"Tidak perlu cepat-cepat Mas, aku mau kok menunggu sampai tesisnya beres!" Julia ngotot dengan pendapatnya.
"Iya, tapi Mas juga punya cita-cita lain. Mas ingin kejar beasiswa doktor dulu dek. Kalau lancar, kuliah doktor butuh waktu sekitar empat tahun menyelesaikannya."
"Lalu aku bagaimana Mas ?" kata Julia memelas.
"Kalau kamu siap menunggu Mas pasti akan menikahimu dek. Mas ingin sukses dulu, jujur Mas bukan tipe orang yang bisa membagi konsentrasi. Kalau Mas fokus sekolah, ya sekolah saja dulu. Soal menikah dan lain-lain kita pikirkan belakangan!" Tegasnya.
Jawaban Mas Faqih membuat Julia bingung. Jika Mas Faqih serius dengan hubungan mereka, harusnya ia memilih option menikah dahulu sambil melanjutkan kuliah. Hal itu bukan tidak mungkin karena rata-rata dosennya mengambil kuliah S3 saat mereka sudah berkeluarga. Garis besarnya, Julia dan pernikahan bukan prioritas untuk Mas Faqih.
Suasana makan malam berlangsung hambar, mereka pulang tanpa berbicara sepatah kata. Seakan tenggelam dalam pusaran pikiran masing-masing.
Julia seorang wanita, ia butuh kepastian. Sedangkan saat ini Mas Faqih hanya memberikan satu pilihan, menunggu. Entah sampai kapan.
Malam itu Julia sulit tidur, sebentar-sebentar ia terjaga. Julia memilih sholat tahajud yang dilanjutkan dengan istikharah agar hatinya tenang. Julia memohon petunjuk Allah yang Maha kuasa agar ia diberikan kemantapan hati memilih yang terbaik untuk hidupnya.
Julia tenggelam dalam doa menangis sepuas-puasnya.
"Telah kusadari bahwa sumber nestapa di hatiku karena aku menggantungkan harapan pada orang lain."
Dengan air mata bercucuran Julia melepas Mas Faqih. Ia tidak mau menunggu. Julia akan mencari kebahagiaan dengan jalannya sendiri. Julia yakin jika mereka memang berjodoh Allah akan menyatukan mereka dengan cara yang mudah. Jika memang tidak ditakdirkan bersama, hati Julia sudah ikhlas karena ia tidak punya harapan apapun lagi padanya.
Keesokan hari dengan hati bulat Julia mengirim SMS pada Mas Faqih. Disampaikannya sebuah keputusan. Ia tidak bisa menunggu, beserta doa semoga Mas Faqih dimudahkan dalam meraih cita-citanya.
Hingga berhari-hari Julia tak kunjung mendapat balasan
Julia yakin kisah cintanya sudah tamat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
semangat kakak
cinta pak bos hadir😊
2020-10-06
0
Saree
Doooh Kak Haris nggak banget deh Thor!
2020-08-31
1
🍾⃝Tᴀͩɴᷞᴊͧᴜᷡɴͣɢ🇵🇸💖
Dani, harus eeh Faqih disuruh nunggu ampe ubanan tuh hahaha S 3 booook keburu tua doong. Iya kalau lancar nah kalau kagak.
Typo dari mas jadi kak di saat Julia berdua sama Faqih thor.
Salam OB KERUDUNG BIRU
2020-08-28
1