CINTA SANG JUITA

CINTA SANG JUITA

Tentang Julia

Sebuah motor matic putih usang meraung membelah padatnya lalu lintas kota Pekanbaru. Dengan gesit pengendaranya mencari celah di antara mobil-mobil yang merangsek pelan. Panas dan debu adalah sahabat selama perjalanan. Gadis berkerudung violet itu tengah terburu-buru agar sampai ke lokasi kerja tepat waktu. Beruntung ia sampai tepat lima menit sebelum waktu check log.

"Yes! Nggak jadi telat. Gaji aman tanpa potongan!"

Senyum mekar menghias wajah ovalnya yang cantik alami tanpa perlu usaha. Ia mengepalkan tinju ke udara, riang karena berhasil mengalahkan waktu.

Perkenalkan, ia adalah Juliana Rahmayanti. Biasanya dipanggil Julia saat ini ia menginjak usia 23 tahun. Ibarat buah, Julia berada di usia ranum untuk dipetik. Ia lulus kuliah tepat waktu meski tidak cum laude.

Julia adalah gadis yang tidak bisa diam, selalu ingin melakukan sesuatu. Ia punya banyak kegiatan yang positif bahkan dulunya ia sempat aktif di cabang badminton.

Sayang, cedera pergelangan tangan membuatnya berpikir dua kali untuk meneruskan ambisinya menjadi atlet. Lagipula Julia tidak mendapat dukungan dari Ibunya. Entah mengapa di lingkungannya keinginan wanita menjadi atlet terdengar tidak umum.

Kesukaannya pada suka dunia pendidikan dan anak-anak, mengantarnya untuk berkuliah di jurusan Ilmiah Pendidikan dan Keguruan. Julia berkeyakinan kita bisa mengubah hidup lewat pendidikan.

"Jika tak punya harta maka kita harus berilmu. Ilmu yang akan mengubah hidup dan derajat kita."

Begitulah kata guru ngajinya semasa kecil. Pesan itu berhubungan erat dengan kehidupannya yang berasal dari keluarga sederhana dan dianggap sebelah mata. Ibunya single mother. Sudah menjanda sejak usia Julia tiga tahun.

Ayahnya yang meninggal mendadak tanpa meninggalkan warisan berharga. Memaksa Ibunya bertindak nekad, pulang kampung ke kota kecil tempat ia dilahirkan. Di kota itu Ibunya memilih untuk membesarkan Julia dan kakaknya seorang diri.

Di kota kecil itu Ibunya bertarung dengan nasib. Beliau mengontrak rumah kecil dan mengubah teras kecilnya menjadi wartel (warung telepon). Kini, keberadaan wartel sudah tidak diperlukan lagi. Terpinggirkan dengan sendirinya oleh zaman.

Namun kenangan Julia membantu Ibu menjaga wartel akan selalu jadi kenangan berharga. Anak zaman sekarang tidak akan tahu serunya menelpon lewat wartel, tiap detiknya begitu berharga.

Saat ini teras kontrakan beralih fungsi untuk usaha warung lontong untuk sarapan pagi. Di bulan Ramadhan Ibu biasa menerima orderan membuat cake dan kue-kue kering. Terkadang Ibu menawarkan jasanya untuk memasak di hajatan tetangga. Masakan Ibu Julia terkenal lezat dan berani bumbu.

Beruntung kontrakan mereka dekat dengan kantor polisi sehingga jadi warung lontong Ibu tak pernah sepi. Banyak polisi yang menjadi pelanggan Ibu.

Bahkan beberapa diantaranya jatuh hati pada Ibu. Ada yang duda dan ada pula pria beristri meminta Ibu jadi istri kedua. Ibu Julia memang masih muda dan cantik. Pastinya masih amat menarik.

Tapi semua bujuk rayu manis para pria untuk menikah lagi ditolak Ibu. Ibu merasa, sudah jalan hidupnya untuk berjuang seorang diri. Menurut Ibu, keberadaan Julia dan kakaknya sudah melengkapi hidup. Apalagi yang ia cari?.

Lagipula Ibu khawatir belum tentu suami baru akan menyayangi anak-anaknya sepenuh hati. Ibu memang tidak berpendidikan tinggi, tapi ia selalu semangat menafkahi anak-anaknya. Hal itu membuat Julia bersyukur dan bangga terlahir dari rahimnya. Ibu adalah sosok malaikat tanpa sayap di mata Julia.

Karena kesulitan hidup yang ia alami, Ibu berjanji akan memberikan pendidikan terbaik untuk anak-anaknya.

"Ibu ingin kamu dan kakakmu jadi sarjana, berpendidikan tinggi, agar kalian punya kehidupan yang baik. Jadi kalau ditinggal suami, kalian masih mampu bertahan hidup layak dan bermartabat."

Itu kata-kata Ibu yang selalu terngiang di telinga Julia. Ada harapan sekaligus luka menganga di kalimatnya. Luka akibat terlalu lama berjuang seorang diri. Karena itulah Julia bertekad akan meringankan beban Ibu semampunya.

Julia mempunyai seorang kakak, Lucyana Dewanti namanya. Julia memanggilnya Kak Lucy si anak manjanya Ayah. Menurut Ibu memang begitu adanya.

Wajah mereka jika dilihat sekilas memang tidak terlalu mirip. Julia mengambil lebih banyak unsur dari Ibu. Sedangkan Lucy mengambil gen ayah, rambutnya, matanya dan sifat kerasnya semua dari Ayah.

Lucy lebih tua tiga tahun dari Julia. Ketika Ayah meninggal, usia Lucy masih enam tahun. Saat itu Lucy sudah bisa mengingat sosok Ayah.

Kadang Lucy sering mellow bila ingat kenangan dengan Ayah. Beda dengan Julia yang tidak punya kenangan akan sosok Ayah. Ayah yang ia kenal hanyalah sebuah wajah yang samar dan buram di album foto jadul.

Lucy, bekerja sebagai Apoteker. Dulu ia mengambil kuliah jurusan Farmasi. Awalnya Lucy ingin menjadi dokter, namun niat itu ia urungkan karena Ibu menyadarkan Lucy dengan kondisi keuangan mereka yang tidak memungkinkan.

Walaupun Lucy adalah kakak, tapi sifatnya malah kekanak-kanakan. Mereka sering berdebat dan bertengkar karena hal sepele. Lucy juga luar biasa galak. Ia bisa mengamuk hebat hanya karena tidurnya terganggu. Sifatnya memang agak tempramen dari kecil. Jika ada perdebatan Julia lebih memilih diam dari pada harus melawannya.

Julia sendiri sadar dengan kondisi keuangan keluarga. Semenjak kuliah ia sudah rajin mengambil tawaran kerja part time sebagai guru private. Hasilnya cukup lumayan, ia tidak perlu minta uang lagi untuk keperluan membeli baju, kosmetik ataupun untuk hura-hura.

Mana mungkin Julia punya nyali minta uang pada Ibu untuk sekedar nge-mall atau nonton bioskop bareng teman-teman. Kadang dari hasil kerja part time ia menyisihkan uang untuk membantu biaya bulanan keluarga. Prinsip Julia, ia selalu ingin meringankan beban keluarga.

Sialnya dalam hal percintaan Julia tidak pernah beruntung. Padahal Julia tipe orang yang setia. Jujur, di relung hati Julia merindukan sosok laki-laki dalam hidup. Ia rindu figur pria yang mengayomi dan melindungi. Julia bercita-cita ingin menikah muda. Bukan karena nafsu belaka tapi ia merasa dengan menikah tujuan hidupnya lebih jelas dan terarah.

Julia pertama kali mengenal cinta di bangku SMA. Dari saat itu hingga kuliah ia hanya mengenal 3 pria. Ketiga-tiganya sukses mengecewakannya. Memporak-porandakan hati. Keseriusan Julia dalam membangun hubungan kasih selalu bertepuk sebelah tangan.

Benar kata pepatah, it takes two to tango. Hubungan tidak akan terjalin mulus jika hanya satu pihak yang berusaha.

Mungkin terlalu cepat bagi Julia untuk menilai, tapi dari pengalamannya entah kenapa lelaki yang ia kenal hampir semua sifatnya sama saja. Mereka bersikap sok lebih berkuasa dari dirinya. Hingga selalu mengambil keputusan sepihak, tidak pernah meminta pendapatnya. Tidak memikirkan bagaimana perasaannya.

Apakah karena Julia seorang wanita hingga ia tidak diberi kesempatan untuk bersuara, atau sekadar mengutarakan pendapat.

Intinya, saat ini Julia sudah lelah menjalin hubungan cinta dengan lelaki. Tidak, tenang saja Julia tidak beralih orientasi seksual jadi suka sesama sejenis. Ia masih ingin suatu saat nanti bisa menambatkan hati lagi pada lelaki.

Tapi tidak untuk saat ini. Hatinya yang patah masih terasa pilu, pedih dan mendendam.

Fokus Julia saat ini adalah membahagiakan keluarga, terutama Ibu. Julia sedang di masa menikmati dunia kerja. Ia berada dalam fase workaholic, senang mencari uang dan rutin menabung. Selain untuk persiapan hal-hal yang tak terduga, ia juga harus menyiapkan biaya untuk pernikahannya kelak.

Karena siapa yang mau membiayainya? sedangkan Julia tak punya Ayah dan Ibunya hanyalah penjual sarapan pagi dengan penghasilan pas-pasan.

Kadang-kadang jika Julia iseng melirik jumlah tabungannya, ada sebuah hasrat yang muncul. Julia ingin pergi travelling sesekali. Melihat dunia luar, melihat lingkungan baru. Melihat gaya hidup yang berbeda dengannya.

"Dunia ini luas, di setiap sudutnya ada pelajaran hidup. Aku haus dengan pengalaman baru." Pikir Julia.

Namun, yang terpenting saat ini sebelum Julia bertemu dengan seseorang yang ditakdirkan menjadi jodohnya. Ia harus memperbaiki diri, menjadi versi terbaik dari dirinya.

Julia terus menata hati dan mengubah persepsi. Sebelum ia menyayangi orang lain, ia akan menyayangi dirinya sendiri terlebih dahulu.

Siapkah Julia membuka lembaran hidup baru?

Terpopuler

Comments

Sunrise🌞

Sunrise🌞

semangat kak 😘

mampir juga diceritaku

2020-10-11

1

❤️YennyAzzahra🍒

❤️YennyAzzahra🍒

hallo kak aku sdh mampir. jgn lupa mmpr blk dikaryaku ya, Dosa Terindah. ditunggu. aku sdh follow akun kakak. followback lagi ya biar nmbh pngikut. jgn bosan slng mndukung. smngt

2020-09-25

1

Kiki Sulandari

Kiki Sulandari

Aku mampir..
Like & rate 5⭐

2020-09-21

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!