SADURAN KITAB CINTAKU
Perkenalkan karakter
Nadia adalah anak pertama dari tiga bersaudara, ia memiliki adik kembar yaitu Fadil dan Fadhan yang saat ini duduk di kelas sepuluh di salah satu SMAN Jakarta Selatan. Ia adalah gadis yang kesehariannya berpakaian syar'i lengkap dengan cadarnya. Gadis berparas cantik melebihi titisan dewi ini selalu menyembunyikan wajahnya dengan cadarnya, putri pasangan ustadz Aditya dan umi Kulsum ini sama-sama berprofesi sebagai guru, profesi yang sama yang sedang digeluti oleh Nadia hanya saja beda jenjang. Nadia mengajar siswa SD sedangkan orangtuanya mengajar tingkat SMA. Mereka mengajar di bidang yang sama yaitu pendidikan agama Islam.
Orangtuanya selalu menerapkan kedisiplinan dan taat dalam beribadah. Gadis yang berusia 22 tahun ini tergolong introver, kepribadiannya yang tertutup membuatnya sedikit sulit memiliki teman, dia lebih penurut, apa saja yang diperintahkan orang tuanya, selama itu dijalan yang benar.
Daffa adalah seorang CEO muda nan tampan, memiliki perusahaan otomotif yang terkenal di kota Jakarta. Hobinya berpetualang cinta dari pelukan wanita satu ke wanita lainnya, bahkan ada yang tidak ingin dibayar demi mendapatkan kenikmatan sesaat sebagai bentuk pelariannya.
Awalnya Daffa adalah anak yang baik, karena perlakuan buruk kakek dan neneknya yang selalu menyebutnya anak pelac**r dan ditambah kurangnya kasih sayang seorang ayah membuatnya makin sakit hati. Ibunya adalah istri kedua yang hanya mendapatkan jatah malamnya dengan suami yang sering tidak adil. Inilah yang memicu Daffa menenggelamkan kesedihannya pada setiap tubuh wanita malam.
🌷🌷🌷
Di tempat wudhu dua orang wanita yang berbeda usia ini ingin mensucikan diri mereka sebagai persyaratan sholat yang akan mereka tunaikan. Nadia yang sengaja membuka jilbab dan cadarnya untuk mengambil air wudhu tersebut, melihat seorang wanita paruh baya tersenyum padanya. Nyonya Laila yang berada di samping gadis ini sesaat terpesona dengan kecantikan Nadia. Namun keduanya hanya melempar senyum kemudian kembali meneruskan wudhu.
Nyonya Laila yang terlebih dahulu menyelesaikan wudunya dan ia pun beranjak dari tempat wudhu tersebut menuju ke mesjid, sedangkan Nadia masih sibuk memakai lagi jilbab syar'inya dan juga cadarnya. Ketika ia ingin mengambil tasnya, ia melihat ada gelang emas bermata berlian ada diatas tempat wudhu di mesjid tersebut.
Merasa mengenal pemiliknya Nadia buru-buru menuju ke mesjid menemui nyonya yang tadi barusan mengambil air wudhu bersamanya. Ketika ia menyusul pemilik gelang tersebut, ia melihat nyonya itu sedang menunaikan sholat. Nadia mengurungkan niatnya untuk mengembalikan gelang emas itu kepada nyonya Laila karena nyonya itu masih lama menunaikan shalat. Gadis bercadar ini menunggu sampai nyonya Laila menyelesaikan sholatnya terlebih dahulu.
Usai menunaikan sholat nyonya Laila melihat disebelahnya sudah ada Nadia, gadis yang ditemuinya tadi di tempat wudhu. Gadis itu buru-buru memberikan gelang emas milik nyonya Laila.
"Permisi nyonya, mohon maaf kalau menganggu." ucap Nadia santun.
"Ada apa nak?" tanya nyonya Laila lembut kepada gadis yang sangat cantik ini.
"Ini pasti milik nyonya, tadi ketinggalan ditempat wudhu." ucap Nadia seraya menyerahkan gelang emas bermata berlian itu kepada nyonya yang ditemuinya di tempat wudhu.
"Ya Allah, kenapa saya sampai lupa dengan gelangku. Alhamdulillah untung kamu yang menemukannya sayang, kalau tidak suamiku akan marah padaku jika gelang ini sampai hilang dari pergelangan tanganku. Terimakasih sudah mau mengembalikannya nak." ucapnya lalu kembali memakai gelangnya tersebut.
"Sama-sama nyonya." ucap Nadia tulus.
Kemudian nyonya Laila mengeluarkan lima lembar uang merah untuk diberikan kepada Nadia sebagai ucapan terimakasihnya pada gadis ini yang telah mengembalikan gelangnya, namun Nadia menolaknya dengan halus.
"Maaf nyonya saya tidak mengharapkan imbalan dari anda, nyonya bisa sedekahkan uang ini untuk mesjid saja." ujar Nadia dengan menahan kedua tangannya menolak pemberian imbalan tersebut.
"Kamu sangat baik sayang, boleh tante tahu siapa namamu sayang?"
tanya nyonya Laila yang ingin berkenalan dengan gadis cantik dan jujur ini.
"Nadia nyonya!" ucap Nadia singkat.
"Namamu sangat cantik seperti orangnya. Kalau namaku Laila, panggil saja aku tante Laila." ucap nyonya Laila ikut memperkenalkan dirinya kepada Nadia.
Keduanya bersalaman lalu, nyonya Laila minta nomor kontak milik Nadia, dan keduanya saling menukar nomor kontak mereka.
"Apakah kamu sendirian Nadia." tanya nyonya Laila setelah merapikan lagi mukena miliknya.
"Iya tante!"
"Apakah kamu masih kuliah?"
"Saya sudah bekerja tante, baru satu bulan ini."
"Apa profesimu Nadia?"
"Saya seorang guru tante."
"Jika kamu berkenan boleh tante main ke rumah kamu?" tanya nyonya Laila yang kelihatan sungguh-sungguh kepada gadis ini.
"Silahkan tante!" dengan senang hati.
"Baiklah, tante duluan ya Nadia." ucap nyonya Laila, pamit dari hadapan Nadia.
Dengan sedikit anggukan hormat Nadia melepas kepergian nyonya Laila. Gadis ini meneruskan sholat magrib yang sempat tertunda karena meladeni nyonya Laila yang mengajaknya ngobrol. Usai menunaikan sholat magrib, Nadia melanjutkan perjalanannya pulang ke rumah dengan sepeda motornya.
🌷🌷🌷
Hari Sabtu, Nadia sedang membersihkan rumahnya bersama saudaranya, mereka tidak menyadari kalau ada tamu yang bertandang ke rumah mereka. Nadia yang sedang menyiram tanaman menghentikan kegiatannya lalu menghampiri tamu yang baru turun dari mobil mewah itu, ketika melihat siapa yang datang, Nadia begitu terperanjat.
"Tante Laila?" bagaimana anda mengetahui tempat tinggal saya nyonya." ucap Nadia gugup karena kedatangan nyonya Laila secara tiba-tiba.
"Assalamualaikum Nadia!"
"Waalaikumuslam, ya Allah sampai lupa ucapkan salam." ucap Nadia merasa salah tingkah pada nyonya Laila.
"Apakah orangtuamu ada dirumah Nadia?" tanya nyonya Laila setelah berada di teras rumah.
"Ada tante, mari silahkan masuk dulu. Sebentar tante saya panggilkan umi dan abi," pinta Nadia kepada nyonya Laila.
Sambil menunggu tuan rumah, nyonya Laila mengamati beberapa penghargaan penting yang tersusun rapi di lemari kaca yang ada di sudut ruangan itu. Prestasi Nadia sangat mengagumkan dari juara satu qoriah terbaik sampai dengan juara memanah tingkat Asia.
"Assalamualaikum nyonya, sapa Ustadz Aditya kepada nyonya Laila yang sedang mengamati pajangan penghargaan Nadia dan adik kembarnya."
"Waalaikumuslam!" ucap nyonya Laila menjawab salam ustadz Aditya."
Nyonya Laila kembali ketempat duduknya dan ustadz Aditya dan istrinya sudah duduk di sofa.
"Mohon maaf nyonya, apa gerangan kedatangan anda ke pondok kami ini." tanya ustadz Aditya.
"Maaf tuan dan nyonya, perkenalkan nama saya Laila, saya adalah kenalan putri anda Nadia."
Nadia yang baru keluar membawa minuman untuk tamu dan orangtuanya, menjelaskan perkenalan singkat antara ia dan nyonya Laila. Ustadz Aditya dan uminya baru paham hubungan antara putri mereka dengan nyonya Laila.
"Maaf nyonya ini abi saya dan umi saya, dan abi, umi, ini nyonya Laila yang pernah saya ceritakan tempo hari ke umi." ucap Nadia memperkenalkan orangtuanya kepada nyonya Laila.
Mereka kemudian saling memperkenalkan diri dan menyebutkan nama mereka masing-masing.
"Begini ustad, saya sengaja datang kemari ingin menyampaikan niat saya untuk melamar putri ustadz dan umi untuk putra saya Daffa Subandrio Diningrat. Dia adalah putra saya satu-satunya. Saya datang ke sini bukan tanpa alasan. Melihat kepribadian putri anda Nadia, yang membuat saya berpikir untuk memohon pertolongan Allah melalui sholat istikharah agar bisa meminang putri bapak untuk putra saya Daffa. Kejujuran Nadia sudah cukup menjadi modal saya untuk meminang putri bapak, untuk menjadi istri dari putra saya Daffa."
Mendengar pinangan nyonya Laila kepada putri mereka, membuat kedua orangtua Nadia sedikit shock. Mereka tidak menyangka pertemuan singkat putrinya dan nyonya ini membawa keberkahan bagi keluarga mereka, tapi keputusan itu kembali kepada Nadia, putri mereka.
"Maaf nyonya kami tidak bisa memutuskan begitu saja kalau putri kami belum memberikan jawabannya sendiri dan kami juga belum melihat putra anda nyonya, jadi kami harap anda memaklumi nya." ucap ustadz Aditya kepada nyonya Laila.
"Bagaimana denganmu Nadia?" tanya ustadz Aditya kepada Nadia yang hanya tertunduk malu.
"Saya belum bisa menjawabnya sekarang tante, ijinkan saya untuk berkonsultasi dulu dengan Allah untuk memantapkan hati saya dalam menentukan jodoh saya." ucap Nadia santun.
"Silahkan diminum tehnya nyonya," titah umi Kulsum kepada tamunya.
Mereka menikmati teh buatan Nadia dengan cemilan yang disediakan Nadia untuk mereka. Ada banyak sekali hal lain yang sedang mereka perbincangkan, hingga akhirnya nyonya Laila pun pamit pulang kepada keluarga sederhana itu.
"Baiklah Nadia, tante tunggu jawabanmu secepatnya, kalau begitu tante pamit pulang dulu." ucap nyonya Laila yang sudah hendak bangkit dari tempat duduknya.
Mereka saling bersalaman dan nyonya Laila meninggalkan rumah itu kembali ke mobilnya.
🌷🌷🌷🌷
Tiga bulan kemudian Nadia menghubungi nyonya Laila, yang mengatakan menerima pinangan nyonya Laila untuk putranya Daffa. Setelah mendapat persetujuan dari Nadia, nyonya Laila meminta putranya untuk menikahi Nadia. Betapa terkejutnya Daffa, ketika mengetahui kalau ia harus dijodohkan dengan gadis bercadar, jauh dari tipikal gadis impiannya.
"Sayang, apakah kamu sudah memiliki kekasih untuk dijadikan istrimu?" tanya nyonya Laila kepada putra semata wayangnya.
"Aku belum berpikir sejauh itu untuk menikah mami." ucap Daffa sedikit agak malas menanggapi permintaan maminya.
"Bagaimana kalau mami yang memilihkan calon istri untukmu, anaknya sangat cantik lho sayang, kalau kamu mengenalnya pasti kamu akan jatuh cinta padanya, mami yakin gadis itu sangat tepat untuk untuk mendampingimu nak." ucap nyonya Laila yang sangat optimis jika Daffa akan menyukai gadis pilihannya.
"Terserah mami sajalah, tapi Daffa tidak menjamin bisa mencintai gadis itu, jangan salahkan Daffa jika suatu saat nanti pernikahan kami tidak berjalan dengan baik." ucap Daffa sengit kepada maminya.
"Kamu tahu sendiri, jika kamu tidak menikah dalam tahun ini juga dan tidak memilki keturunan, maka hak perusahaan akan beralih kepada saudara tirimu sayang karena ayah mu memiliki dua istri, kamu ingat bagaimana kakekmu mengancam kita bukan?" ucap nyonya Laila yang terus meratapi nasibnya menjadi istri kedua.
"Mami, kenapa harus membebaniku dengan ancaman itu terus menerus?" ucap Daffa kesal karena merasa sangat tertekan menjadi bagian dari anak yang tidak begitu dianggap oleh keluarga ayahnya walaupun ia sendiri adalah anak kandung dari ayahnya.
"Mami tidak membebankan kamu dengan ancaman kakekmu nak, tapi mami hanya mengingatkan posisi kita sebagai orang ketiga dalam kehidupan pernikahan mami dan ayahmu, dulu istri pertama ayahmu tidak bisa memberikan keturunan sampai akhirnya ayahmu menikahi mami hanya ingin mendapatkan keturunan, setelah tiga tahun kami memilikimu, ayahmu baru mendapatkan anak laki-laki dari istri pertamanya. Tapi perusahaan itu akan menjadi milikmu apabila kamu menikah dan memiliki keturunan sebelum saudara tirimu yang akan mendahuluimu." ucap nyonya Laila memberi pengertian kepada putranya Daffa.
"Terserah mami saja atur saja pernikahan ini untukku kalau hanya sekedar memenuhi persyaratan dari kakek untuk mendapatkan perusahaan." ucap Daffa yang sudah pasrah dengan keinginan maminya supaya ia secepatnya menikah dan memiliki keturunan.
"Terimakasih nak, mami jamin untuk kali ini, kamu tidak akan pernah menyesal dengan pilihan mami untuk calon istrimu." ucap nyonya Laila tersenyum manis pada putranya.
🌷🌷🌷
Pernikahan diadakan dengan sangat meriah, Nadia mengenakan gaun pengantin yang didatangkan langsung dari Kairo. Gaun syar'i yang dikenakan Nadia tidak mengurangi kecantikannya yang terpancar dari manik matanya dengan bulu mata lentik yang dipertajam dengan maskara. Cadar lembut tetap yang tetap menyembunyikan paras cantiknya. Pembacaan ijab kabul oleh ustadz Aditya yang menikahkan putrinya dengan dengan Daffa putra dari Edy Subandrio Diningrat. Daffa mengucapkan ijab Kabul dengan satu tarikan nafas tanpa sedikitpun membuat kesalahan saat menyebutkan nama Nadia Safira Azahra binti Aditya Malik Ibrahim.
Inilah kesempatan kedua kali, Nadia bertemu dengan suaminya Daffa. Usai resepsi pernikahan, Daffa memboyong istrinya langsung ke apartemen miliknya. Dalam perjalanan keduanya tidak terlihat saling menyapa, sekalipun kulit mereka sudah tersentuh saat Nadia mengecup punggung tangan suaminya dan Daffa sudah mengecup pucuk kepala istrinya usai ijab kabul yang digelar tadi pagi.
Tiba di apartemen, Daffa mulai mengatur istrinya. Pengusaha muda ini nampak dingin dan tidak terlihat sama sekali kelembutannya di hadapan Nadia.
"Nadia, duduklah sebentar!" titah Daffa pada istri yang baru ia nikahi ini.
Nadia kemudian duduk di sofa yang ada di ruang tamu apartemen suaminya. Dengan wajah tertunduk, ia tampak gemetar melihat wajah dingin suaminya.
"Aku ingin berbicara denganmu, aku sudah membuat surat perjanjian diantara kita, disini menjelaskan kamu dan aku tidak akan tidur dalam satu kamar, kamu boleh melakukan apa saja dirumah ini, aku tidak akan pernah mau menyentuhmu sebagai suamimu, jika aku bersamamu jangan pernah kamu melepaskan cadarmu karena sedikitpun aku tidak tertarik melihat wajahmu.
Pernikahan ini hanyalah sebuah syarat, bukan seperti pernikahan yang kamu idamkan. Aku bukan suami yang setia, jangan pernah mengatur hidupku dan lakukan rutinitasmu seperti biasanya karena aku tidak akan membatasimu. Nafkah lahiriah akan aku penuhi namun tidak dengan nafkah batin. Jika suatu saat kamu tidak nyaman denganku silahkan kamu boleh menggugat cerai padaku. Bacalah lagi persyaratannya, jika ada poin yang tidak kamu sukai boleh kamu ajukan keberatan, kamu mengerti Nadia?" tanya Daffa dengan penuh penekanan kepada istrinya.
Dengan panjang lebar persyaratan yang disampaikan oleh Daffa, sedikitpun tidak menggoyahkan hati Nadia, dengan membaca bismillah ia menandatangani surat perjanjian itu tanpa ada komentar apapun.
"Satu lagi, lakukan tugasmu sebagai istri tanpa harus melayaniku diatas tempat tidur dan kamu harus memanggilku tuan." ucap Daffa lagi untuk mengingatkan Nadia terakhir kalinya.
Nadia meremas baju syar'inya, penolakan Daffa benar-benar menginjak harga dirinya, tapi gadis ini tidak akan menyerah di awal pernikahan mereka karena ia sudah memantapkan pilihannya atas izin Tuhannya dalam sholat istikharah sebelum ia menerima pinangan dari keluarga Daffa suaminya.
"Ada lagi tuan yang anda ingin sampaikan kepada saya?" tanya Nadia lembut pada suaminya.
"Cukup ini saja dulu, kalau ada lagi aku akan memberitahumu dan itu kamarmu di samping kamarku jika ada apa-apa kamu bisa mengetuk kamarku." ucap Daffa sembari menunjukkan kamar yang akan ditempati Nadia.
"Istirahatlah, aku juga ingin tidur sekarang." ucap Daffa yang melihat Nadia masih duduk terpaku ditempatnya.
Nadia dan Daffa segera masuk ke kamar mereka masing-masing. Nadia hanya menarik nafas lembut ketika berada di dalam kamarnya, tidak sedikitpun raut wajah kecewa dari wajah cantiknya. Dengan menyebutkan nama Tuhannya ia menunaikan shalat isya yang belum sempat ia lakukan. Puji syukur tetap dihaturkan kepada Robbynya, tidak ada ketenangan yang didapatkan olehnya saat sudah berada dalam sujud panjangnya.
"Ya Allah, jika ini adalah awal ujian hidupku dariMu, maka kuatkanlah hatiku, jauhkanlah aku dari godaan syaitan yang terkutuk agar tidak mendengar bisikan sesuatu darinya yang akan menghancurkan rumahtangga kami." pinta Nadia lirih usai memberikan salam penutup sholatnya.
Dzikir malam diperkuat oleh gadis itu sampai ia puas berlezat-lezat dengan Robbynya baru ia berangkat tidur untuk melepaskan lelahnya setelah seharian menjalani prosesi pernikahan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Oya-chan
sabar nadia
2024-04-09
1
Nur Lizza
mampir thor
2023-10-12
1
nenk 'yLa
aku mampirr.. sneng bgd klo ad novel ttg gadis brcadar.. mskipun hrus mnguras air mata ni baca y
2022-07-21
1