The Secound Choice
Kecepatan kereta mulai melambat pertanda stasiun penghentian sudah semakin dekat. Gadis ramping berwajah manis telah bersiap untuk turun.
Gadis yang berprofesi sebagai seorang dokter di sebuah rumah sakit itu pun berjalan menuju pintu keluar. Setitik cairan bening menitik dari pelupuk matanya, secepat kilat gadis itu menyekanya tidak ingin siapapun tau.
Gadis itu menghentikan langkahnya di kursi panjang di ujung koridor karena dering handphonenya tidak berhenti berbunyi sedari tadi.
"Assalamu'alaikum, Papa." ucapnya
"Wa'alaikum salam. Dari mana saja, Fa?" jawab seseorang dari balik telpon.
"Tadi lagi repot, Syifa baru saja turun dari kereta."
"Kan papa sudah bilang! tidak usah pergi kalau kau sebenarnya tidak sanggup menghadapinya, Nak. Kau ini benar-benar mewarisi sifat keras kepala mama mu!" suara itu agak meninggi
"Itu tandanya Syifa ini benar-benar anak Mama." Gadis bernama Syifa itu tersenyum, mengingat sosok perempuan yang sangat ia sayangi jauh di ujung Sumatra.
"Pernikahannya besok kan?"
"Iya, Pa."
"Kalau begitu papa dan mama akan berangkat sekarang juga. Jangan melakukan hal yang tidak-tidak. Setidaknya tunggulah sampai papa sampai!"
"Apa papa berfikir Syifa akan mengacaukan pernikahan mereka? hah ... anakmu ini tidak sebar-bar wanita yang paling papa cintai itu ya! hahaha ...."
"Hey! apa kalian sedang membicarakan saya!!" suara perempuan yang sangat Syifa kenal terdengar dari sebrang sana.
"Hm ... mama!! miss you!"
"Miss you too, Sayang. Apa yang kalian bicarakan?" wanita itu kini memonopoli telepon genggam suaminya.
"Sayang! itu hape ku! spekaer! speaker!"
"Ih ... apanya abang ini! nggak pala ku bawa lari hapemu ini!"
"Hm ... mulai deh terjadi pertengkaran rumah tangga yang tidak ada putus-putusnya!!" ucap Syifa kesal namun senyuman yang lebih lebar tersungging di wajahnya yang manis.
Gadis itu memasang alat pendengar ke telinganya dan berjalan ke depan untuk menghentikan taksi. Badannya ingin segera bersandar di tempat yang lebih nyaman, perjalanan empat jam membuatnya letih dan ingin segera memejamkan mata barang sekejap saja sebelum sampai ke tujuannya.
"Pak ke alamat ini ya!" Syifa menunjukkan ponselnya.
"Kamu sudah naik taksi, Sayang."
"Hm ... iya, Ma! teruskan saja pertengkarannya, Syifa akan tidur lelap setelah ini!" ucap gadis itu menyandarkan punggung.
"Heeeiii, jangan coba-coba tertidur di taksi ya. Nanti di bawanya kau entah kemana-mana!!"
"Iya, Ma. Enggak kok! ini melek ni melek. Syifa hanya mau rebahan saja!" Syifa menidurkan tubuhnya di kursi belakang mobil.
"Eh, anak gadisnya mama yang paling cantik! duduk kau, Nak. Duduk!!! jangan bertingkah aneh-aneh anak gadis ku! kau itu di dalam taksi, kau pun datang ke kampung orang! nggak tau kita mana yang baik mana yang enggak. Duduk!! jangan tidur! paksa dulu sebentar matamu sampek dulu ke rumah si Hamish baru kau tidur ya. Kalau nggak mama telpon saja lah si Hamish itu suruh jemput kau ya!"
"Eh, jangan la Ma! iya iya, nggak tidur kok Syifa ini, yakan Bu. Saya nggak tidur kan?"
"Siapa yang kau panggil ibu?"
"Driver taksinya, mama!"
"Eh, perempuannya sopir taksinya?"
"Hm!!"
"Oh, ya sudah lah. Tidur lah kau tidur! tapi kasi tau dulu alamatmu ke dia!"
"Iya, Ma. Sudah!"
"Aaa! dah, tidurlah kau nak ku!"
\=\=\=\=
Laki-laki berkaus hitam berdiri bertopangkan tangan di tembok balkon rumah bertingkat dua. Pandangannya lurus kedepan namun tidak ada titik yang menjadi tumpuan pandangannya.
"Ya Allah. Apa ini yang terbaik, tapi kenapa harus aku!"
"Bagaimana pun orang tua harus di utamakan. Sampai kapanpun jasa kedua orang tua tidak akan pernah bisa di balas, jika dengan ini kebahagiaan itu hadir kau harus berusaha mewujudkannya, Zi. Cinta itu akan datang seiring waktu!"
"Tapi, aku sudah mencintai orang lain! aku sangat mencintainya, dia hidupku. Dari dulu yang aku tau hanya dia, mungkin semenjak rasa cinta itu muncul di hatiku hanya namanya yang ada disana. Tidak pernah sekalipun ada orang lain! ini tidak adil!!"
Malaikat dan setan seolah bertengkar di kanan dan kirinya, mengutarakan pendapat masing-masing dan menguatkan hati si pemilik hati yang sedang galau ini.
"Zi!! lihat siapa yang datang!!! Turun, Nak. Syifa sudah datang!" suara teriakan wanita paruh baya membuat lamunan Fauzi terhenti.
"Syifa!!" laki-laki bernama Fauzi itu segera keluar dari kamarnya.
Fauzi berlari menuruni anak tangga, sosok wanita bertubuh langsing menyambutnya dengan senyuman khasnya. Ingin rasanya laki-laki itu memeluk sosok tersebut.
"Hey!! hati-hati! besok kau akan jadi pengantin!" Syifa berkacak pinggang
"Ya Allah, anak ini! sudah berapa lama kalian tidak bertemu haah!!" perempuan berjilbab hitam pun turut memarahi laki-laki yang bertingkah seperti anak kecil tersebut.
"Apa kabar princes ku yang cabiiii!!!" Fauzi mencubit kedua pipi Syifa. Princes adalah panggilan kesayangannya sejak dulu.
"Iiih, siapa yang cabi! aku sudah langsing! lihat pipiku saja sudah tirus begini! iyakan, Bunda!" rengek Syifa kepada Amelia, perempuan berjilbab hitam tadi.
"Iya, iya. Tiruuus! kayak tengkorak ...." bisik Fauzi di telinga Syifa
"Zi! ajak Syifa makan sana! kamu juga belum makan kan dari pagi!" ucap Amelia. Mata Syifa membulat mendengar ucapan Amelia barusan.
"Dari pagi belum makan?! mau diet pak! supaya baju pengantinnya kedodoran!!" Syifa menyilangkan tangan di dada. Matanya melotot.
"Ampun bu, Dokter! ampun!" Fauzi mengangkat kedua tangannya yang bersatu diatas kepala.
"Ayo cepat kita makan! dapurnya dimana, Bunda?" Amelia tersenyum dan menunjuk kearah kanan.
Rumah yang di tinggali Amelia dan suaminya adalah rumah warisan dari orangtua Amelia. Setelah suaminya pensiun mereka memutuskan kembali ke kampung halaman Amelia, Surabaya.
Fauzi, anak satu-satunya mereka berprofesi sebagai seorang tentara yang sekarang bertugas di Bandung.
Sedangkan Syifa, anak pertama dari pasangan suami istri yang berprofesi sebagai seorang dokter spesialis jantung dan seorang ibu rumah tangga. Berdomisili di kota Medan. Syifa juga seorang dokter seperti papanya, tapi masih dokter umum belum mengambil spesialis. Gadis itu masih nyaman dengan statusnya saat ini. Memilih tinggal jauh dari kedua orangtuanya sudah sejak lama ia lakukakan alasannya ingin mandiri dan merasakan bagaimana hidup tanpa bergantung kepada orang tua. Itu prinsip hidupnya.
.
.
.
Hay ... hay!!! ada yang kangen nggak?😁
Novel receh kalian nongol lagi nih! seperti biasa cerita yang receh, ringan dan aman di kantong wkwkwkw.
Jangan lupa like, Vote, dan berikan komentar serta kritik dan saran kalian buat menambah bagus novel ini.
Salam sayang dari aku, 😉🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Hulapao
wahh alur cerita bagusss
2022-09-28
1
gegechan (ig:@aboutgege_)
Hai kak salken, aku mampir nih.. kira kira kenapa ya Syifa sampe jauh-jauh dateng ke situ?
Salam dari "ARCTURUS" mari mampir dan saling mendukung
2022-09-20
1
Ami💞4hy🥀
ya Allah Fauzi Amelia,kembarku ma adekku nyelip disini 🤣🤭..... hai KK othor ku akhirnya aku mendarat disini juga💃💃💃
2022-06-08
0