Aku titipkan dia
Lanjutkan perjuanganku 'tuknya
Bahagiakan dia, kau sayangi dia
Seperti ku menyayanginya
'Kan kuikhlaskan dia
Tak pantas ku bersanding dengannya
'Kan kuterima dengan lapang dada
Aku bukan jodohnya
(Bukan jodohnya, Tri suaka)
\=\=\=\=
Senyuman penuh dengan ke ikhlasan terpancar di wajah Syifa. Keberadaan mamanya membuatnya semakin kuat menyaksikan pemandangan yang tidak pernah dia bayangkan.
"Tidak semua yang kita inginkan bisa kita dapatkan! Dari sini kau harus belajar ... ada kalanya hal yang sudah matang kita rancang akan gagal begitu saja jika sang pemilik kuasa tidak mengizinkannya!" nasehat Juna sebelum mereka berangkat ke pernikahan pagi tadi.
"Inilah hidup yang sebenarnya, Fa. Sejak kau di lahirkan kedunia ini, semua apa yang Syifa inginkan selalu Syifa dapatkan. Apa yang sudah kau targetkan sama sekali tidak pernah meleset. Kali ini Allah mengujimu, untuk menandakan bahwa kau memang benar-benar hambanya, Jika semuanya sempurna bisa saja kau akan menjadi kufur!" laki-laki yang rambutnya hampir memutih seluruhnya itu pun ikut memberikan semangat kepada anaknya.
"Terimakasih sudah menjadi penguat Syifa, Pa ... Ma." peluk gadis itu pula.
**
Kedua alis mata wanita yang menjadi pusat perhatian seluruh orang yang hadir itu mengkerut seperti mengingat dengan keras. Sosok gadis yang ada di hadapannya kali ini tidak asing baginya.
"Selamat ya, Semoga kalian menjadi keluarga sakinah mawaddah warahmah. Titip Fauzi! dia sahabat saya ... banyakin sabar juga ya." ucap gadis itu dengan senyum manis yang terpasang di wajah manisnya.
"Aamiin, Terimakasih. Ini bu dokter kan?!" Yoli menebak tanpa ragu, tangan mereka masih saling menjabat
"Iya! ternyata ibu guru masih ingat saya ...." balas Syifa ramah.
"Ya Allah, Dok. Sempit sekali dunia ini! kita harus ngobrol nih." Yoli yang memang humble rasanya ingin terus bertukar cerita dengan perempuan yang pernah beberapa kali bertemu dengannya dulu.
"Fa ... masih banyak yang antri di belakang!" Juna menepuk bahu Syifa
"Oh, iya ... Ma."
"Kapan waktu kita sambung lagi ya, Mba. Saya juga harus pulang!"
"Semoga secepatnya bisa ketemu lagi ya, Dok!" Yoli memeluk Syifa erat
Sepasang mata memandang keduanya dengan ekspresi yang tidak bisa di tebak.
Sebelum turun dari pelaminan Syifa melihat sekali ke belakang, kedua mata mereka bertemu. Syifa menyunggingkan senyum kepada Fauzi dan meletakkan kedua jari telunjuk dan jempolnya di bibirnya.
"Aku akan tetap mencintaimu! my princes ...." ucap Fauzi dalam hati
\=\=\=\=
Beberapa bulan berlalu, Syifa kembali ke rutinitasnya semula. Kegalauannya mulai menghilang karena di sibukkan oleh keadaan. Gadis itu kini sudah berada di sebuah negara yang sama dengan tempat presiden Indonesia belajar, Jerman.
"Entschuldigen Sie bitte. Darf ich hier sitzen ...." Karena suasana kantin begitu ramai, Syifa memberanikan diri untuk menyapa seorang laki-laki berperawakan tinggi yang duduk sendiri di sebuah meja bulat.
"Oh, Silahkan ... Silahkan!" jawab laki-laki itu. Matanya hanya sekilas memandang Syifa, sesaat kemudian beliau kembali sibuk dengan gedgetnya.
"Oh, anda orang Indonesia juga! Saya Syifa ...." Gadis itu mengulurkan tangannya.
"Iya, Saya orang Indonesia juga. Orang tua saya dari Sumatera Utara. Semoga betah dan lancar kuliahnya disini dan pulang membawa prestasi, menjadi dokter spesialis kandungan yang berkualitas. Saya duluan ya, Fa. Assalamu'alaikum!" Laki-laki itu menangkupkan kedua belah tangannya sambil tersenyum kemudian berdiri meninggalkan Syifa sendiri.
"Oh ... iya, Oke. Aamiin." jawab Syifa malu dan menangkupkan kedua tangannya juga
"Namanya siapa! kok tau aku ambil spesialis kandungan!! ah ... sudah lah. Makan, Fa ... makan!" Syifa berbicara sendiri, lalu melahap makanan yang ada di hadapannya karena perutnya sudah benar-benar ingin di isi.
"Excuse me, may I sit here?"
"Hm ... please." Syifa mempersilahkan wanita berambut coklat itu untuk duduk.
"Anastasia!" wanita itu menyebut namanya, dan mengulurkan tangan.
"Oh, Iam Syifa from Indonesia" balas Syifa pula
Sejak pertemuan itu, Syifa menambah daftar temannya. Anastasia adalah gadis periang dan selalu mempunyai semangat yang kuat untuk menggapai cita-cita, jadi mereka gampang akrab karena satu server di tambah lagi kosan mereka juga berdekatan.
\=\=\=\=
"Berapa kali sehari kau shalat? bukankah saat pergi kuliah tadi kau juga sudah shalat!" tanya Anastasia begitu melihat Syifa sudah berdiri dan melipat sajadahnya
"Lima kali! itu shalat yang wajib kami kerjakan selaku ummat muslim, masih ada shalat-shalat sunnah lainnya." terang Syifa
"Wajib itu, sesuatu yang harus di kerjakan! tidak boleh sekalipun di tinggalkan! Kalau di tinggalkan kita akan mendapatkan dosa, dan dosa itu adalah penghalang untuk kita masuk ke syurganya Allah!" Syifa menjelaskan tanpa di minta, gadis itu mengerti kerutan alis dari pemilik wajah cantik gadis asal Rusia tersebut.
"Sedangkan Sunnah itu, suatu perkara yang jika di lakukan kita akan mendapatkan pahala tapi jika tidak kita juga tidak berdosa." jelas Syifa lagi, Anastasia melipat tangannya di dada dan kepalanya manggut-manggut dan bibirnya membentuk huruf O.
"Apa hari ini kau jadi menemui profesor?" tanya Syifa
"Ya, aku akan menemuinya. Tapi aku sedang menunggu temanku. Kami akan menemui profesor bersama!"
"Oh, Oke! semoga semuanya lancar ya. Apa teman yang kau tunggu itu pacarmu?" cecar Syifa, gadis itu melihat gelagat tak biasa dari Anastasia. Sejak tadi gadis yang akrab dengannya beberapa bulan terakhir ini tidak berhenti memandang telpon genggamnya.
"Hm ... aku harap begitu! tapi itu pasti tidak mungkin!" Senyum Anastasia mengembang.
"Jangankan menjadi pacarku! menatapku saja dia tidak pernah!"
"Dia laki-laki yang satu iman denganmu. Mungkin dalam keyakinan kalian bersentuhan, atau hanya sekedar memandang saja sudah dosa ya! Dia seperti itu, Fa. Selama kami berteman berjabat tangan saja tidak pernah sama sekali. Dia benar-benar menjaga dirinya!" Syifa teringat laki-laki yang di temuinya di kantin waktu itu.
"Temanmu itu laki-laki kan?"
"Kau pikir aku penyuka sesama jenis?"
"Haha, aku hanya memastikan!"
" Tentu saja dia laki-laki, namanya Hafidz. Dari Indonesia, sama sepertimu!"
"Kalian sudah lama kenal?"
"Dia juga temanku saat kuliah kedokteran dulu!"
"Oo, i See. Apa kau begitu mencintainya sehingga kau rela mengikutinya sampai kemari, Natasia?"
"Aku tidak seperti itu! aku lebih baik jomblo dari pada harus menunggu si muka datar itu mau menjadi pacarku!" Anastasia melempar Syifa dengan bantal. Mereka berdua memang sedang berada di kosan Syifa
"Iyah, bule! segala tau kata Jomblo!"
"Karena kau selalu mengatakan itu! ya sudah aku pergi dulu! belajar yang benar! supaya cepat selesai kuliahnya!!" ucap Anastasia menyampirkan tasnya
"Siaaap, Kakak! aku akan menyusul kalian secepat mungkin!" jawab gadis itu, Syifa dan Anastasia memang sama-sama mengambil spesialis tapi beda angkatan.
Syifa kini tinggal sendiri di kamar kosnya yang tidak terlalu luas. Ada tanda merah di atas logo amplop di layar laptopnya. Gadis itu segera membukanya
"Hm ... sampai kapan kau terus mau tau apa yang sedang aku lakukan! bagaimana kau bisa menerima istrimu kalau kau seperti ini terus! dasar!" umpat gadis itu setelah membuka emailnya
.
.
.
.
Ada yang suka sama cerita ini? cuung!!! jempolnya tinggalin di sini yak 😁🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Hulapao
halo kak aku bacanya nyicil yaaa
jangan lupa mampir di karya terbaruku 'Save You'
thankyou ❤
2022-09-28
0
gegechan (ig:@aboutgege_)
untung Syifa dan keluarganya orang yang bijak yang bisa belajar menerima keadaan... huftt berat memang
2022-09-23
1
Ami💞4hy🥀
Syifa anaknya Juna ya,,tp siapa ya suami Juna🤔aku lupaaaaa
2022-06-08
0