Jika waktu bisa di putar, aku tidak akan pernah melangkah bersamamu. Karena jika hidup dimasa lalu, aku juga tidak akan tega membuat perempuan baik itu terluka.
__Syifa__
***
Aku baik-baik saja disini. Aku juga berdoa agar kau dan istrimu baik-baik saja dan bahagia. Jika benar kau perduli padaku, masih memiliki rasa sayang yang masih sama seperti dulu, Tolong lupakan aku! Demi cinta kita!!
Jika waktu bisa di putar, aku tidak akan pernah melangkah bersamamu. Karena jika hidup dimasa lalu, aku juga tidak akan tega membuat perempuan baik itu terluka.
Buka hatimu, Zi! Cobalah! aku yakin ... kau akan benar-benar melupakan aku! Dan kali ini adalah hal yang paling membahagiakan untukku.
Syifa megirimkan balasan kepada si pengirim email. Gadis itu kemudian mematikan laptopnya dan berjalan mengambil benda pintar sebesar genggaman tangan.
"Assalamu'alaikum ... Pa!" Syifa menyandarkan tubuhnya di sandaran tempat tidur. Beberapa saat percakapan anatara ayah dan anak itu pun berlangsung
Tidak ada tempat ternyaman untuk bertukar pendapat selain kepada orang tua.
_Syifa_
\=\=\=\=
Laki-laki berhidung mancung dengan bulu tipis dibawah dagunya berjalan cepat memasuki rumah sakit.
"Ayo!" ucapnya setelah seseorang berbaju biru berdiri di hadapannya
"Oke!" jawab perempuan itu membuntutinya
"Kenapa jadi seperti aku yang terlambat! dasar!" umpat gadis itu dalam hati
"Anastasha, beeil dich!"
"Oh ja... ja, tut mir leid"
Hampir satu jam mereka berada di ruangan itu, lalu Anastasha dan Hafidzh keluar dengan wajah yang sumringah.
"Apa kau senang?" tanya Anastasha dengan menggunakan bahasa Jerman
"Tentu saja! Alhamdulillah!"
"Apa kau akan pulang setelah selesai nanti?"
"Aku rasa iya. Aku ingin mengabdi di negara ku. Aku ingin dekat dengan Abiku."
"Hm ... kalau aku, sepertinya akan tetap bekerja disini." Anastasha berkaca-kaca
"Apapun itu, semoga kau mendapatkan yang terbaik dalam ke hidupanmu. Jangan merasa sendiri! aku bahkan sudah merasakan di tinggal ibu saat aku masih kecil. Dunia seakan hancur! tapi hidup masih berlanjut ... Allah tidak akan memberikan cobaan di luar ke sanggupan hambanya."
"Mungkin aku tidak sekuat mu!"
"Jangan berkata seperti itu! buktinya kau masih hidup dan bisa menyelesaikan pendidikanmu lebih cepat dari yang lain sama seperti ku.
"Aku harus pergi sekarang! aku masih ada pasien!" laki-laki itu pamit
"Oh, oke. Selamat bertugas dokter!" ucap gadis itu tersenyum, laki-laki yang bernama Hafidzh itu pun membalas dengan senyum sekilas lalu kembali menundukkan pandangannya.
Hafidzh mengambil telepon genggamnya dari saku celana. Beberapa saat kemudian laki-laki itu terdengar berbicara dengan menggunakan bahasa Arab.
\=\=\=\=
Perempuan berkerudung hitam panjang tampak sibuk menyiapkan sarapan. Di dalam rumah yang tidak terlalu besar itu tidak tampak seorang pun. Sepertinya hanya dia yang ada dalam rumah tersebut.
Suara ketukan pintu membuatnya berlari menuju asal suara.
"Sebentar!" ucapnya sambil berlari, sampai di depan pintu perempuan itu merapikan jilbabnya terlebih dahulu
"Assalamu'alaikum!" ucap seorang laki-laki yang ada di hadapannya
"Wa'alaikum salam! Mas sudah pulang!" perempuan itu mencium tangan suaminya
"Kalau aku belum pulang mana mungkin aku disini kan!" jawab laki-laki pelan, sambil membuka sepatu hitamnya dan meletakkan di rak sepatu. Istrinya hanya tersenyum mendengarnya
"Yoli sudah buatkan sarapan! Kita makan sama-sama ya, Mas!"
"Kau makan duluan saja! Mas ngantuk!"
"Oh, Mas mau mandi dulu?"
"Hm ...."
"Saya ambilkan handuknya dulu ya ...." Gadis itu hendak pergi
"Saya bisa ambil sendiri!" Fauzi melangkah meninggalkan istrinya yang mematung.
Wangi masakan menyeruak menghujam indra penciuman laki-laki yang baru selesai piket itu. Seolah saling bersinergi perutnya yang kosong pun mengeluarkan bunyi
"Tuh kan, Mas laper!" Yoli yang sudah ada di belakang suaminya mendengar suara perut yang sedang gelisah tersebut.
"Yoli tunggu di dapur ya, Mas." ucap Yoli berlalu sambil menahan senyum.
"Buka hati mu sekali saja! kau akan segera melupakan aku!" Fauzi teringat kata-kata itu. Laki-laki itu berdecak lalu masuk ke dalam kamarnya untuk membersihkan diri.
**
"Enak nggak, Mas?"
"Lumayan!"
"Mas mau tambah lagi?"
"Tidak! ini saja cukup!"
Suasana di dapur itu pun kembali hening, Yoli tidak berhenti memperhatikan suaminya. Sudah hampir enam bulan mereka menikah, tapi dia dan suaminya masih seperti orang asing.
"Mas!"
"Hm"
"Hari ini ada kegiatan eksta di sekolah, Mungkin saya akan pulang terlambat. Masih ada waktu satu jam lagi sebelum saya berangkat kerja. Apa mas mau saya masakkan makan siang dulu?"
"Tidak usah! nanti biar saya masak sendiri saja!"
"Mas bisa masak?" Yoli tampak sangat antusias mendengarnya
"Aku ini tentara! masak itu bukan hal yang sulit sesulit mempertahankan wilayah!"
"Hm ... oke! kalau mempertahankan rumah tangga bisa kan?!" ucapan Yoli membuat Fauzi menatapnya dengan tatapan mengerikan
"Apa maksud mu?"
"Tti ... tidak! Hanya bercanda!" gadis itu tampak sedikit takut namun senyumannya kembali hadir, gadis itu berdiri dan memunguti piring dan gelas kotor
"Maaf kalau aku tidak bisa memberimu kehidupan yang layak. Hanya ini! rumah kecil dan gaji yang tidak seberapa!" kata-kata itu keluar begitu saja dari bibir Fauzi
"Alhamdulillah, kalau hujan tidak ke hujanan panas tidak ke panasan. Kasurnya juga empuk kok! Tidak masalah. Kalau uang belanja selagi kita berdua masih bisa makan masih aman lah! Allah tidak mungkin membiarkan hambanya kelaparan! Kalau isi kulkas kosong ya sabar saja! tunggu ada kesempatan untuk mengisinya kembali. Kalau masih belum terisi ya sudah puasa saja! hitung-hitung menambah amal!"
"Hah!! kau hanya menguasai teori!"
"Benarkah? aku bahkan sudah mempraktekkannya empat bulan terakhir ini! ya ... maklumlah, gaji guru seperti saya paling seberapa. Cukuplah untuk biaya makan kita sehari-hari!"
"Apa?! Astaghfirullah ...." Fauzi teringat sesuatu, dia memang memberikan uang belanja kepada istrinya dua bulan pertama pernikahan setelahnya sama sekali tidak pernah, karena laki-laki itu selalu saja sibuk dengan pekerjaannya
"Kenapa kau tidak meminta hak mu?"
"Mungkin mas belum merasa aku punya hak itu! Aku hanya bisa menunggu, Mas." Yoli mengeringkan tangannya dengan lap yang tergantung di atas wastafel. Lalu berjalan ke kamarnya meninggalkan suaminya yang terus menatapnya kemanapun.
"Segitu tak pentingnya kamu bagiku, Yol. Sampai-sampai aku sudah lalai memberikan uang bulanan untukmu!" Fauzi mengetuk-ngetukkan jarinya ke gelas yang ia pegang.
.
.
.
.
Haiii, ada yang belum move on dari masa lalu juga kaaaah? 😁
Jangan lupa like dan komen ya manteman. Sertakan juga ktitik dan saran kalian agar novel ini jadi bagus. Kalau ada keinginan vote juga boleh banget loh heheh, Terimakasih sudah mau baca ya, tapi jangan baca duwang dong, like ... like ... like. Jempolnya mana....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
gegechan (ig:@aboutgege_)
Fauziii dewasa donggg penuhin kewajiban kamu sebagai suamii. lupakan Syifa😥
2022-09-23
1
Ami💞4hy🥀
parah banget 4 bln gak dikasih uang belanja,, Untung istrinya punya penghasilan sendiri 🤦
2022-06-18
0
Ratih
yoli gadis yg baik
2021-12-11
0