Dua

Berbeda dengan pertemuan beberapa saat yang lalu. Saat ini suasana seketika berubah, seolah mereka berdua pandai menyembunyikan luka hati mereka.

"Bunda pergi dulu ya!" pamit wanita yang melahirkan laki-laki yang berada disebelah

Syifa saat ini.

"Nggak nunggu ayah dulu, Bun?" tanya Fauzi

"Tadi ayahmu bilah lima belas menit lagi sampai, bunda tunggu saja di luar. Nanti langsung suruh putar kepala saja mobilnya."

"Fa, Bunda pergi dulu ya. Yang banyak makannya, kamu memang kelihatan kurusan!" lanjut perempuan yang disapa dengan kata bunda itu lalu berlalu meninggalkan mereka.

Syifa memandangi punggung wanita yang tampak sangat sehat itu. Wajah yang biasa terlihat pucat kini merah berseri memancarkan pesona kebahagiaan.

"Bagaimana bisa aku egois mengorbankan perasaan wanita hebatmu itu, Zi!" lirih Syifa

"Tapi bagaimana nanti, Fa. Bagaimana kalau aku benar-benar tidak bisa membuka hatiku untuk istri pilihan bunda! Mungkin saja kan kalau akhirnya bercerai! apa itu tidak malah melukai hati bunda?" mata Fauzi berkaca-kaca.

Walaupun mereka duduk di meja makan, namun sedikit pun mereka belum sama sekali menyentuh makanan atau minuman apapun yang tersaji di atas meja tersebut.

Syifa berdiri dan melangkah ke arah jendela lebar yang menghembuskan angin kota Surabaya. Gadis itu menyeka air matanya yang terus berjatuhan.

"Bagaimanapun orang tua harus menjadi prioritas utama anaknya, Zi. Kalau jodoh kita memang nggak ada kita harus apa? aku tidak mau menyakiti hati orang tua mu. Ya ... kita memang saling mencintai! hubungan kita juga sudah lama berjalan! tapi itu semua tidak menjamin kita akan bahagia kalau kita menentang mereka.

Zi ... kau lah harapan Bunda. Bunda tidak mungkin menjerumuskan mu kedalam pilihan yang salah. Aku pernah mengenal calon istrimu itu sewaktu aku Internship dulu. Dia gadis yang solehah. Cantik, guru pula! itu tugas yang mulia kan?" Syifa kembali berkaca-kaca. Insecurenya kembali muncul mengingat wanita berjilbab ungu yang dulu pernah ia jumpai di sebuah puskesmas sedang mengantarkan neneknya berobat. Gadis berjilbab panjang tanpa riasan berlebihan namun entah kenapa wajahnya benar-benar memberikan ketenangan. Tutur katanya lembut, ramah dan wawasannya juga luas.

Beberapa tahun yang lalu

"Jadi nenek saya nggak apa-apa, Dok?" sapa gadis berjilbab ungu

"Asam lambung nenek tinggi. Sebaiknya tolong perhatikan makanannya dulu ya, mba."

"Iya, Dok. Saya akan berusaha, tolong berikan saya obat agar nenek saya bisa mengingat semua ucapan dokter!" senyuman tersungging di bibir gadis itu,

"Iya, bawa saja sekalian dokternya pulang ke rumah. Supaya kalian bisa mencatu apa yang akan nenek makan! Nenek juga kepengen makan- makanan zaman sekarang kan!" nenek yang sedang tiduran di brangkar itu mencebik

"Boleh, Nek. Tapi nggak bakso aci super pedas juga ...." ucap wanita berjilbab ungu tadi.

"Oh, si nenek suka bakso Aci super pedas? hm ... level berapa, Nek?" perempuan langsing dengan stetoskop menggantung di lehernya ikut berbicara dengan kedua orang wanita beda generasi tersebut.

"Untuk sementara bakso Acinya jangan dulu ya, Nek. Nanti kalau asam lambungnya sudah stabil baru deh boleh. Ajak-ajak saya ya, Nek kalau mau makannya!" ucap Syifa

"Bu dokter bisa saja. Bakso Aci di kampung nggak cocok sama perut bu dokter!" jawab si nenek

"Bukannya rasa bakso di kampung itu lebih enak dan original, Nek." sambung Syifa pula

"Iya ... iya, nanti kalau nenek sembuh. Yoli jemput deh bu dokternya kesini. Tapi janji obatnya harus di habisin dan jauhi bakso Acinya dulu ya, Nek." Sela sang cucu

"Ini obatnya sudah saya resepkan!" Syifa memberikan kertas.

"Cepat sembuh, Nenek!" Syifa mengantar Yoli dan neneknya keluar dari ruangan yang tidak terlalu luas itu.

"Saya permisi, Dokter." pamit Yoli

"Iya, yang sabar ya, Mba."

"Doakan ya, Dok! saya permisi dulu mau nebus obat. Buru-bur mau ngajar juga!" pamit Yoli dengan senyum manisnya

"Oh iya, silahkan! silahkan!" Syifa yang kebetulan sedang sepi pasien merasa membutuhkan teman untuk bicara dan begitu bertemu Yoli ada rasa nyaman berbicara dengan wanita berperawakan teduh itu.

\=\=\=\=

"Cinta itu bisa datang nanti, Zi. Kalau kau ikhlas membuka hatimu." ucap Syifa tanpa melihat lawan bicaranya

"Lalu kau bagaimana? kau sudah berkorban untuk tidak melanjutkan spesialis karena kita sudah berencana untuk menikah tahun depan!"

"Aku tidak apa-apa! tidak ada pengorbanan yang sia-sia. Mungkin Allah sudah mempersiapkan masa depan lain untukku. Dan pasti itu yang terbaik!" Syifa menunduk.

"Apa kau sudah punya penggantiku?" seka Fauzi, Syifa menggeleng

"Sedikitpun belum pernah terpikir! entah setelah melihat kau ijab qabul nanti ...." Syifa tersenyum dan mendekat ke arah laki-laki yang sudah menemani kisah cintanya tiga tahun terakhir ini.

"Kedatanganmu justru membuatku semakin tidak ingin menyakitimu, Fa." Fauzi mengusap wajahnya

"Justru aku akan semakin sakit jika sengaja tidak datang di hari bahagiamu!"

"Bunda! bukan aku!!"

"Ziii ... please! ingat semua hal yang di lakukan bunda untukmu. Dan lupakan semua yang sudah kita jalani selama ini. Kita pacaran baru 3 tahun, sedangkan kau dengan bunda sejak kau ada dalam rahimnya!" Kini keduanya sama-sama menangis dalam diamnya.

Sepasang mata yang sejak tadi melihat dan mendengar semua pembicaraan mereka akhirnya berani mendekat.

"Kenapa kalian menutupi semua ini? demi apa hah?? kalian hanya akan menyakiti diri kalian masing-masing!!!"

"Kenapa kau tidak menolak permintaan bundamu dan mengatakan Syifa adalah wanita yang kau cintai selama ini, Zi!! anak bodoh!! bunda harus tau ini!!" laki-laki paruh baya itu berjalan tegap memegang undangan di tangan kanannya.

"Ayah, Jangan!!! tolong ayah! Jangan ...." Syifa mengejar laki-laki tersebut.

"Ini tuh nggak benar!" ucap laki-laki itu menepis tangan Syifa yang berhasil memegang tangannya.

"Ayah! lihat senyuman Bunda!! Ayah tega membuat senyuman itu hilang? Ayah suka melihat bunda yang pucat, susah senyum seperti dulu?!" Syifa menyingkap tirai yang memperlihatkan Amelia di dalam mobil. Perempuan itu menurunkan kaca mobilnya dan terlihat sedang bicara melalui telpon.

"Obat dari segala penyakit adalah rasa bahagia, Yah. Ini sudah pilihan bahkan janji di masa kecil bunda dengan almarhumah sahabatnya!"

"Tolong, Yah! demi bunda ...." Syifa menangis sambil memegang undangan di tangan laki-laki itu.

"Bukan hanya bunda saja yang kecewa, Yah. Bahkan rasa malu akan di dapatkan keluarga ini jika semuanya sesuai kehendak kami."

"Terimakasih, Nak. Pengorbanan mu sungguh besar!" Laki-laki itu memeluk Syifa

"Semoga Allah memberikan pengganti yang lebih baik dari anak bodoh ini!" suami dari Amelia itu meninju bahu Fauzi sebelum akhirnya pergi meninggalkan mereka.

.

.

.

.

Like dong! like 😁

Terpopuler

Comments

Hulapao

Hulapao

nahh benerr udah tua jangan makan pedes²

2022-09-28

0

gegechan (ig:@aboutgege_)

gegechan (ig:@aboutgege_)

Ya ampun jujur aku baca scene akhir sampe berkaca-kaca, apalagi pas ayahnya bilang "Semoga kamu dapat pengganti yang lebih baik..." DUH SAKITTT

2022-09-23

1

Ami💞4hy🥀

Ami💞4hy🥀

lah kok gini 😧

2022-06-08

0

lihat semua
Episodes
1 Satu
2 Dua
3 Tiga
4 04
5 Lima
6 Enam
7 Tujuh
8 Delapan
9 Sembilan
10 Sepuluh
11 Sebelas
12 Dua belas
13 Tiga belas
14 Empat belas
15 Lima belas
16 Enam belas
17 Tujuh belas
18 Delapan Belas
19 Sembilan Belas
20 Dua Puluh
21 Dua puluh satu
22 Dua puluh Dua
23 Dua puluh Tiga
24 Dua puluh Empat
25 Dua puluh Lima
26 Dua puluh Enam
27 Dua puluh Tujuh
28 Dua puluh Delapan
29 Dua puluh Sembilan
30 Tiga puluh
31 Tiga puluh Satu
32 Tiga puluh Dua
33 Tiga puluh Tiga
34 Tiga puluh Empat
35 Tiga puluh Lima
36 Tiga puluh Enam
37 Tiga puluh Tujuh
38 Tiga puluh Delapan
39 Tiga puluh Sembilan
40 Empat puluh
41 Empat puluh satu
42 Empat puluh Dua
43 Empat puluh Tiga
44 Empat puluh Empat
45 Empat puluh Lima
46 Empat puluh Enam
47 Empat puluh Tujuh
48 Empat puluh Delapan
49 Empat puluh Sembilan
50 Lima puluh
51 Lima puluh Satu
52 Lima puluh Dua
53 Lima puluh Tiga
54 Lima puluh Empat
55 Lima puluh Lima
56 Lima puluh Enam
57 Lima puluh Tujuh
58 Lima puluh Delapan
59 Lima puluh Sembilan
60 Enam Puluh
61 Enam Satu
62 Enam Dua
63 Enam Tiga
64 Enam Empat
65 Enam Lima
66 Enam Enam
67 Enam Tujuh
68 Enam Lapan
69 Enam Sembilan
70 Tujuh Puluh
71 Tujuh Satu
72 Tujuh Dua
73 Tujuh Tiga
74 Tujuh Empat
75 Tujuh Lima
76 Tujuh Enam
77 Tujuh Tujuh
78 Tujuh Delapan
79 Tujuh Sembilan
80 Lapan Puluh
81 Lapan Satu
82 Lapan Dua
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Satu
2
Dua
3
Tiga
4
04
5
Lima
6
Enam
7
Tujuh
8
Delapan
9
Sembilan
10
Sepuluh
11
Sebelas
12
Dua belas
13
Tiga belas
14
Empat belas
15
Lima belas
16
Enam belas
17
Tujuh belas
18
Delapan Belas
19
Sembilan Belas
20
Dua Puluh
21
Dua puluh satu
22
Dua puluh Dua
23
Dua puluh Tiga
24
Dua puluh Empat
25
Dua puluh Lima
26
Dua puluh Enam
27
Dua puluh Tujuh
28
Dua puluh Delapan
29
Dua puluh Sembilan
30
Tiga puluh
31
Tiga puluh Satu
32
Tiga puluh Dua
33
Tiga puluh Tiga
34
Tiga puluh Empat
35
Tiga puluh Lima
36
Tiga puluh Enam
37
Tiga puluh Tujuh
38
Tiga puluh Delapan
39
Tiga puluh Sembilan
40
Empat puluh
41
Empat puluh satu
42
Empat puluh Dua
43
Empat puluh Tiga
44
Empat puluh Empat
45
Empat puluh Lima
46
Empat puluh Enam
47
Empat puluh Tujuh
48
Empat puluh Delapan
49
Empat puluh Sembilan
50
Lima puluh
51
Lima puluh Satu
52
Lima puluh Dua
53
Lima puluh Tiga
54
Lima puluh Empat
55
Lima puluh Lima
56
Lima puluh Enam
57
Lima puluh Tujuh
58
Lima puluh Delapan
59
Lima puluh Sembilan
60
Enam Puluh
61
Enam Satu
62
Enam Dua
63
Enam Tiga
64
Enam Empat
65
Enam Lima
66
Enam Enam
67
Enam Tujuh
68
Enam Lapan
69
Enam Sembilan
70
Tujuh Puluh
71
Tujuh Satu
72
Tujuh Dua
73
Tujuh Tiga
74
Tujuh Empat
75
Tujuh Lima
76
Tujuh Enam
77
Tujuh Tujuh
78
Tujuh Delapan
79
Tujuh Sembilan
80
Lapan Puluh
81
Lapan Satu
82
Lapan Dua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!