"Pa!! Syifa tidak akan menolak kalau papa mau menjodohkan, Syifa."
"Iya, Pa. Jodohin Fa saja ya, Pa." rengek gadis itu dari telepon yang menyambungkan jarak antara Jerman dan Indonesia
"Jangan mengada-ada!"
"Fa serius, Papa."
"Dasar gadis aneh! hampir semua orang pasti bilang ini kan bukan lagi zaman Siti Nurbaya! sudah zaman modern!
Kenapa kau yang anak zaman now mau kembali ke masa lampau!"
"Ah! itu kan kata mereka. Dari dulu Fa tidak sependapat dengan hal itu. Kalau mau di jodohkan ya jodohkan saja, anak kan hak orang tuanya, orang tua juga pasti tidak mungkin menjerumuskan anaknya kan! nggak mungkin papa memilihkan Syifa jodoh yang salah!"
"Ck! anak ini! jangan pernah kau bicarakan masalah ini kalau papa telepon! apalagi ada mama mu! hm ... bisa-bisa permintaanmu langsung terkabul!"
"Apa???! bagus dong kalau begitu, Pa."
"Jangan aneh-aneh! cari sendiri sana! Percuma sudah sampai ke ujung belahan dunia, tapi akhirnya malah di jodohkan."
"Syifa sampai ke ujung dunia ini bukan untuk cari jodoh, Papa! Fa belajar!"
"Hm ... iya, Iya. Sudah dulu teleponnya Papa mau pulang, kau juga sedang bekerja kan?"
"Iya, Pa. Sebentar lagi mau kunjungan."
"Jaga diri mu baik-baik! Jangan lagi respon email atau apapun dari Fauzi, lupakan dia dengan benar dan segeralah selesaikan pendidikan mu dan pulang!"
"Siap, Pa. Insya Allah. Jangan berhenti berdoa untuk Fa, Papa. Syifa sayang papa." kata terakhir yang diucapkan Syifa setelah melalui percakapan panjang. Meski terpisah jarak antar benua, tapi serasa dekat karena setiap hari berbicara.
\=\=\=\=
"Minta di jodohkan? hm ... ada-ada saja anak itu!" Laki-laki tua berkacamata menggelengkan kepala dan mengulum senyum. Jas yang selalu ia pakai dengan bangga ia gantungkan di tempatnya. Laki-laki itu pun melangkah meninggalkan tempat kerjanya.
Beberapa saat berlalu, gerbang rumah besar sudag terbuka lebar, Adzka memasukkan mobilnya.
"Kenapa terlambat pulangnya?" wanita langsing berhijab menyambutnya dengan senyum mengembang.
"Akmal barusan telpon, katanya dia akan pulang minggu ini!"
"Oh, Alhamdulillah. Akhirnya dia ingat jalan pulang!"
"Mas ini!" Juna cemberut, tas kerja suaminya kini sudah berpindah tangan kepadanya.
"Jelek ah!"
"Kan memang sudah jelek! sudah keriput!"
"Iya bener! tapi sayang kita belum punya cucu ya!"
"Hm ... coba saja Syifa mau di jodohkan! mungkin sekarang cucu kita sudah banyak!"
"Ah ... jangan memaksakan kehendak kepada anak! biarkan dia menemukan cintanya sendiri!"
"Tapi kan kita sudah tau keluarga mereka seperti apa, Mas. Aku sama sekali tidak ragu. Insya Allah Syifa akan bahagia, mereka juga satu profesi, pasti lebih cepat memahami satu sama lain!"
"Ah, sudah lah. Jangan membahas hal itu terus! Syifa sedang belajar sekarang! masih ada beberapa tahun lagi untuknya menyelesaikan pendidikan. Lebih baik jangan mengganggunya dengan hal itu!
Lagi pula, tawaran itu bukannya sudah lewat beberapa tahun kan?"
"Hm ... iya sih. Tapi sampai sekarang anaknya masih belum menikah juga loh, Mas. Mungkin benar-benar menunggu berjodoh dengan anak kita!"
"Kita lihat saja nanti! Allah akan mempersatukan anak kita dengan jodohnya dengan cara-Nya. Sudah ah! Mas mandi dulu, belum shalat!"
"Loh, tadi kemana saja? nggak mampir ke masjid? Mas pulang terlambat memangnya kemana? sampai lewat shalat Ashar!" Perempuan paruh baya itu terus mencecar suaminya dengan pertanyaan
"Mas keluyuran kemana? sama siapa?!" tanya perempuan itu semakin curiga
"Ya Allah, Sayang! Mas dari rumah sakit! kalau tidak percaya telpon rumah sakit! minta security bawa rekap Cctv! Mas keluar rumah sakit jam berapa biar puas!" jawab laki-laki yang tampak benar-benar sangat sabar itu
"Awas ya kalau macam-macam!" ancam Juna pula. Adzka hanya menggeleng sambil berjalan menuju kamarnya
"Hm ... dasar laki-laki! paling tidak sisakan lah beberapa ribu kata untuk istrimu ini! Jangan buat aku berasumsi sendiri! Dokter Aisyah! hape mana hape ...." Juna mencari benda pintar miliknya, beberapa tahun terakhir ini perempuan yang sudah memiliki dua anak yang sudah dewasa itu selalu mengikuti dan belajar dengan youtuber sekaligus dokter Aisyah Dahlan.
\=\=\=\=
"Selamat pagi!"
"Hm ... pagi! cepat sekali kau bangun."
"Aku bahkan belum tidur, Natasha!"
"Apa aku tidur mendengkur? atau aku memonopoli kasurmu?" gadis asal Rusia itu langsung bangun dari tidurnya, Anastasha memang selalu menginap di kosan Syifa.
"Sama sekali tidak. Aku hanya sedang banyak pikiran."
"Fauzi?" tebak gadis itu di susul anggukan sahabatnya
"Kenapa kau masih memikirkannya?"
"Aku tidak memikirkannya, tapi justru semakin aku melupakan setiap malam aku bermimpi tentangnya!"
"Bukankah tadi kau bilang kau belum tidur? bagaimana kau bisa bermimpi?"
"Hm ... pulang dari rumah sakit tadi malam aku sangat capek! bahkan aku belum bersih-bersih, aku langsung rebahan di lantai! aku bisa memastikan aku hanya tertidur dua puluh menit, tapi mimpi ku rasanya lama sekali! Aku bermimpi Fauzi meninggal! Aku takut itu benar-benar terjadi, hiks ... hiks." Syifa pun menangis, mimpi kali ini benar-benar terlihat sangat nyata dan mengganggunya.
"Just dream! hanya bunga tidur, Fa. Semuanya akan baik-baik saja. Jangan karena hal ini kau jadi menghubunginya lagi. Kau sudah memutuskan untuk tidak perduli padanya lagi kan?
Kau harus melupakkannya dengan mengisi hatimu. Kau harus jatuh cinta lagi!" Natasha memeluk erat sahabatnya, tiba-tiba ide muncul di benakknya untuk mencarikan Syifa pasangan yang cocok sehingga bisa melupakan sang mantan
"Aku punya banyak teman laki-laki. Kau harus berkenalan dengan mereka!" ucap gadis itu seperti ancaman
"Aku sangat susah untuk cocok dengan seseorang!"
"Jangan berkata begitu sebelum kau mencobanya!"
.
.
.
.
Maaf lama tidak update, mohon doanya untuk abang saya yang baru saja berpulang. 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Ami💞4hy🥀
Al-fatihah Bu bin🤲🤲
2022-06-18
0
White Rose
hahh, anak Juna sama adzka si Syifa ini rupanya. Pas banget dengan panggilanku sama anak sulungku. Fa, mama Fa, papa Fa. serasa Syifa yg nelpon papanya minta dijodohin.. hehe
2021-12-12
0