Berbagi Cinta: Cadangan Di Waktu Senjang

Berbagi Cinta: Cadangan Di Waktu Senjang

Pernikahan dadakan

"Satu bulan tidak ada whiskas dan kamu akan makan tulang ikan sisa aku." Gadis itu menggertak kucingnya. Sepertinya kesal, dia berjalan pergi dengan langkah kaki yang menghentak keras ke lantai.

Baru saja ingin merebahkan tubuh nya di kasur. "Bulan." Seseorang memanggil nya dari luar kamar.

"Ya?!" jawabnya.

"Cepat keluar!"

"Ck, aku tidak punya waktu untuk bersantai, ya?" Dia mengeluh dan berusaha untuk melangkah ke luar kamar.

Dia membuka pintu kamar nya dan sudah menampakkan pria berambut putih berdiri di hadapan nya. "Cepat mandi!"

Gadis bernama Bulan itu membelalak. "Bulan? Bulan sudah mandi, kok," seru nya dengan suara serak. "Ekhem." Dia mencoba mengembalikan suara nya.

"Mandi lagi. Cepat! Jangan membantah!" ujar pria itu dengan lantang.

"Iya." Bulan kembali masuk ke dalam kamar untuk mengambil pakaian nya. Ayah, pria yang menyuruhku mandi teratur tapi dia sendiri mandi sekali dalam satu hari bahkan biasa nya dua hari. Bulan mengumpat.

Mandi adalah hal wajib tapi jika berlebihan juga dapat menimbulkan hal negatif bagi tubuh, seperti kedinginan dan akan membuat kulit menjadi keriput. Rutin nya mandi tiga kali dalam satu hari.

Dengan memakai hoodie putih dan celana hitam bisa terlihat biasa saja tapi jika Bulan yang mengenakan akan terlihat lebih dari kata biasa. Rambut panjang melebihi pundak ia uraikan, tak lupa topi hitam yang selalu menemani nya.

"Sudah?" tanya pria yang merupakan ayah dari Bulan.

Bulan mengangguk. "Memang kita mau kemana?"

"Ke gedung untuk pernikahan," kata nya membuat Bulan menghentikan langkah di belakang ayah nya. "Loh, kenapa berhenti?"

"Siapa yang mau menikah? Ayah? Kalau gitu aku mau mengganti baju ku dulu." Bulan membalikkan tubuh yang berniat untuk kembali ke kamar.

"Eh, jangan! Nanti di sana sudah ada baju nya, kok."

"Eh? Benar?" tanya Bulan dan di jawab anggukan oleh ayah nya.

Kedua nya kembali melangkah ke luar rumah. Terdapat mobil berwarna hitam di luar yang seperti nya sedang menunggu mereka berdua.

Ayah Bulan itu membuka pintu mobil bagian tengah dan naik ternyata itu membuat Bulan bingung.

"Ayo, naik!" pinta ayah Bulan.

"Ayah, ini mobil siapa?" tanya Bulan penasaran.

"Udah, kebanyakan tanya. Ayo, naik!"

"Tapi-"

"NAIK!" Ayah Bulan sudah naik pitam pasal nya Bulan banyak omong sejak tadi.

Bulan pun memasuki mobil itu dengan perasaan tidak tenang. Mesin mobil dinyalakan lalu melaju perlahan meninggalkan rumah kecil dan sempit itu.

Pria yang biasa dipanggil dengan sebutan pak Teno itu merupakan pekerja serabutan yang setiap malam biasa nya berjudi dan pergi ke tempat karaoke untuk menikmati masa tuanya yang seperti nya akan berakhir sebulan lagi. Bulan yang merupakan pekerja keras itu tidak menyukai pekerjaan ayah nya, meskipun itu juga untuk menghidupi dirinya. Bukan hanya sekali untuk memberi tau pada ayah nya agar berhenti berjudi tapi itu tetap tidak berpengaruh apapun pada ayah nya. Lelah sudah, bahkan ia pernah berfikir untuk bisa menikahi om-om seperti sugar daddy di media sosial.

Sampai di gedung yang dituju. Aula di luar gedung terlihat sepi membuatmu Bulan semakin berfikiran yang tidak-tidak.

Hotel? Aku mau dijual, ya?-Bulan

Bulan terus membatin dalam setiap langkah nya. Hingga sampai di lantai 40 yang merupakan lantai paling atas. Bulan mengerutkan dahinya sembari berjalan menyusuri koridor.

Happy Wedding Purnama Bimangkara & Bulan Suci Lestari

Loh?

Bulan menghentikan langkah nya saat sudah berada di depan pintu sebuah ruangan besar. Teno yang menyadari nya segera berbalik dan menghampiri putri nya. "Ayo."

Bulan menggeleng. "Ayah, jual Putri, ya?"

"Ayo, nanti telat!" Teno sudah tidak sabaran itu menarik tangan Bulan dengan kasar.

Banyak nya bunga-bunga yang menghiasi ruangan yang terang dan luas itu. Tidak ada siapapun di dalam nya, kecuali pria yang mengamati dari sudut ruangan. Pria tinggi dengan kaos berwarna hitam berdiri di pojok ruangan dengan ekspresi wajah datar.

"Cantik?" celetuk seorang wanita dari samping pria itu. Pria itu tidak bergeming hanya menghembuskan nafas panjang.

Ternyata saat di dalam sebuah ruangan khusus, Bulan disuruh untuk mengenakan sebuah gaun mewah dan akan segera di rias.

"Selamat atas pernikahan nya," ucap seorang MUA di hadapan Bulan yang sedang menata gaun Bulan.

Bulan hanya tersenyum tidak tulus untuk menanggapi nya.

"Cantik sekali," seru MUA itu sekali lagi.

Bulan segera melihat pantulan diri nya di kaca cermin yang berada di samping nya.

Gaun ini seperti nya mahal. Apa suami ku akan baik padaku?-Bulan

Seorang pria tampan yang berada di khayalan Bulan hilang dan malah menjadi wajah pria tua berambut putih dan banyak brewok putih di wajah nya. Bulan menjadi geli dengan apa yang ada di pikiran nya.

Bulan mendudukkan tubuh nya di sofa dengan wajah gelisah. Detak jantung yang memenuhi pendengaran nya membuat hati nya menjadi tidak tenang.

"Pengantin ku ini kenapa?" ujar MUA membuat lamunan Bulan memudar.

"Saya, sebenar nya dijodohkan," ujar nya lalu menunduk.

"Saya tau kok." Bulan mendongak. MUA itu duduk di samping Bulan lalu memegang tangan nya. "Kamu, tenang saja. Dulu saya juga dijodohkan tapi saya sangat bersyukur karena suami saya sekarang sangat baik pada saya."

"Tidak semua pernikahan itu dikarenakan cinta tapi permintaan seseorang yang berarti dalam hidup kita itu juga bisa jadi alasan di laksanakan pernikahan."

"Pernikahan itu bersifat suci dan jika salah satu dari pengantin tidak melakukan itu dengan tulus mungkin satu bunga akan layu dan hancur."

"Cinta memang datang sendiri tapi dengan belajar mencintai itu akan membuat cinta menjadi lebih besar."

"Kamu, mengertikan apa maksud saya?"

Bulan mengangguk. "Terima kasih."

"Keep spirit!" MUA itu melangkah pergi meninggalkan Bulan sendiri, mungkin karena tugas nya sudah selesai.

Bulan dengan gaun mewah berwarna putih itu melangkah perlahan menemui calon suami yang berada di depannya. Bulan mendongak karena penasaran dengan wajah orang yang akan menjadi suaminya. Kedua nya duduk berdampingan.

Dump!

"Pengantin pria sudah siap?" Pak penghulu bertanya dan di jawab anggukan oleh nya.

"Pengantin wanita siap?" Bulan menatap calon suami nya lalu beralih menatap pak penghulu dan mengangguk.

"Saya nikahkan engkau Purnama Bimangkara bin Bimangkara dengan Putri saya Bulan Suci Lestari binti Teno dengan mas kawin sebesar satu miliar dibayar, tunai." Itu Teno yang menjadi penghulu pernikahan Bulan dan Purnama.

Bulan membelalak ketika mendengar satu miliar.

"Saya terima nikah nya Bulan Suci Lestari binti Teno dengan mas kawin tersebut dibayar tunai."

"Sah?!" Pak penghulu berteriak dengan lantang.

SAH

Hari ini tepat nya pada tanggal 22 bulan Februari, Bulan telah sah menjadi istri dari seseorang.

. . .

"Sudah sampai." Purnama melihat ke kebelakang, ternyata Bulan sedang tidur.

"Bulan, bangun!"

"Bulan."

"BULAN!"

Bulan terkejut dan itu membuat tubuh nya langsung bangkit berserta jiwa nya.

"Sudah sampai."

"Oh."

Bulan membuka pintu mobil lalu melangkah mengikuti Purnama dengan tubuh nya yang masih setengah.

Rumah besar dan terang karena lampu di luar yang mengelilingi rumah menambah unsur kemewahan. Bulan yang berasal dari keluarga miskin menikahi Purnama yang berasal dari keluarga berada.

Purnama membuka pintu rumah dan sudah di sambut oleh beberapa barang antik di dalam nya. Bulan tidak berhenti kaget setelah mengedarkan pandangan nya mengamati seisi rumah. Besar, luar mewah, elegan sangat berkelas.

"Bulan," panggil seorang wanita yang sedang menuruni tangga.

Bulan menoleh ke arah tangga yang berada di samping nya. Tidak berkutik dan pikiran nya mulai muncul hal tidak baik.

Jadi Purnama sudah punya istri dan istri nya terlihat lebih tua dari nya. Berondong muda yang mendapat mangsa janda tua, ya?

"Bulan, Menantu Mama." Wanita itu langsung memeluk Bulan membuat mata Bulan membulat.

"Kamu cantik sekali. Maaf, mama tidak bisa hadir karena lambung Mama kumat."

"Cantik, beruntung loh kamu Purnama dapat wanita cantik seperti ini daripada-" Wanita itu memotong ucapan nya. "Iya, kenalin mama Sinta Mama nya Purnama."

"Iya, Tante."

"Kok Tante, sih. Mama!"

"Iya, Mama," ucap Bulan dengan gugup.

"Ya sudah kalian istirahat, ya. Jangan lupa buatin mama cucu hehehe."

"Ma...!"

"Hehehe." Mama Sinta itu terus ketawa sambil berjalan meninggalkan Bulan dan Purnama.

Purnama berjalan menaiki tangga mendahului Bulan sambil membawa tas besar milik Bulan. Memasuki kamar yang hanya terdapat satu ranjang dan kasur. Bulan membelalak kaget ketika mendapati kamar Purnama yang super berantakan.

"Ini kamar, Mas?" tanya Bulan dan di jawab anggukan oleh Purnama.

"Kok berantakan," ucap Bulan sedikit takut.

"Saya sengaja ngelarang ART saya buat bersihkan kamar saya agar istri saya saja yang membersihkan."

Bulan membelalakkan matanya. "Terus aku harus bersihkan ini?"

"Iya, kalau kamu tidak mau bersihkan silakan tidur di luar."

"Em, oke."

Bulan memunguti satu per satu bungkus makanan yang berserakan di lantai. Purnama hanya duduk di kasur dan menonton Bulan. Tersisa satu plastik yang berada di samping ranjang. Baru saja melangkah untuk mengambil plastik itu tapi Bulan malah terpeleset dan jatuh karena botol air mineral.

"Auh," rintih Bulan. Purnama bergegas menghampiri Bulan. "Akh," lirih nya sembari memegangi kaki kanan nya.

"Sakit? Di sebelah mana?" tanya Purnama yang terlihat panik.

"T-tidak apa-apa kok, mas."

"Tidak bagaimana! Kamu keseleo ini."

"Sini!" Purnama meraih kaki kanan Bulan lalu memijat nya.

"Akh akh sshh sakit."

"Diam!"

Bulan bungkam seketika. Dia menatap wajah Purnama yang berada lebih dekat dari wajah nya. Purnama meraba kaki Bulan lalu menekuk nya dengan keras membuat Bulan menjerit.

"AAAA."

"BERISIK! Sudah?" Bulan mengangguk.

"Cepat ganti baju dan tidur!" Perintah Purnama selalu terdengar tegas di telinga Bulan.

Bulan berjalan menuju kamar mandi dengan langkah kaki nya yang pincang.

. . .

"Mas, ngapain?" tanya Bulan kala melihat Purnama menyiapkan alas di lantai dan bantal juga selimut.

"Saya, tidur di bawah memang nya kamu mau satu ranjang dengan saya?"

Bulan menggeleng. "Ya sudah tidur!" bentak Purnama membuat Bulan segera tidur.

Satu menit berlalu, ternyata Bulan belum tertidur. Dia melirik ke arah Purnama yang berada di samping kanan ranjang nya. Dia mengamati pergerakan Purnama. "Mas, belum tidur kan?"

Purnama yang benar belum tidur itu menoleh. "Kenapa?"

"Mas, tidur di sini saja pasti mas tidak biasa tidur seperti itu," ujar Bulan membuat Purnama berseri.

"Boleh?" tanya Purnama kembali. Bulan mengangguk dan dengan segera Purnama mengangkat bantal nya dan ia letakkan di samping bantal Bulan.

Satu pertanyaan terlintas di benak Bulan. Bukankah saat pulang tadi Purnama mampir ke toko bunga lalu membeli bunga tapi bunga itu tidak di berikan untuk Bulan lalu untuk siapa.

"Mas," panggil Bulan.

"Hm?" jawab Purnama yang membelakangi Bulan.

"Tadi Mas Purnama mampir ke toko bunga, itu bunga nya buat siapa?"

Setelah itu Bulan bisu seribu bahasa. Kini dia hanya tidur terlentang dan menatap langit-langit kamar.

"Itu gak penting." Sontak Bulan terkejut, Purnama menjawab dengan singkat padahal Bulan hampir mati terlentang.

Tring

Ponsel Bulan berbunyi yang menandakan ada pesan masuk. Bulan meraih ponsel yang berada di samping bantalnya. Membaca pesan nya berulang kali.

Ayah

|Bulan, ini Gita mau menyampaikan pesan.

|Bulan, yang tabah ya. Tuhan ternyata sayang sama Ayah nya Bulan.

|Di makam kan jam 8. Bulan, kesini,ya! Tadi Ayah titip sesuatu sama aku.

Air mata nya menetes. Dada nya menjadi sesak, tubuh nya gemetar seperti ada yang mengguncang. Purnama yang melihat Bulan menangis itu langsung mengambil alih ponsel Bulan dan membaca pesan itu.

'Tuhan ternyata sayang sama ayah nya Bulan'

Deg

Purnama menatap Bulan yang diam tidak bergeming. Bak dilempari sejuta batu, tetapi ditinggalkan oleh seseorang lebih menyakitkan daripada itu. "Ayah," ucap Bulan lirih.

Brukh

Tubuh Bulan melemas setelah penglihatan nya menjadi kunang-kunang. Dia pingsan di pangkuan Purnama.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!