Akan ada dua bumil

Dua hari setelah Purnama pergi ke luar kota. Purnama berjalan mendekat ke arah Bulan yang tengah merapikan tempat tidur. Purnama sesekali mengacak-acak rambut basahnya.

"Bulan..." panggil nya.

Bulan sontak berbalik, sepasang mata nya membulat kala melihat Purnama berdiri di hadapan nya hanya dengan handuk yang melilit pinggang nya. Bulan melihat Purnama dari bawah hingga ke atas.

"K-kenapa, Mas?" tanya Bulan dengan terbata-bata.

"Mas kangen sama kamu," kata nya semakin mendekat.

Bulan melangkah mundur, mengingat jarak nya dengan Purnama hanya satu inci. Manik mata Bulan membulat sempurna ketika tubuh nya jatuh ke kasur dengan Purnama yang tengah siaga.

"M-mas, mau apa?"

"Mas kangen sama kamu."

Bulan bergidik ngeri. Purnama mendekatkan tubuhnya dengan Bulan membuat Bulan menutup matanya. Bulan kembali membuaka mata karena Purnama tidak jadi tapi dia malah duduk di samping Bulan.

Bulan menghembuskan nafas panjang, lalu melirik Purnama yang berada di samping nya. "Mas?"

"Kamu mau, kan?" tanya Purnama dengan lirih.

Bulan kembali tersentak kaget. Dia mengigit bibir bawahnya. "Aku mau," ucap nya.

Purnama menatap Bulan diiringi dengan senyum di wajah nya. Manik mata Purnama berbinar mendapati dia akan melakukan itu dengan istri nya.

. . .

"Loh? Pagi-pagi sudah keramas," ledek Mama Sinta melihat Bulan yang sedang masak.

"Hayo... Kak Bulan abis ngapain," ucap Bila yang baru datang.

"Bila! Mama!" balas Bulan.

"Adik mu ini ikut-ikut, aja!"

"Masih kecil!" kata Mama Sinta.

"Bila masih kecil jangan ikut-ikut, ya."

Bila diam seribu bahasa, kini dia terpojok.

. . .

Dua minggu berlalu dengan cepat, hari ini Bulan sedang makan di meja makan bersama Mama Sinta dan Bila. Kebetulan Purnama sudah berangkat. Bulan melihat nasi di piring nya, saat ingin melahap nya entah kenapa perut nya terasa mual. Dia pun menahan nya. Hingga tak tahan dan mengeluarkan suara.

"Huwek."

Mama Sinta terkejut dan menatap Bulan yang berlari ke dapur. "Bulan kenapa, ya?" tanya Mama Sinta pada Bila. Bila yang juga tidak tahu hanya mengangkat kedua pundaknya.

Bulan yang tengah di dapur itu berlari menuju tempat cuci piring dan mencoba mengeluarkan semuanya. Namun anehnya hanya cairan bening yang keluar dari mulut nya.

"Bulan, kenapa, sayang?" tanya Mama Sinta panik.

Mama Sinta melihat Bulan yang berdiri lemas dengan menyenderkan tubuh nya pada dinding. "Pusing?" tanya Mama Sinta dan dijawab anggukan oleh Bulan.

"Jangan-jangan Kak Bulan hamil?!" celetuk Bila.

"Ah, iya." Mama Sinta kegirangan. Mama Sinta langsung memeluk pundak Bulan yang menuntun Bulan untuk berjalan.

"Kita ke dokter, ya."

Mama Sinta terus memandangi perut Bulan. Kedua wanita itu memasuki ruangan. Bulan disuruh untuk berbaring dan Mama Sinta berdiri di samping brankar.

Keduanya duduk berdampingan dengan menghadap Dokter dengan secarik kertas di tangannya. Kedua sudut bibir Dokter itu tertarik.

"Selamat, ya. Bu Bulan sedang hamil," kata nya.

Mama Sinta sangat bahagia hingga tak tahan menahan air mata nya. Keduanya saling bertatapan dengan tatapan bahagia. Air mata Bulan menetes membuat tangan nya segera menyeka nya. Dia terharu akhirnya akan menjadi seorang ibu.

Saat ini di kantor Purnama. Bulan ditemani Mama Sinta. Bukan untuk mengirim makan siang tapi untuk memberi kabar bahagia ini. Bayangan Purnama yang sedang bahagia terus saja terlintas di benak Bulan.

Pandangan para pegawai tertuju pada Bulan dan Mama Sinta. Juga beberapa pegawai yang menyapa kedua nya.

"Purnama..." panggil Mama Sinta membuka pintu.

kedua nya terkejut melihat Helen yang berada di dalam ruangan Purnama. Bulan seketika menundukkan kepala nya. Mama Sinta berjalan mendekat sambil menatap Helen dengan malas.

Helen segera berdiri, juga Purnama.

"Ngapain kamu disini?!" tegur Mama Sinta.

"Saya kerja, Bu," jawab Helen.

Mama Sinta membuang muka. Kini dia beralih menatap Bulan yang masih berada di pintu. "Bulan, sini!" panggil Mama Sinta.

Bulan berjalan mendekat, lalu memutuskan untuk duduk di sofa.

"Ada apa, Ma?" tanya Purnama menengahi.

"Bulan mau kasih sesuatu buat kamu," ujar Mama Sinta.

Purnama berjalan melewati Helen untuk mendekat ke tempat Bulan duduk. Purnama duduk di samping Bulan membuat Bulan gugup. "Apa?" tanya Purnama membuat Bulan tersentak kaget.

Bulan merogoh tasnya dan mengeluarkan secarik kertas yang diberikan Dokter itu tadi. Purnama mengambilnya lalu membukanya. Sepasang matanya berbinar lalu beralih menatap Bulan. Tangan Purnama terulur menarik tubuh Bulan ke dalam pelukannya.

"Makasih," bisik Purnama.

Bulan hanya tersenyum beriringan dengan tubuh nya yang hangat.

Helen yang menyaksikan itu hanya menatap dengan malas. Hingga dia membuka suara. "Berarti ada dua bumil, dong," kata nya membuat orang yang mendengar itu membulatkan matanya.

Bulan sontak mendorong tubuh Purnama untuk melepaskan pelukan itu.

"Maksud kamu apa?!" tanya Mama Sinta dengan intonasi tinggi.

"Ibu akan punya dua cucu dalam waktu bersamaan," seru Helen.

Bulan menganga tidak percaya. Bulan menatap Purnama yang tengah menunduk. "Mas?" ucap Bulan dengan suara lirih.

Purnama mendongak. "Maaf," kata nya membuat Bulan menetaskan air mata nya.

Purnama meminta maaf, artinya ini benar?

Bulan melemah, dia menunduk dan membiarkan air matanya mengaliri pipi nya. Purnama sendiri sudah tidak bisa berkata-kata. Kini harapan Bulan akan Bahagia bersama Purnama telah hancur. Sangat hancur.

Bulan menyeka air matanya. Lalu mendongak. "Sekarang terserah kalian," ujar nya.

Mama Sinta memandang Bulan dengan sendu. "Bulan?"

Helen merasa puas, merasa dirinya telah menang. Helen mengangkat sebelah alis nya. "Saya mau Mas Purnama tanggung jawab," seru nya.

Hati Bulan semakin retak, itu artinya Bulan akan berbagi suami. "Saya izinkan."

Purnama mendongak menatap Bulan. "Kamu serius?"

"Itu hak kamu untuk memilih."

Seperti kata-kata tamparan bagi Purnama. Purnama kembali menunduk.

Bulan berdiri dari duduknya membuat Purnama mendongak.

"Ayo, Ma. Kita pulang," ucap Bulan lalu berjalan ke luar ruangan Purnama.

Mama Sinta mengangguk. Lalu menatap tajam Helen sebelum akhirnya menyusul Bulan.

Bulan itu kuat, dia tidak lemah tidak seperti Helen yang tidak memikirkan perasaan sesama wanita.

Rupanya bukan hanya orang yang ada di dalam ruangan yang mendengar, ternyata Ares yang juga merupakan sahabat sekaligus pegawai ikut menguping. "Wow!" kata nya. Dia nampaknya sedang bahagia di atas penderitaan seseorang.

. . .

Tidak disangka Purnama dan Helen langsung mengadakan pernikahan. Bulan memutuskan untuk tidak datang, buat apa datang. Bulan kini hanya diam menatap piring yang berisi buah apel. Sesekali dia mengigit apel itu lalu mengunyahnya. Hidupnya kini serasa tidak berguna. Dia kesepian, Adiknya telah kembali ke Yogyakarta untuk melanjutkan kuliah. Air matanya terus menetes sedari tadi.

Suara pintu dibuka membuatnya tersadar dari lamunannya. Sepasang pengantin baru berjalan mendekat ke arah Bulan. Keduanya berjalan sempoyongan. Bulan sudah menduga kalau itu adalah mereka-Helen dan Purnama.

"Bulan..." panggil Helen.

"Suamimu sekarang menjadi suamiku."

"Jangan banyak bicara!" sentak Purnama.

Bulan menatap malas keduanya sambil sesekali menggerutu.

"Ayo, Sayang. Kita ke kamar," ajak Helen.

Purnama pun menurut. Helen berjalan dengan menggandeng tangan Purnama. Sepasang kekasih yang gila.

"Kamu kembali ke jati diri kamu yang sebenarnya, Mas." Bulan menatap keduanya dengan perasaan hancur dalam hatinya.

Sejak tadi air matanya itu menetes. Juga malam ini Bulan akan tidur di kamar yang sebelumnya telah ditempati Bila.

Maaf, ya. Aku rasa revisi ini menganggu kalian para pembaca, mau gimana lagi, kan. Semoga kalian tetap suka.

Gimana, nih, perasaannya? Helen udah nikah sama Purnama, loh hehehehe.

Salam sayang saya.

Terpopuler

Comments

Jupilin Kaitang

Jupilin Kaitang

thor buat kan bulan pindah, balik kerumahnya saja daripada tingal serumah tukan meniksa sesama wanita, kenapa kejam sekali suaminya.

2022-04-30

1

Nurdaidah

Nurdaidah

bulan bodoh bukannya pergi saja

2022-04-23

0

Ande Pesik

Ande Pesik

cerita kyk paling males bacanya...jd istri kok bego banget

2022-03-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!