Suami asing

"Ayah, maafkan Bulan karena belum sempat membuat Ayah bahagia," ucap nya lirih dan dalam penuh arti.

"Ayah, kenapa Ayah pergi padahal Bulan belum tau pernikahan ini apa."

"Ayah belum sempat kasih tau tapi Ayah sudah pergi."

"Bulan," panggil mama Sinta. Bulan melihat mama Sinta yang berada di samping nya.

"Ayah Bulan bukan jual Bulan tapi ayah Bulan dan Mama Sinta jodohkan Bulan dan Purnama. Bukan jual ya, sayang. Ayah Bulan lakukan ini karena beliau mengidap penyakit kanker stadium akhir."

"Kanker stadium akhir? Ayah tidak pernah cerita sama Bulan."

Bulan sangat terkejut mendengar pernyataan mama Sinta. Ayah nya selalu memarahinya dan ayah nya ternyata juga menyembunyikan hal yang sangat penting dari nya itu sangat parah.

"Ayah Bulan tidak cerita ya?" tanya mama Sinta dengan nada rendah. Bulan menggeleng dengan lemah.

"Karena ayah Bulan tidak mau kalau Bulan sedih." Bulan mengangguk-anggukkan kepalanya. Lalu dia memeluk batu nisan berwarna putih yang ditancap kan di gundukan tanah yang di penuhi bunga.

Teno Abdurrahman

Bin Rahman

Lahir : 27 Februari 1977

Wafat : 22 Februari 20**

. . .

24 22 20**

22.30

"Aku tidak mengenal suami ku lebih dari kata 'sibuk'. Sejak bangun tidur pukul lima aku sudah tidak melihat nya. Mama Sinta bilang jika dia sudah berangkat ke kantor. Apa dia akan membersihkan kantor terlebih dahulu? Suami ku sangat rajin ternyata. Malam ini aku hanya mencoba untuk menidurkan tubuh ku di atas kasur milik suami ku. Bayangan ayah masih terlintas di pikiran ku. Bulan purnama bersinar terang diluar sedang menyaksikan pahit nya kehidupan ku." Begitu kata nya.

Bulan mendengar suara pintu yang dibuka dan Bulan memutuskan segara menutup mata. Ternyata itu Purnama dengan jas hitam dan tas di tangan nya. Dia meletakkan tas nya di sofa seperti biasa, lalu melepaskan sepatu dan kaos kaki. Mencuci tangan dan kaki sepulang kerja adalah kebiasaan nya.

Purnama keluar dari kamar mandi dan langsung merebahkan tubuh nya di samping Bulan. Tangan nya memeluk tubuh Bulan dari belakang. "Helena," gumam nya di telinga Bulan.

Bulan terkejut, mata nya membulat. Penciuman nya mendapatkan bau alkohol dari mulut Purnama. Bulan mencoba berfikir hal baik, dia memejamkan mata nya dengan keras.

Helena, ya? Siapa dia? Pacar Purnama? Tidak, mungkin salah satu fans Purnama.

Malam yang dingin seakan sirna, dikalahkan oleh pelukan hangat dari pasangan. Sepasang insan tengah tidur dengan lelap, saling memeluk tanpa sadar. Mungkin kedua nya sedang mimpi indah. Hingga Ponsel Bulan berbunyi membuat sang pemilik nya bangun.

Mimpi indah itu seketika buyar, Bulan yang setengah sadar meraih handphone nya di nakas. Menerima panggilan itu.

"Iya? Hallo?" ucap Bulan dengan suara serak khas bangun tidur.

"Bulan, Mas Purnama sudah sampai di rumah belum?

Bulan sontak membuka lebar mata nya, lalu menduduki tubuh nya dan melihat ke arah suami nya yang tidur pulas.

"I-ini siapa, ya?" tanya Bulan.

Sekarang hati nya tidak tenang, gelisah. Bulan terus memandang Purnama.

"Ini Pacar nya Purnama. Masa' kamu gak tahu, sih!"

Nada bicara wanita di sebrang seperti sedang mabuk berat. Bulan menjadi ngeri.

"PACAR?!" Sontak Bulan menaikkan nada bicara nya hingga membuat Purnama terkejut sampai bangun.

"Bulan?" tanya Purnama lirih.

"Mas..."

"Kenapa?!" Purnama bangun ketika melihat Bulan yang meneteskan air mata.

"Loh? Mas Purnama, ya? Bulan, tolong sampaikan ke Mas Purnama, ya. Besok lagi."

Tut

Panggilan itu terputus. Bukan hanya Bulan yang mendengar tapi Purnama juga mendengar nya. Kedua nya saling menatap.

Panggilan telepon di handphone Bulan dari nomor yang tidak dikenal membuat malam itu menjadi seram. Bulan yang mulai sesak, tidak mengerti apa maksud itu semua mulai meneteskan air mata nya, tanpa sadar kedua pipi nya sudah basah.

Purnama yang melihat itu diam seribu kata, menatap Bulan dengan sendu.

"Mas..." lirih Bulan.

"Mas, sayang sama Bulan?"

Hati Purnama terlonjak kaget. Dia, Istrinya, tengah menangis karena nya. Purnama sudah tahu kalau panggilan itu memang benar dari kekasih nya.

Bulan memutuskan kontak mata nya dengan Purnama dan membuang muka. Segera ia menyeka air mata yang membanjiri pipi nya. Lalu beranjak turun dari kasur.

"Aku tidur sama Bila, aja." Bulan melenggang begitu saja meninggalkan Purnama yang masih diam membisu.

Bulan pergi tak lupa menutup pintu.

Rahang kokoh milik Purnama mengeras. "Argh..."

Nampak nya dia juga kesal. Meski belum mencintai Bulan tapi dia memiliki kewajiban sebagai suami nya.

Di sudut kota, tepat nya club dengan nama yang tidak biasa. Beragam warna lampu itu memenuhi ruangan, lagu dj yang menggema membuat para kelelawar yang ada di dalam nya melengok-lenggokkan tubuh nya.

Wanita berbaju merah dengan lipstik yang menyala tengah duduk di sifa sambil meneguk segelas minuman. "Sebentar lagi," kata nya sambil memutar air yang ada di dalam gelas itu.

"Bulan!" panggil Purnama mengejar Bulan yang berjalan sangat cepat menuruni tangga.

"Bulan, yang tadi itu pasti salah sambung."

Sontak Bulan berhenti. Ah, Bulan sudah cemburu, bagaimana kalau yang dikatakan Purnama benar?

Bulan berbalik. Purnama berjalan menuruni tangga lalu berdiri di hadapan Bulan yang tengah diam membeku.

"Kamu harus percaya sama Mas!"

"Bulan, iya, kan?"

Bulan yang menunduk akhirnya mendongak menatap Purnama lalu mengangguk.

. . .

25 02 20**

20.49

"Di rumah saja tidak usah berkerja," ucap Purnama dengan lembut.

Mata Bulan membulat sempurna. Tidak dapat berkata-kata Bulan hanya mengangguk. Purnama kembali fokus pada laptop nya, sedangkan Bulan masih diam membeku menatapi wajah tampan Purnama. Sebelum nya Bulan meminta izin pada Purnama untuk kembali bekerja menjadi florist tapi permintaan nya ditolak.

Seperti diguncang dunia yang luas tapi tidak bisa bergerak, apa lah daya jika di depan mata ada pemandangan indah.

"A-anu..."

"Bicara! Saya, tidak suka bertele-tele."

"Em... Besok aku mau pergi ke tempat kerja eh anu ke tempat kerja aku dulu em mau izin dulu, boleh?" ujar Bulan.

"Iya, aku antar," seru nya.

"Di antar, ya?"

"Kenapa? Tidak mau, ya?"

"Aa mau kok hehehehe," sarkas Bulan.

. . .

26 02 20**

8.36

"Saya, tinggal nanti hubungi saya kalau sudah selesai!" ujar Purnama di samping Bulan.

"Iya, mas," seru nya.

Purnama menatap Bulan yang tidak turun-turun dari mobil. "Ada apa?" bentak Purnama bertanya.

Bulan mengigit bibir bawah nya. Dia langsung beranjak pergi setelah mencium punggung tangan milik Purnama. Sedangkan, Purnama hanya menatap dengan wajah datar dan melakukan mobil nya dengan cepat.

Bunga-bunga memenuhi toko itu. Toko kecil dengan bau bunga yang semerbak. Warna-warni bunga membuat toko itu selalu ramai. Di samping toko terdapat halaman tempat menanam semua bunga. Banyak sepasang kekasih yang berfoto dan banyak pria yang memilih bunga, seperti nya ingin membelikan kekasih nya.

Pria tampan berdiri di samping rak bunga mawar. Bintang adalah teman kerja Bulan semenjak dua tahun yang lalu. Tanpa berfikir panjang Bulan menghampiri nya. Menepuk pundak nya membuat Bintang menoleh. Sontak pria itu terkejut. Entah apa yang membuat pipi nya memerah setelah melihat Bulan.

Bulan melempar senyum pada Bintang. "Hai, apa kabar?" sapa Bulan dengan ramah.

Bintang diam membeku, tidak berkutip hingga akhir nya seseorang datang.

"Bulan, apa kabar," sapa nya.

Bulan menoleh. "Baik, bos."

"Ada keperluan apa?" tanya nya.

Bulan baru membuka mulut tapi bos nya itu langsung menyambar. "Iya, selamat ya atas pernikahan nya," sarkas nya. "Bintang kalah cepat, sih."

Bintang segera menoleh ke arah bos nya dan menatap tajam. "Apaan, sih!"

Bulan hanya cengengesan. "Saya, mau berhenti kerja. Maaf, sebenarnya masih ingin tapi tidak diizinkan keluarga saya."

"Iya, saya tahu kok. Sekali lagi selamat atas pernikahan nya, ya."

"Iya, terima kasih."

Bos tampan Bulan itu pergi. Beliau sangat sopan dan juga ramah oleh karena itu Bulan ingin kembali bekerja.

Bulan merogoh saku nya untuk mengambil ponsel karena dia tidak membawa tas. Dia menyalakan ponsel nya. Mata nya membulat seketika. Dia memutar malas bola mata nya membuat Bintang bertanya-tanya.

"Kenapa?" tanya Bintang.

"A-aku, mau menghubungi Suamiku tapi aku lupa kalau aku tidak punya nomor ponselnya," ucap nya diiringi tawa ringan.

"Loh, nomor Suami nya kok tidak punya," gerutu Bintang.

"Aku, lupa tidak minta."

"Coba di cek lagi di kontak nya!"

Bulan mengangguk dan kembali membuka kontak yang ada di ponsel nya. Mata nya kembali membulat sempurna setelah melihat kontak bertuliskan Suami tampan.

"I-iya, ini ada," sarkas Bulan yang tidak mau jika Bintang ikut melihat nya.

"Sebentar, ya." Bulan melenggang pergi ke sudut ruangan yang sedikit jauh dari posisi Bintang.

Bintang hanya diam menatapi punggung gadis yang ia sukai sejak saat itu. Pertama kali bertemu masih canggung tapi setelah beberapa bulan Bintang dibuat jatuh cinta oleh nya. Ikhlas, relakan karena dia sudah menjadi milik orang lain dan itu adalah yang Bintang coba lakukan sekarang tapi sayang nya mungkin itu tidak berjalan mudah.

"Aku, pergi dulu, ya," pamit Bulan pada Bintang.

Mobil Purnama sudah berada di depan toko menunggu Bulan.

Bintang mengangguk sambil tersenyum lalu Bulan melangkahkan kaki nya selangkah tapi terhenti karena Bintang memegangi pergelangan tangan Bulan. Bulan berbalik. "Iya?"

"Ini, buat kamu," ucap nya memberikan setangkai bunga mawar berwarna merah pada Bulan.

Bulan tersenyum sambil mengambil bunga dari tangan Bintang. Dia pun melangkah pergi menaiki mobil Purnama. Bintang tersenyum kecut melihat kepergian kedua nya.

Bulan masih sentiasa memegangi bunga yang diberikan Bintang. Purnama melirik tajam ke arah Bulan.

"Itu tadi siapa?!" tanya nya dengan suara agak berat.

"Bintang, teman aku."

"Pacar kamu?"

"Bukan!" tolak Bulan.

Purnama kembali diam dan menatap ke arah depan dengan wajah serius. Apa dia cemburu? Tidak mungkin.

Perjalanan itu berjalan singkat karena toko tidak terlalu memakan waktu dari rumah. Bulan turun dari mobil dengan perasaan takut karena selama perjalanan Purnama hanya diam dan selalu menatap nya dengan tatapan mematikan.

"Lain kali jangan terima bunga dari orang lain!" ujar nya saat hendak masuk ke dalam rumah.

Bulan yang mendengar itu tubuh nya terasa seperti ada setruman. Mata Bulan berbinar melihat ekspresi Purnama tadi. Dengan wajah merah merona dan tatapan mata nya yang tajam tapi dalam arti nya.

"Mas Purnama, jealous?" tanya Bulan pada diri nya sendiri.

. . .

27 02 20**

"Ruangan pak Purnama dimana, ya?" Setelah mengumpulkan keberanian akhirnya Bulan bisa bertanya. Setelah memakan masakan istri nya ternyata Si Suami ketagihan.

"Siapa, ya?" tanya Wanita itu.

"Oh, saya, Istrinya." Bulan mengulurkan tangan pada nya.

"Helen."

"Bulan."

"Ruangan pak Purnama ada di lantai atas. Beliau sedang ada meeting jadi silahkan di tunggu." seru nya membuat Bulan melihat ke atas.

"Mari! Saya temani."

"Oh, iya, terima kasih," ucap Bulan dengan ramah dan dijawab anggukan oleh Helen.

Helen berjalan mendahului Bulan. "Cih, level bawah," gumam nya.

Sedangkan, Purnama berdiri diam sembari menatap punggung Selena rekan meeting nya yang memudar. Helen membuka pintu lalu masuk ke dalam ruangan.

"Engga cukup memang?" tanya Helen sambil menunjuk wajah nya sendiri.

"Maaf, saya khilaf," seru nya.

"Tadi ada istri kamu di luar."

Purnama mengernyitkan dahi nya. "Ya sudah, suruh masuk!"

Bulan memandangi Purnama yang berada di depan nya yang sedang menyantap makanan dengan lahap. Ayam goreng dengan sambal tomat sekaligus nasi hangat favorit nya.

"Kamu, sudah makan?" tanya Purnama.

"Sudah, tadi di rumah."

Purnama menganggukkan kepalanya.

Tok tok tok tok

Seseorang mengetuk pintu. "Masuk!" Lalu orang itu masuk.

Pria tinggi dengan kemeja putih dengan beberapa berkas di tangan nya menyapa Bulan dan Purnama dengan ramah.

"Ini, tanda tangan semua nya!" pintar nya.

"Iya, letakkan di situ saja!"

Pria itu meletakkan di meja Purnama, sebelum permisi untuk pergi.

"Sepertinya dia suka sama kamu," celetuk Purnama membuat Bulan menganga.

Terpopuler

Comments

tris tanto

tris tanto

bagus cm kurang greget setiap bc per bb yg nemu feelnya,,

2022-07-01

0

Tegar Teguh

Tegar Teguh

kayak baca koran😀😀😀

2022-03-14

1

Sulati Cus

Sulati Cus

hadeuhh dunia kebalik pacar dg berbangga diri memperkenalkan diri dg istri sah

2022-02-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!