Hari ini Bulan harus menyelesaikan semua nya. Dia, ikut apapun itu keputusan suami nya. Setelah menangis semalam mata nya jadi sembap. Ini tidak mudah, melihat pria yang kita cintai selingkuh itu tidak mudah. Baru pertama kali mencintai tapi sudah disakiti. Memang benar kata orang 'siapkan mental dulu jika ingin mencintai'.
Seperti biasa, Bulan membawa totebag di tangan nya. Ares melihat kedatangan Bulan dan langsung menyapa nya. Ares yang tampan itu merupakan pria yang murah senyum, juga senyuman nya yang bikin meleleh.
"Purnama masih ada meeting, sebentar lagi selesai, kok," kata nya.
Bulan tidak terlalu bersemangat jadi hanya mengangguk saja.
"Mau minum kopi? Atau mau kopi atau yang lain?" Dia, sangat ramah.
"Em...air putih, aja."
"Oke." Ares segera mengambilkan apa yang Bulan mau. Itu sebenarnya bukan tugas nya tapi ya begitu lah.
Bulan menunggu di lantai bawah, memutuskan untuk diam diri duduk di kursi. Para pegawai menyapa nya dengan ramah, bahkan ada yang bisik-bisik membicarakan nya dan Bulan bisa mendengar itu.
"Istri nya Pak Purnama cantik banget, lebih cantik dari Helen."
"Iya, udah cantik, baik, idaman lah pokok nya."
Bukan hanya para wanita tapi juga para pria ikut melirik.
"Ini." Ares datang menyodorkan segelas air putih yang bersih.
Bulan merasa haus segera meneguk air nya dan tak lupa berterima kasih. "Makasih, ya."
Setelah menunggu sekian lama akhirnya Purnama turun ke lantai bawah. Dia terkejut melihat istri nya datang.
"Bulan," sapa nya menghampiri.
Bulan mendongak lalu berdiri. Bukan Bulan nama nya jika tidak tersenyum. "Makan, yuk!" ajak nya.
Purnama yang merasa gugup hanya mengangguk saja. Bulan berjalan mendahului Purnama. Dia berjalan menuju ruangan Purnama. Sesampainya di sana Bulan langsung menyajikan makanan yang ia bawa, dan ia letakkan rapi dia atas meja.
Purnama tidak bergeming, dia hanya menyantap makanan lezat itu.
Selesai, Purnama meneguk segelas air di meja nya. "Maaf," gumam Purnama.
Bulan tidak menggubris nya, dia merapikan kembali kotak makanan itu. Wajah nya yang tidak berekspresi membuat Purnama sedih.
"Bulan..." panggil nya membuat Bulan berhenti.
"Maaf, aku belum bisa jadi istri yang baik buat, kamu." Purnama membulatkan mata nya.
Dia menghampiri istri nya dan memeluk nya erat. Hangat, Bulan ingin menangis. Dengan keras ia menahan air mata nya agar tidak keluar.
"Aku, minta maaf. Aku, salah. Aku minta maaf. Bulan, maafin, mas, ya?" ucap Purnama dengan suara lembut membuat Bulan lemah.
Purnama melepaskan pelukan nya. Dia pikir Bulan akan menangis tapi tidak itu tidak benar. "Kamu, maafin, mas, kan?" tanya Purnama sekali lagi.
Bulan mengangguk. Purnama tersenyum senang. "Makasih." Purnama kembali membawa Bulan ke dalam pelukan nya.
Purnama menggandeng tangan Bulan sembari melangkah ke luar ruangan. Hal buruk datang, Helen dengan berkas nya.
Dia masuk begitu saja, tanpa permisi, tanpa mengetuk pintu. Ketiga orang dewasa itu saling menatap. Bulan, menjadi semakin malas.
Helen tersenyum ke arah kedua nya. "Pak, ini ada dokumen yang harus ditandatangani," kata nya.
"Taruh di meja, aja! Nanti saya balik, kok."
"Oh, oke. Buk..." sapa nya membuat Bulan membuang muka malas.
"Saya sudah tau semua nya, kok. Jadi jangan bersikap baik sama saya," seru Bulan.
Helen merubah ekspresi nya menjadi jahil. "Oh, sudah tau. Jadi kita enggak usah sembunyi-sembunyi lagi." Helen berjalan mendekati Purnama, lalu menyingkirkan Bulan yang digandeng Purnama dan dia mengantikan nya.
Helen terkejut, tidak menyangka bahwa Purnama akan mendorong nya. "Mas!" tegur nya.
"Jangan seenak nya!" balas Purnama.
"Ayo!" ajak Purnama merangkul pundak Bulan. Bulan tersenyum mengejek sebelum akhir nya mengikuti langkah suami nya.
Helen mendengus kesal. Dia menghentakkan kaki nya ke lantai. "Awas, aja," umpat nya.
. . .
Tok tok tok
Tidak ada yang merespon, hingga Bintang memutuskan untuk masuk saja. Pintu itu terbuka dan menampakkan Mama Sinta. Mama Sinta yang melihat Bulan dalam gendong Bintang itu sontak terkejut.
"Loh? Bulan, kenapa?" tanya nya panik.
"Nanti saya jelaskan, tante."
Mama Sinta mengangguk-angguk dan memberi Bintang izin untuk membawa Bulan ke kamar. Bintang segera meletakkan tubuh Bulan di kasur, hingga tak lama Purnama keluar dari kamar mandi. Purnama terkejut melihat pria asing di kamar nya dengan Bulan yang terbaring di kasur.
Plak
Satu tamparan mendarat di pipi Bintang. "Kamu apakan Bulan?!"
"Kamu! Berani-berani nya!" bentak nya.
"Eh!" Mama Sinta datang dan memisahkan kedua nya.
"Purnama, tenang! Kita biarkan dia menjelaskan semua nya," tutur Mama Sinta.
Purnama merendam emosi nya, dia berjalan mendekat ke arah Bulan. Menatap wajah istri nya dengan iba. "Bulan, kamu kenapa?" bisik nya di telinga Bulan.
Bintang menarik nafas panjang sebelum menjelaskan semua yang terjadi. Dengan semua kejujuran nya, dan juga bayangan kejadian itu yang terlintas di pikiran nya. Purnama menatap tajam Bintang dengan kedua tangan yang ia lipat di depan dada nya, sedangkan Mama Sinta memberi hidung Bulan dengan minyak kayu putih.
Satu jam yang lalu
Malam ini disajikan dengan angin yang dingin menerpa, menembus baju hingga merasuk ke tulang-tulang. Bulan dengan kresek di tangan nya berjalan melewati gang sempit. Terpaksa pergi malam hari demi menyiapkan makanan favorit suami nya untuk hari esok.
Bayangan pria yang tidak ia kenal terlihat di netra nya. Bayangan pria dari belakang. Bulan bergidik ngeri, ingin menoleh tapi takut itu adalah hantu. Jadi dia memutuskan untuk terus berjalan. Gang panjang yang minim pencahayaan. Sepi. Bulan menambah kecepatan jalan nya, sedikit sempoyongan. Mungkin orang itu juga tau kalau Bulan sudah menyadari keberadaan nya.
Bruk
Tubuh Bulan terpental ke dinding saat orang itu mendorong bahu Bulan. Bulan meringis kesakitan karena bahu nya yang bertabrakan dengan tembok. Benar, ternyata ada orang yang mengikuti nya. Panik. Bulan dalam bahaya.
Dump!
Pria itu mendekat, berjongkok di hadapan Bulan lalu mengelus pipi Bulan. "Kamu sangat cantik, baby," kata nya.
Bulan merasa jijik. Bulan menepis tangan pria itu. Tentu saja pria itu marah. Bulan mendorong tubuh nya tapi pria itu hanya tergeser tak lebih jauh dari tubuh Bulan.
Pria itu memberikan senyum jahat pada Bulan. Wajah nya yang tak tampan, rambut nya yang gondrong, juga wajah yang brewokan. Wajah mesum nya membuat Bulan menjadi semakin jijik melihat nya.
Bulan mendorong-dorong tubuh pria itu. Bukan nya kalah tapi pria itu malah memegang kedua tangan Bulan lalu mengangkat nya ke atas. Bulan semakin panik, dia tidak bisa bergerak. Pria itu mendekatkan wajah nya dengan wajah Bulan.
Bulan memejamkan mata nya tidak mau melihat kejadian menjijikkan itu. Mas Purnama.
Bruk
Suara keras itu menggema. Bulan tak lagi merasakan nafas itu di wajah nya. Segera dia membuka mata nya, tidak melihat orang itu melainkan pria lain yang ia kenal.
"Bintang..." lirih nya gemetar.
Bintang terlihat marah, dia melayangkan pukulan pada wajah pria itu. Pukulan keras Bintang dapat membuat orang itu tersungkur ke tanah. Bintang sejenak melihat ke arah Bulan yang menangis sambil memeluk kedua kaki nya sendiri. Berani nya dia menyentuh Bulan!
Pria itu sudah tidak bisa melawan karena polisi di belakang nya sudah menodongkan pistol. Dia pun mengangkat kedua tangan nya.
"Sial!" umpat nya.
Tiga polisi itu pun membawa pria itu pergi. Bintang segera menghampiri Bulan yang ketakutan.
"Hey, tenang!" ujar nya.
Tanpa permisi Bulan memeluk Bintang dengan erat sambil terisak. Bintang pun tidak segan-segan untuk membalas pelukan itu sembari mengelus punggung Bulan dengan lembut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Mila Karmila
sudah sampai bab ini...udah tau sedikit jalan ceritanya...tapi nga dapat feelnya sm sekali... semangat dalam berkarya thor💪💪
2023-06-17
2
Sri Wahyuni
baru fham sdikit crta y
2022-07-14
0
Peggy Yusuf
saya kok jadi seperti robot baca cerita ini 😂
2022-05-29
2