TAKDIR CINTA DERAN (Dehan Rania)
Aku Rania Gandhita Wardhana, perempuan berusia 23 tahun yang sedang mengajar di salah satu sekolah taman kanak-kanak swasta di kota Bandung. Kegiatanku sehari-hari mengajari anak-anak membaca dan menulis, setelah selesai mengajar aku akan menyempatkan diri mengunjungi kantor suamiku. Ya, aku sudah menikah di umur 21 tahun dengan pria tampan dan kaya raya bernama Dehan Kavindra Perdana. Kami menikah karena perjodohan, lantaran aku yang tidak mau berpacaran dan ibu sudah tua jadi ia ingin segera melihat cucu dari ku. Tapi selama 2 tahun menikah aku belum ada momongan mungkin saja Tuhan sedang merencanakan yang terbaik.
"Selamat siang Bu Rania"
Ucap karyawan yang bekerja di kantor suamiku.
"Siang! Pak Dehan ada?" tanyaku
"Kebetulan sedang ada meeting. Biar saya antar ke ruangannya saja"
Aku mengangguk, lantas mengikuti arahan dari karyawan Dehan. Hampir setiap hari memang aku selalu menyempatkan diri ke sini untuk memberikan makan siang suamiku. Untungnya Dehan pria yang tidak pilih-pilih soal makanan dan dia juga menyukai masakan ku yang katanya enak. Satu jam berlalu aku masih menunggu Dehan di ruangannya, hingga akhirnya dia muncul juga di balik pintu.
"Kau sudah datang?"
"Iya. Aku bawa makanan untukmu, seperti semalam yang kau bilang"
Dehan tidak menjawab, dia langsung memakan makanan yang ku bawa tadi. Melihatnya sedang makan membuatku merasa senang, dia suami yang sempurna tampan, kaya raya, baik, dan setia? Tidak tahu, aku takut jika pria yang dihadapan ku ini berselingkuh. Aku tidak ingin kehilangan Dehan aku mencintainya.
"Mas... Besok aku libur dari pihak sekolah, kita liburan yuk??!"
"Mau kemana?" jawab Dehan dengan mulut yang sedang mengunyah.
"Jogjakarta! Aku ingin pergi ke candi Borobudur"
Dia hanya menatapku dengan tatapan mata tanpa arti, mungkin dia sedang berpikir untuk mengambil cuti.
"Baiklah, nanti kita pergi ke sana. Aku mencari jadwal kosong dulu"
Aku sangat senang mendengar penuturan dari suamiku. Dehan memang pria yang sempurna! Dia sangat pengertian, dengan segera aku mengecup pipi suamiku. Kemudian ia membalasnya dengan kecupan dibibir kami berciuman dengan mesra untung saja ini di dalam ruangan Dehan, semakin lama ciuman kami semakin panas tapi aku langsung mendorong tubuh Dehan akibat kehabisan nafas.
"Mas Dehan, jika ingin nanti malam saja. Kita masih di kantor nanti ketahuan orang gimana?" Kataku karena takut.
"Iya sayang.. Maaf, aku sedikit khilaf."
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 2 siang. Dehan juga sudah mulai bekerja di komputernya, karena aku sudah melaksanakan tugas ku sebagai istri. Aku beranjak pergi dari kantor Dehan, selama dua tahun pernikahan ku dengan Dehan kami sudah mencoba berbagai cara agar aku hamil. Dari mulai bayi tabung hingga akupuntur tetap tidak membuahkan hasil, aku selalu berpikir bahwa aku mandul dan tidak akan memiliki anak selamanya. Tapi dokter kandungan bilang bahwa aku bisa hamil, bahkan Dehan selalu menyemangati ku.
"Sayang.. Kita bisa punya anak suatu saat nanti, jangan pikirkan macam-macam. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu"
Aku tidak tahu ucapan Dehan ini serius atau palsu yang jelas dia selalu ada disaat aku terpuruk. Sebelum pulang ke rumah, aku berencana untuk menongkrong di cafe depan kantor Dehan sampai sore sambil mengerjakan pekerjaan sekolah. Hingga akhirnya, aku melihat Dehan keluar kantor dengan wanita lain.
'Ah mungkin itu karyawannya atau sekertaris nya sedang menyelesaikan pekerjaan' pikirku
Tak ada pemikiran negatif tentang Dehan meskipun aku sedikit curiga, namun aku langsung menepisnya karna aku percaya Dehan sangat mencintaiku. Dia tidan mungkin berkhianat terhadap perempuan baik-baik sepertiku.
#*Flashback
"Rania, ibu punya kenalan dengan seorang pengusaha sukses dan dia memiliki anak lebih tua darimu"
"Aku tidak peduli Bu"
Ibu langsung mengarahkan tubuhku ke hadapannya, sambil menatap
"Umur ibu sudah tua, bahkan kakak-kakak mu semuanya sudah menikah dan melupakan Ibu yang hidup sebatang kara di sini. Hanya kau, satu-satunya harapan Ibu. Rania, Ibu ingin segera memiliki cucu yang menemani ibu di sepinya suasana rumah kita. Terimalah perjodohan ini"
Aku tidak tahu harus menjawab apa. Sangat bingung aku tidak suka dijodohkan! Apalagi saat ini aku masih kuliah dan ingin meniti karir sebagai guru anak-anak kecil.
"Ibu yakin Dehan pria yang baik, meskipun kau tumbuh tanpa ayah dan sosok kakak yang melindungi mu. Nak Dehan bisa memberikan semua itu padamu"
"Ibuu... Jangan bilang seperti itu, Ibu akan panjang umur sampai aku memiliki anak dan menikah lima tahun lagi"
Ibu menggenggam tanganku dan dia menangis
"Ibu sudah tidak kuat sayang, penyakit Ibu sudah stadium tiga"
Mau tak mau aku harus menerima permintaan Ibu, bagaimanapun aku Rania anak yang berbakti kepada orang tua.
"Baiklah.. Aku akan menerimanya, tapi Ibu janji harus panjang umur sampai aku memiliki anak agar Ibu tidak kesepian?"
Ibu hanya mengangguk senang sambil memelukku erat dan berkata
"Rania kau satu-satunya berlian di hidupku.. Tolong jadilah wanita yang baik meskipun seribu duri menusuk mu, kau harus kuat dan berani. Jika nanti kau menikah, restu Allah ada di suamimu Dehan. Hormatilah dia sebagaimana kau menghormati Ibu dan mertuamu"
Aku menangis mendengar penuturan Ibu, karena sejak kecil aku tidak merasakan sosok pahlawan dalam hidupku. Saat berumur sepuluh tahun, kakak laki-laki ku pergi bersama wanita lain dan meninggalkannya Ibu dan aku di rumah. Aku tidak tahu masalahnya apa? Ibu juga tidak memberitahukan apapun tentang kakak padaku, ayah sudah meninggal semenjak aku dilahirkan.
Ibu wanita pekerja keras dan kuat, Rania kecil selalu ikut ibu berdagang di pasar bahkan aku membantu ibu melayani pembeli. Tapi semenjak ibu dinyatakan memiliki penyakit jantung, maka aku yang bekerja sambil kuliah. Hidupku tidak bahagia dan semenjak aku menikah dengan Dehan, semuanya berubah. Dehan membantu ku untuk menjadi guru cita-cita ku sejak kecil, Dehan membantu pengobatan Ibu, dan Dehan pula yang menyemangati hidupku sampai saat ini.
"Aku mencintaimu Rania Gandhita Wardhana.. Aku akan menjadi suami yang baik dan setia untukmu, maukah kau menjadi istriku selamanya?"
Kata-kata Dehan yang sangat melekat di ingatanku. Dia mengucapkan janji suci di hadapan Allah dan semua orang yang ada di pesta pernikahan kami, aku menjawabnya dengan lembut.
"Ya! Aku ingin menjadi istrimu dan melayani mu sampai maut memisahkan kita"
Semua orang bertepuk tangan dan Dehan mengambil First Kiss dari bibir mungilku. Aku membalasnya, setelah itu kami berpelukan Dehan tak henti-hentinya membuat ku jatuh cinta. Meskipun Dehan tidak bisa romantis dan dingin, tapi Dehan selalu melakukannya dengan ku hampir setiap malam karena memang tujuan menikah adalah memiliki anak.
#Flashback end*
"Ishh.. Betapa bodohnya aku jika itu selingkuhan mas Dehan. Tidak-tidak! Dehan itu baik dan setia, astagfirullah.. Rania jangan memikirkan yang macam-macam, jika aku stress peluang hamil ku akan berkurang"
Aku tidak ingin berpikiran macam-macam tentang suamiku, dia tak mungkin berkhianat. Karena dia sudah janji di hadapan Allah SWT dan juga semua orang saat kita menikah, Dehan aku masih percaya denganmu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments