Aku segera menutup laptopnya dan berlalu meninggalkan cafe depan kantor Dehan. Aku tidak ingin pikirannya kemana-mana karena melihat suami dengan wanita lain sedang memasuki mobil.
"Aku percaya dengan mas Dehan, dia hanya mencintaiku" kataku di dalam mobil
Seperti biasa aku sebelum pulang ke rumah harus pergi ke supermarket untuk membeli bahan-bahan masakan, lagipula Dehan selalu lapar jika pulang malam. Aku juga membeli beberapa yogurt dan buah-buahan untuk Dehan, agar dia selalu sehat.
"Bunda bilang mas Dehan suka ayam kecap jadi aku akan membuatkannya"
Selama menikah Dehan hanya memberikan satu ART di rumah kami, alasannya agar aku bisa memasak dan melayaninya. Tidak masalah, karena menurutku keputusan Dehan sudah bijaksana karena kan sebagai istri kita harus melayani suami. Sesampainya di rumah aku langsung bergelut dengan alat-alat dapur guna membuat ayam kecap kesukaan mas Dehan, suamiku tidak suka makanan pedas.
Setelah selesai masak, aku membersihkan diri dengan mandi sore dilanjut sholat magrib. Setiap selesai sholat aku selalu berdoa agar mas Dehan tetap sehat dan mencintai ku hingga kapanpun, termasuk karir yang sukses.
Waktu berlalu menunjukkan pukul 8 malam mas Dehan belum pulang tapi perutku sudah lapar, makanan di meja sudah dingin. Tidak biasanya dia pulang semalam ini, bahkan dia tidak mengabari ku sama sekali. Daripada aku menunggu mas Dehan dengan menatap makanan lebih baik aku menonton drama Korea di tv sambil menunggu kepulangan Dehan, rasa lapar ku mulai menghilang dan digantikan oleh ngantuk.
CEKLEK
Suara pintu terbuka, benar saja itu Dehan. Aku melirik jam ternyata sudah jam 12 malam, langsung saja aku naik ke kamar dan melihat Dehan.
"Mas ? Kok kamu baru pulang jam segini ? Udah makan belum ?"
Dehan hanya berdehem menjawab pertanyaan ku, tanpa aba-aba aku langsung memeluknya dari belakang karena ia tengah membersihkan wajah di meja rias.
"MAS JAWAB AKU!"
Sumpah aku sedikit kesal dengan sikap Dehan hingga membentaknya. Dehan langsung membalikkan tubuhnya dan menatapku sinis
"BISA DIAM TIDAK SIH?! AKU SEDANG PUSING DENGAN PEKERJAAN!! JANGAN GANGGU AKU SAAT INI!!!"
Baru kali ini Dehan membentak ku dengan keras dia bahkan tak menghiraukan ku yang tengah menangis akibat perbuatannya. Aku langsung keluar kamar dan menangis sendirian di ruang tamu, setelah menahan lapar Dehan malah seenak jidatnya membentak ku bahkan dia tak sempat menjawab pertanyaan ku.
"Hiks... Mas Dehan... A..ku Padahal... han--ya bertanya.. hiks ...."
Aku sangat malas tidur satu rajang dengannya! Maka aku ingin tidur di ruang tamu sambil menangis akibat gentakan mas Dehan.
Pagi harinya, aku terbangun dari tidur dan merasakan ada selimut di tubuh.
...'Sejak kapan aku membawa selimut ke sini?' batinku...
Hingga mataku menangkap sosok pria yang semalam membuatku menangis, dia sedang memanaskan masakan ku kemarin.
"Sudah bangun ?" katanya sambil melihat ke arahku
Aku tidak ingin bangun dari sofa, rasanya badanku terasa pegal-pegal dan nyeri.
"Maafkan aku yang semalam. Aku tidak bermaksud membentak mu sayang"
Dehan menyerahkan piring berisi ayam kecap dan air putih di atas meja tamu. Tangannya membuka selimut yang menutupi seluruh tubuhku hingga mata kami saling bertemu
"Kita sarapan bareng yuk?! Kamu tau aja aku suka ayam kecap"
Aku diam tanpa menjawab ucapan Dehan, tapi lama kelamaan wajah tampan Dehan mendekatiku hingga tidak ada jarak dan bibir kami saling bersatu. Kami berciuman selama lima menit, aku kehabisan nafas dan menyudahi permainan bibir kita.
"Jangan nangis, maafkan aku yang semalam membentak mu. Aku sedang stress akhir-akhir ini, tolong jangan marah ya sayang??" ucap suara Dehan yang berat sambil mengelus rambut Rania.
Ya Tuhan, mengapa aku tidak bisa marah dengan pria yang dihadapan ku ini. Dehan Kavindra Perdana laki-laki yang membuatku bodoh akan cinta.
"Iya mas Dehan sayang"
Kami sarapan bersama, Dehan juga menjawab pertanyaan ku yang semalam belum ia jawab. Bahkan kami saling suap-suapan, jarang sekali kami bermesraan seperti ini.
"Mas, kamu masih inget kan kalo aku pengen ke Jogja ? Kebetulan aku libur panjang dari sekolah"
"Nanti ya.. Aku liat ambil cuti dulu sekarang di kantor"
"Aku boleh ikut ga ke kantor mu pagi ini ?"
Tiba-tiba saja sendok makan Dehan terhenti saat aku berbicara seperti itu, dia sedikit berpikir
"Hmm..... Boleh sayang"
Selesai sarapan, Dehan dan Rania pergi ke kantor karena Rania libur selama seminggu jadi dia bisa berduaan bersama Dehan. Rania disuruh untuk menunggu Dehan di ruangannya, karena hari ini Dehan akan membuat surat pernyataan bahwa ia akan mengambil cuti selama seminggu. Tapi di luar sana Gladys Purnama sedang menguping pembicaraan Dehan dengan Rania.
"Mas nanti kita di sana bermalam di hotel saja ya biar sekalian honeymoon"
"Iya sayang, tenang saja oke"
Dehan yang sudah selesai mengisi kertas kemudian keluar ruangan diikuti oleh Rania di belakangnya, dan Gladys otomatis kaget saat ada Dehan. Maka dengan hormat Gladys hendak pergi namun tangannya di pegang oleh Rania
"Tunggu.. Kamu yang kemarin naik mobil sama mas Dehan ya?"
Pertanyaan ku membuat kedua orang ini saling menatap satu sama lain, aku merasakan ada sesuatu diantara mereka yang lebih dari sekedar teman kantor.
"Emmm... Ki---ta.." jawab Gladys terbata-bata
"Mas cuma ambil bahan di kantor cabang bareng Gladys" Dehan menjawab pertanyaan Rania.
Tapi aku belum puas dengan jawaban Dehan, aku ingin mendengarnya langsung dari wanita ini.
"Lantas, kenapa kemarin kalian saling pegangan tangan?"
Aku kesal! ya' tentu saja aku tidak sabar untuk mendengar ucapan Gladys selanjutnya. Apalagi saat kemarin melihat mereka keluar kantor, apakah wanita ini tidak tahu bahwa pria yang ia gandeng itu suami orang?!
"Sayang... Sudahlah, dia hanya karyawan ku. Aku memegang tangannya karena saat itu aku tidak sengaja mendorong pintu hingga membuat tangan Gladys kesakitan"
Hey Dehan! Aku bukan wanita bodoh, tanpa aba-aba aku membuka lengan kemeja panjang Gladys dengan paksa karena penasaran dengan bekas luka akibat terjepit.
"Hentikan! Sudah biarkan saja dia! Ini kantorku Rania!"
Dehan menyeret ku untuk menjauh dari wanita itu, padahal aku belum selesai memeriksa kejanggalan-kejanggalan yang ada di dirinya. Aku memberontak pada Dehan berharap ia melepaskan ku.
"Maass... Sakittt!!" rengek ku
Dehan tidak menggubris dia terus menyeret ku keluar kantor dan masuk ke mobil. Dia menutup mobil dengan keras berhasil membuatku ketakutan, apalagi sekarang sorot matanya tajam dengan wajah memerah karena marah.
"BISA TIDAK JANGAN CAMPURI PEKERJAANKU!?" bentak Dehan
"Mas tapi... aku"
"DIAM RANIA!! AKU SUDAH MEMBERIKAN SEGALANYA UNTUKMU. APA KAU MASIH TIDAK PERCAYA PADAKU ??"
Aku takut dengan Dehan, dia menatapku seakan aku memiliki dosa yang sangat besar.
"MAS DEHAN! AKU MELAKUKAN TADI KARENA AKU PENASARAN! BAGAIMANA TIDAK, KEMARIN SORE AKU MELIHAT KALIAN BERPEGANGAN TANGAN DAN MASUK KE MOBIL MU. LALU SEMALAM KAU PULANG TENGAH MALAM!! KEMANA SAJA KALIAN ??"
"JANGAN BERPIKIRAN ANEH-ANEH! AKU DAN GLADYS HANYA TEMAN KANTOR! MANA MUNGKIN AKU BERKENCAN DENGANNYA!"
"JIKA KAU TIDAK BERKENCAN MENGAPA KAU PULANG TENGAH MALAM ?? KAU ANGGAP AKU APA?!"
Kami yang sama-sama naik pitam tidak ada yang mau mengalah dan ribut di dalam mobil, baru kali ini selama dua tahun aku menikah ribut besar dengan suamiku. Dehan yang sudah diambang kemarahan menyalakan mesin mobil kemudian menancapkan gas dengan sangat kencang, aku takut jika Dehan hendak membunuhku sekarang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments