Garis Takdir Iriana
Brum Brum Brum
Suara motor balap terdengar saling bersahutan memecah kesunyian malam saat digembar-gemborkan oleh para jongki yang saat ini sedang berjejer di lintasan balap, kira-kira ada sekitar empat orang yang sudah siap untuk segera memutar tuas gas mereka.
Tak lupa helm full face sudah bertengger di kepala ke-empat orang itu. Teriakan dari beberapa teman mereka yang ada di tribun terdengar ricuh.
Dor
Suara tembakan yang sengaja ditembakkan ke atas menjadi tanda bahwa balapan sudah dimulai, keempat jongki itu segera memutar tuas gas mereka hingga kuda besi yang mereka naiki mulai melaju dengan kecepatan tinggi.
Balapan berlangsung sengit, motor-motor sport itu terus melaju dengan kecepatan tinggi saling mendahului untuk bisa sampai ke garis finish pertama dan dinyatakan sebagai juara.
Hingga beberapa menit telah berlalu sebentar lagi mereka akan tahu siapa yang akan menjadi pemenang dalam balapan kali ini, terlihat motor berwarna merah memimpin permainan, tinggal beberapa meter lagi motor merah itu mencapai garis Finish, namun tanpa diduga di detik-detik terakhir terlihat motor berwarna hitam pekat melaju dengan kecepatan tinggi menyalip motor berwarna merah hingga akhirnya motor berwarna hitam itu mampu melewati garis Finish terlebih dahulu.
" Woahhhhh." seru penonton yang memang menjadi pendukung motor berwarna hitam.
Sedangkan penonton yang lain merasa sedikit kecewa karena jagonya kalah.
Motor hitam itu terlihat mendekat ke arah tim-nya yang juga tengah menunggu kedatangannya.
" Kau memang yang terbaik Black." seru salah satu anggota Genk yang bernama Barack, tangannya langsung merangkul pundak temannya yang baru saja turun dari motor besar berwarna hitam mengkilap itu.
Pengendara motor yang dipanggil Black oleh Barack itu hanya mengangguk dengan helm yang masih menutup kepalanya, mereka segera melakukan high five dengan tangan yang terkepal.
" Kemana Victor?" tanya si Black.
Barack memperhatikan sekitar mencari keberadaan Victor sebelum akhirnya kembali menatap Black, lebih tepatnya menatap kaca helm karna sampai saat ini Black belum juga melepas helmnya.
" Mungkin masih ada urusan." Black hanya mengangguk, dia sudah paham dengan kesibukan Victor yang merupakan sahabatnya sejak kecil itu.
" Dapat berapa malam ini?" sudah menjadi ciri khas dari seorang Black yang hanya akan menerima tantangan balapan jika taruhannya cukup besar dan menguntungkan untuknya, selain itu dia hanya mau balapan di lintasan balap yang sesungguhnya bukan di jalanan.
Seperti malam ini taruhan yang mereka menangkan ternyata mencapai belasan juta.
" Harusnya sekitar 15 juta Black, kita tinggal menunggu mereka menyerahkan uangnya pada kita." Jawab Barack seraya menghisap tembakau yang entah sejak kapan sudah bertengger di mulutnya.
" Daripada mati konyol gara-gara rokok, lebih baik kau ambil uangnya dari tim lawan." dengan kasar Black merebut rokok yang ada di tangan Barack.
" Benar apa kata Black, kau ambil saja uangnya Rack." seru teman yang lain.
" Aku memilih mati secara perlahan karna rokok daripada mati malam ini karna diamuk tim lawan, kalian sudah gila dengan menyuruhku masuk ke kandang musuh." Barack menatap nanar rokok yang ada di tangan Black, tapi dia tidak berani merebut kembali rokok itu.
Black menyeringai di balik kaca helm nya yang berwarna hitam itu, dia semakin mendekat ke arah Barack lalu menepuk pundak laki-laki itu cukup keras.
" Belum ada sejarahnya singa takut dengan buaya, kalau kau tidak berani biar aku sendiri yang kesana." sinis Black membuat Barack seketika melotot.
" Oke oke biar aku yang kesana." sahut Barack cepat.
Bruk
Suara benda jatuh menarik perhatian mereka semua tak terkecuali Black yang kini sudah berbalik membelakangi Barack.
" Victor." ucap Black berjalan menghampiri Victor yang baru saja meletakkan sebuah tas di depannya.
" Itu uangnya." sahut Victor.
Black mengangguk dia segera memberi kode pada Barack untuk memeriksa tas tersebut, Barack mengangguk dan segera membuka tas itu yang ternyata memang berisi beberapa gepok uang.
Brakkk
Baru saja Barack selesai memeriksa, tiba-tiba datang tim lawan yang sudah siap membuat kerusuhan karena tidak terima dengan kekalahan yang mereka dapatkan.
" Kalian bisa pergi dengan uang itu dengan satu syarat." Victor menyeringai mendengar ucapan ketua Genk dari tim lawan di depannya.
" Apa?" Tanya Victor masih dengan senyum sinis nya.
Ketua Tim lawan yang bernama Bram itu menoleh ke arah anak buahnya sebentar sebelum akhirnya kembali berucap.
" Dia harus membuka helmnya sekarang juga." tunjuk Bram ke arah Black.
Bram dan Genk nya merasa penasaran seperti apa wajah Black yang selama ini terkenal tidak bisa dikalahkan saat balapan motor, mereka selama ini hanya tahu orang itu sering di panggil Black tanpa tahu identitas asli apalagi wajah asli dari seorang Black.
" Mimpi!" Ketus Victor, tanpa basa-basi dia segera maju untuk menyerang Bram dan juga anak buahnya.
Hingga aksi baku hantam pun terjadi antara Genk Bram dan Genk dari Victor, mereka saling pukul bahkan anak buah Bram ada yang membawa senjata tajam.
Namun mereka tetap tidak bisa mengalahkan Genk Victor yang memang terkenal sebagai Genk yang sangat sulit di kalahkan, Victor dan anak buahnya sudah memiliki kemampuan beladiri yang sudah tak diragukan lagi, mereka juga ahli dalam memainkan senjata.
Sedangkan Black sedari tadi hanya diam memperhatikan kedua Genk itu saling menyerang, tubuhnya ia sandarkan di motor besarnya tak lupa kedua tangannya dilipat di depan dada, sebenarnya dia juga tidak kalah hebat dari Victor namun ada hal yang membuatnya tidak bisa ikut berkelahi saat ini.
" Rack bawa Black pergi dari sini!" perintah Victor disela pertarungannya, Barack mengangguk dia segera menghajar lawannya dengan sekali pukul hingga tumbang baru setelah itu dia mendekati Black untuk membawanya pergi dari sana.
" Kita pergi sekarang." Black mengangguk kemudian naik ke atas motornya diikuti Barack yang duduk di jok belakang dengan membawa tas berisi uang hasil taruhan.
Black menjalankan motornya menuju tempat yang biasa mereka gunakan untuk berkumpul bersama dengan Genk nya. Yah anggap saja markas mereka.
Setibanya di depan bangunan mewah berlantai tiga, Black dan Barack segera turun dan melangkah memasuki bangunan bercat putih itu.
Barack segera menuju ke ruang bawah tanah untuk menyimpan uang hasil menang taruhan mereka malam ini, sedangkan Black segera melepaskan helm full face nya dan menyerahkannya kepada pelayan yang memang mereka pekerjakan di sana.
Tanpa mengucapkan sepatah katapun Black segera berjalan ke arah pintu lift yang ada di samping tangga untuk menuju ke lantai teratas tempat dimana kamarnya berada.
Perlahan tapi pasti kakinya mulai melangkah memasuki kamar bercat biru putih itu, dia menghempaskan tubuhnya di atas ranjang matanya terpejam sejenak lalu kembali terbuka, Black segera bangkit dan berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Kurang lebih tiga puluh lima menit kemudian dia sudah rapi dengan kaos hitam polos dipadukan dengan jaket kulit berwarna coklat dan celana Levis, tangannya segera meraih ponsel dan kunci mobil yang tergeletak di atas nakas yang ada di dalam kamarnya dan segera keluar dari kamar menuju lantai bawah.
~IP
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
IndraAsya
👣👣👣 Jejak 💪💪💪😗😗😗
2022-04-08
3