Malam harinya, Iriana memutuskan keluar bersama teman-temannya sebelum pulang ke rumah besar.
Mereka pergi ke salah satu club yang ada di kotanya, seperti biasa Iriana berada dalam satu mobil bersama Victor dan Barack.
Selama perjalanan tidak ada yang mengeluarkan sepatah katapun hingga suasana terasa dingin dan kaku bagi Barack.
" Ehem " Barack sengaja berdehem untuk mencairkan suasana, tapi dia justru mendapatkan tatapan dari dua pasang mata tajam milik Victor dan Iriana.
Glek
" ****!, kenapa mereka semakin hari semakin menyeramkan, aku sudah bersama dengan mereka selama puluhan tahun tapi kenapa mata tajam itu masih membuatku takut." batin Barack yang merasa sangat takut hingga kesulitan hanya untuk menelan salivanya saja.
" Ada Club baru yang katanya lebih besar dan asik di pusat kota, bagaimana kalau malam ini kita ke sana?" akhirnya Barack mampu menekan rasa gugupnya dan berhasil berbicara dengan lancar tanpa terbata.
" Terserah." itu suara sahutan dari Iriana, sementara Victor hanya mengangguk singkat.
Barack mulai menambah kecepatan mobilnya menuju ke club yang dia maksud tadi.
Lima belas menit kemudian mereka telah sampai di parkiran Club yang ternyata memang sangat besar, sudah banyak mobil yang terparkir di sana menandakan bahwa banyak pengunjung yang datang malam ini.
Teman-teman mereka yang memakai mobil lain juga sudah berjalan menghampiri ketiganya, mereka terlihat sangar dengan badan yang memang tinggi kekar, hanya Iriana saja yang terlihat manis meskipun menggunakan pakaian pria.
Mereka berjalan bersama memasuki club, Iriana terlihat sangat menonjol hingga menyita perhatian pengunjung lain, bukan hanya karna parasnya yang cantik dan tubuhnya yang sempurna, tapi karna dia datang bersama enam orang laki-laki yang memiliki tubuh atletis.
Mereka saling berbisik-bisik, mereka mengira bahwa Iriana datang bersama para Bodyguardnya. Bodyguard Tampan.
" Ramai sekali." keluh Iriana yang memang tidak terlalu menyukai keramaian.
" Biarkan Barack memesan private room jika kau tidak suka di sini." sahut Victor, kedua bola matanya menyapu sekitar.
Club itu memang benar-benar mewah dan juga luas, hiburan yang disediakan juga lengkap, seperti Biliar, permainan kartu, bar, jasa membuat tato, dan masih banyak lagi.
" Kita di sini saja, lebih banyak orang lebih asik bukan." sahut salah satu temannya yang dijawab anggukan setuju oleh yang lain.
" Bodoh! kau kan tahu, Lady tidak suka jika berada di keramaian." timpal Diego sambil memukul kepala bagian belakang temannya yang bernama Alex itu.
Alex mengusap kepalanya yang terasa sedikit sakit karna pukulan Diego, " Namanya juga Club ya ramai, kalau sepi ya kuburan." cicitnya masih bisa didengar oleh yang lain meskipun samar.
Iriana menoleh menatap Alex dengan mata tajamnya, seketika Alex pun merinding menyadari tatapan itu. " Hehe canda Lady." Alex tersenyum kaku.
" Ya sudah kita disini dulu." putus Iriana membuat teman yang lain bersorak, Victor hanya menggeleng kemudian berjalan masuk menuju sofa panjang yang ada di sana.
Diego datang bersama beberapa wanita malam dan pelayan yang membawa beberapa botol wine mendekati meja teman-temannya.
" Wanita atau minuman?" tanya Iriana yang ditujukan untuk Diego.
" Please malam ini saja." pinta Diego dengan wajah yang menyebalkan.
" Baiklah nikmati malam kalian." Iriana bangkit dari duduknya hendak berjalan pergi meninggalkan teman-temannya.
" Pelayan, sajikan wine nya dan bawa pergi wanita-wanita ini." Titah Victor wajahnya terlihat dingin saat menatap Diego, jika sudah seperti ini berarti tidak ada bantahan lagi, perintah Victor dan Keinginan Iriana merupakan hal yang mutlak dan paten.
Mata Diego menatap nanar wanita malam yang pergi bersama pelayan, dia segera duduk di samping Alex dengan wajah yang ditekuk.
" Lady kenapa kau tidak pernah mengizinkan ada wanita malam yang menemani kita saat di club?, apa kau takut tersaingi oleh mereka?" tanya Diego lesu.
Iriana tersenyum simpul, " Apa kau yakin mereka bisa menyaingi ku?" sinis Iriana dijawab gelengan kepala oleh teman-temannya termasuk Diego.
" Semua orang tahu tidak ada yang bisa menyaingi mu, tapi kenapa kau tidak mengizinkan mereka menemani kita?" Diego kembali mengulang pertanyaan yang sama.
" Aku hanya tidak suka saja." Iriana mengangkat kedua bahunya acuh kemudian berbalik ingin melanjutkan langkahnya.
" Wanita-wanita itu sudah pergi, lalu kau mau pergi kemana?" Seru Barack yang merasa heran pada Iriana.
" Duduklah" Victor ikut menyahuti.
" Aku ingin membuat tatto." tanpa menoleh Iriana segera pergi menuju tempat jasa pembuatan tato yang ada di sebelah bar.
Barack dan Diego saling pandang begitu juga dengan Alex dan yang lainnya, sedangkan Victor mulai beranjak menyusul Iriana.
Kedua bola mata Iriana bergerak kesana-kemari mengamati banyaknya desain tato yang ada di depannya. Terlihat seorang perempuan dengan banyak tato di tubuhnya berjalan menghampiri Iriana.
" Lady?" Iriana menarik pandangannya ke arah wanita itu.
" Kau? mengenal ku?" Sedikit ragu Iriana bertanya, membuat wanita di depannya mengangguk.
" Perkenalkan namaku Stella." wanita yang mengaku bernama Stella itu mengulurkan tangan ke arah Iriana.
Iriana membalas uluran tangan Stella tanpa memperkenalkan dirinya sendiri karna Stella memang sudah mengenalnya meskipun bukan nama aslinya.
" Ternyata Barack benar, kau bagai malaikat bersujud manusia." puji Stella.
Kening Iriana berkerut, " Barack?" gumamnya.
" Lupakan saja, apa kau ingin membuat tatto?" tawar Stella lalu mengajak Iriana duduk di bangku yang ada di ruangannya.
" Kau seniman tatto?"
" Ya bisa dikatakan seperti itu." sahut Stella.
" Kalau begitu buatkan aku tatto."
" Baiklah, Kau ingin tatto apa?"
" Hm bukankah kau bilang aku bagai malaikat bersujud manusia, jadi buatkan aku sayap malaikat di tengkuk leherku.
" Oke, Ini akan sedikit sakit apa kau bisa menahannya?" Iriana tidak menjawab dia segera berbalik membelakangi Stella dan mulai menyibakkan rambutnya ke depan.
Stella sudah bersiap hendak melukis kulit Iriana dengan alatnya namun tiba-tiba gerakannya terhenti saat seseorang menyodorkan gambar ke arahnya.
Laki-laki tampan yang Stella ketahui bernama Victor itu memberikan kode padanya untuk membuat tatto di tubuh Iriana seperti gambar yang Victor sodorkan.
Wanita itu pun mengerti dan segera membuat tatto sesuai dengan permintaan Victor.
" Kau di sini Vic?" sahut Iriana saat melihat Victor sudah duduk di sampingnya.
Sedangkan di ruangan lain yang masih ada di dalam Club itu terlihat seorang laki-laki tampan sedang duduk di kursi kebesarannya, kedua mata peraknya sedang menatap tajam bawahannya yang baru saja melakukan kesalahan.
" Bagaimana bisa kau sampai kecolongan seperti ini?" tanyanya dingin.
" Ma-maaf Tuan, tapi mereka sangat pintar menyelundupkan barang terlarang itu masuk ke dalam club."
" Permisi Tuan." sahut seseorang yang baru saja masuk.
" Ada apa Kend?" tanya laki-laki itu pada Kendrick yang merupakan orang kepercayaannya.
" Maaf Tuan, ada masalah mengenai perusahaan dan hanya Anda yang bisa menyelesaikannya." tutur Kendrick.
Pria yang dipanggil Tuan itu mengangguk mengerti kemudian bangkit berdiri.
" Kau urus masalah disini Kend, pecat orang-orang yang tidak becus dalam bekerja dan aku tidak ingin melihat mereka berada di club milikku lagi." setelah mengatakan perintahnya pada Kendrick pria yang ternyata pemilik Club itu segera melenggang pergi untuk menyelesaikan masalah perusahaannya.
Cukup lama Stella menggambar tatto di tengkuk leher Iriana dan selama itu pula Victor juga berada di sana untuk menemani sahabatnya, meskipun tidak banyak obrolan di antara mereka hingga suasana terasa mencekam bagi Stella.
Stella adalah wanita yang cukup pintar menilai orang lain, dia tahu kedua orang di depannya saat ini bukanlah orang sembarangan dilihat dari aura yang mereka pancarkan, terlebih lagi Stella sudah cukup banyak mendengar cerita tentang Victor dan Iriana dari Barack.
Senyum puas tercetak jelas di wajah Stella saat melihat hasil karyanya sendiri, ia memberitahu pada Iriana bahwa tatto nya sudah selesai, Iriana sempat meminta tolong untuk difotokan tapi Victor sudah lebih dulu mengajaknya pulang.
Selama perjalanan pulang tidak ada yang berkomentar mengenai tatto milik Iriana, mereka sudah di wanti-wanti oleh Victor melalui pesan singkat.
Victor mengajak pulang Iriana bukan tanpa alasan, dia hanya tidak ingin Iriana murka dan menghancurkan club saat tahu bahwa gambar tatto nya sudah dia tukar dengan gambar lain.
Cepat atau lambat Iriana pasti akan tahu juga tapi setidaknya Iriana akan aman jika mengamuk di rumah besar atau di Mansion bukan di tempat lain.
~IP
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments