NovelToon NovelToon

Garis Takdir Iriana

Who?

Brum Brum Brum

Suara motor balap terdengar saling bersahutan memecah kesunyian malam saat digembar-gemborkan oleh para jongki yang saat ini sedang berjejer di lintasan balap, kira-kira ada sekitar empat orang yang sudah siap untuk segera memutar tuas gas mereka.

Tak lupa helm full face sudah bertengger di kepala ke-empat orang itu. Teriakan dari beberapa teman mereka yang ada di tribun terdengar ricuh.

Dor

Suara tembakan yang sengaja ditembakkan ke atas menjadi tanda bahwa balapan sudah dimulai, keempat jongki itu segera memutar tuas gas mereka hingga kuda besi yang mereka naiki mulai melaju dengan kecepatan tinggi.

Balapan berlangsung sengit, motor-motor sport itu terus melaju dengan kecepatan tinggi saling mendahului untuk bisa sampai ke garis finish pertama dan dinyatakan sebagai juara.

Hingga beberapa menit telah berlalu sebentar lagi mereka akan tahu siapa yang akan menjadi pemenang dalam balapan kali ini, terlihat motor berwarna merah memimpin permainan, tinggal beberapa meter lagi motor merah itu mencapai garis Finish, namun tanpa diduga di detik-detik terakhir terlihat motor berwarna hitam pekat melaju dengan kecepatan tinggi menyalip motor berwarna merah hingga akhirnya motor berwarna hitam itu mampu melewati garis Finish terlebih dahulu.

" Woahhhhh." seru penonton yang memang menjadi pendukung motor berwarna hitam.

Sedangkan penonton yang lain merasa sedikit kecewa karena jagonya kalah.

Motor hitam itu terlihat mendekat ke arah tim-nya yang juga tengah menunggu kedatangannya.

" Kau memang yang terbaik Black." seru salah satu anggota Genk yang bernama Barack, tangannya langsung merangkul pundak temannya yang baru saja turun dari motor besar berwarna hitam mengkilap itu.

Pengendara motor yang dipanggil Black oleh Barack itu hanya mengangguk dengan helm yang masih menutup kepalanya, mereka segera melakukan high five dengan tangan yang terkepal.

" Kemana Victor?" tanya si Black.

Barack memperhatikan sekitar mencari keberadaan Victor sebelum akhirnya kembali menatap Black, lebih tepatnya menatap kaca helm karna sampai saat ini Black belum juga melepas helmnya.

" Mungkin masih ada urusan." Black hanya mengangguk, dia sudah paham dengan kesibukan Victor yang merupakan sahabatnya sejak kecil itu.

" Dapat berapa malam ini?" sudah menjadi ciri khas dari seorang Black yang hanya akan menerima tantangan balapan jika taruhannya cukup besar dan menguntungkan untuknya, selain itu dia hanya mau balapan di lintasan balap yang sesungguhnya bukan di jalanan.

Seperti malam ini taruhan yang mereka menangkan ternyata mencapai belasan juta.

" Harusnya sekitar 15 juta Black, kita tinggal menunggu mereka menyerahkan uangnya pada kita." Jawab Barack seraya menghisap tembakau yang entah sejak kapan sudah bertengger di mulutnya.

" Daripada mati konyol gara-gara rokok, lebih baik kau ambil uangnya dari tim lawan." dengan kasar Black merebut rokok yang ada di tangan Barack.

" Benar apa kata Black, kau ambil saja uangnya Rack." seru teman yang lain.

" Aku memilih mati secara perlahan karna rokok daripada mati malam ini karna diamuk tim lawan, kalian sudah gila dengan menyuruhku masuk ke kandang musuh." Barack menatap nanar rokok yang ada di tangan Black, tapi dia tidak berani merebut kembali rokok itu.

Black menyeringai di balik kaca helm nya yang berwarna hitam itu, dia semakin mendekat ke arah Barack lalu menepuk pundak laki-laki itu cukup keras.

" Belum ada sejarahnya singa takut dengan buaya, kalau kau tidak berani biar aku sendiri yang kesana." sinis Black membuat Barack seketika melotot.

" Oke oke biar aku yang kesana." sahut Barack cepat.

Bruk

Suara benda jatuh menarik perhatian mereka semua tak terkecuali Black yang kini sudah berbalik membelakangi Barack.

" Victor." ucap Black berjalan menghampiri Victor yang baru saja meletakkan sebuah tas di depannya.

" Itu uangnya." sahut Victor.

Black mengangguk dia segera memberi kode pada Barack untuk memeriksa tas tersebut, Barack mengangguk dan segera membuka tas itu yang ternyata memang berisi beberapa gepok uang.

Brakkk

Baru saja Barack selesai memeriksa, tiba-tiba datang tim lawan yang sudah siap membuat kerusuhan karena tidak terima dengan kekalahan yang mereka dapatkan.

" Kalian bisa pergi dengan uang itu dengan satu syarat." Victor menyeringai mendengar ucapan ketua Genk dari tim lawan di depannya.

" Apa?" Tanya Victor masih dengan senyum sinis nya.

Ketua Tim lawan yang bernama Bram itu menoleh ke arah anak buahnya sebentar sebelum akhirnya kembali berucap.

" Dia harus membuka helmnya sekarang juga." tunjuk Bram ke arah Black.

Bram dan Genk nya merasa penasaran seperti apa wajah Black yang selama ini terkenal tidak bisa dikalahkan saat balapan motor, mereka selama ini hanya tahu orang itu sering di panggil Black tanpa tahu identitas asli apalagi wajah asli dari seorang Black.

" Mimpi!" Ketus Victor, tanpa basa-basi dia segera maju untuk menyerang Bram dan juga anak buahnya.

Hingga aksi baku hantam pun terjadi antara Genk Bram dan Genk dari Victor, mereka saling pukul bahkan anak buah Bram ada yang membawa senjata tajam.

Namun mereka tetap tidak bisa mengalahkan Genk Victor yang memang terkenal sebagai Genk yang sangat sulit di kalahkan, Victor dan anak buahnya sudah memiliki kemampuan beladiri yang sudah tak diragukan lagi, mereka juga ahli dalam memainkan senjata.

Sedangkan Black sedari tadi hanya diam memperhatikan kedua Genk itu saling menyerang, tubuhnya ia sandarkan di motor besarnya tak lupa kedua tangannya dilipat di depan dada, sebenarnya dia juga tidak kalah hebat dari Victor namun ada hal yang membuatnya tidak bisa ikut berkelahi saat ini.

" Rack bawa Black pergi dari sini!" perintah Victor disela pertarungannya, Barack mengangguk dia segera menghajar lawannya dengan sekali pukul hingga tumbang baru setelah itu dia mendekati Black untuk membawanya pergi dari sana.

" Kita pergi sekarang." Black mengangguk kemudian naik ke atas motornya diikuti Barack yang duduk di jok belakang dengan membawa tas berisi uang hasil taruhan.

Black menjalankan motornya menuju tempat yang biasa mereka gunakan untuk berkumpul bersama dengan Genk nya. Yah anggap saja markas mereka.

Setibanya di depan bangunan mewah berlantai tiga, Black dan Barack segera turun dan melangkah memasuki bangunan bercat putih itu.

Barack segera menuju ke ruang bawah tanah untuk menyimpan uang hasil menang taruhan mereka malam ini, sedangkan Black segera melepaskan helm full face nya dan menyerahkannya kepada pelayan yang memang mereka pekerjakan di sana.

Tanpa mengucapkan sepatah katapun Black segera berjalan ke arah pintu lift yang ada di samping tangga untuk menuju ke lantai teratas tempat dimana kamarnya berada.

Perlahan tapi pasti kakinya mulai melangkah memasuki kamar bercat biru putih itu, dia menghempaskan tubuhnya di atas ranjang matanya terpejam sejenak lalu kembali terbuka, Black segera bangkit dan berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Kurang lebih tiga puluh lima menit kemudian dia sudah rapi dengan kaos hitam polos dipadukan dengan jaket kulit berwarna coklat dan celana Levis, tangannya segera meraih ponsel dan kunci mobil yang tergeletak di atas nakas yang ada di dalam kamarnya dan segera keluar dari kamar menuju lantai bawah.

~IP

Iriana D'Louis

Gadis cantik berambut pirang sebahu terlihat sedang menuruni anak tangga, pesona yang dia tampilkan selalu mampu membuat banyak lelaki tunduk dan takjub akan kesempurnaan wajahnya.

Mata tajam berwarna abu kebiru-biruan itu selalu mampu melemahkan siapa saja yang menatapnya, ditambah segudang keindahan lain yang ada dalam dirinya, jangan lupakan bentuk tubuhnya yang benar-benar sempurna bagai malaikat bersujud manusia.

Kaki jenjangnya kini berhenti tepat di ujung anak tangga saat netranya menangkap sosok lelaki yang tengah berjalan mendekat ke arahnya.

" Viktor kau urus sisanya aku harus pulang, Grandma sudah telpon sejak tadi." ucapnya pada Victor.

" Apa perlu ku antar?" tanya Victor yang hanya mendapatkan gelengan kepala dari lawan bicaranya.

" Kalian kenapa masih di sini, semua sudah menunggu di bawah, malam ini waktunya kita pesta." seru Barack yang baru saja datang.

" Kalian bersenang-senang lah, aku harus pulang tidak baik gadis sepertiku berada diantara banyak laki-laki apalagi saat malam hari." gadis itu segera melenggang pergi seraya melambaikan jari lentiknya tanpa berbalik menatap Victor dan Barack yang tengah menatap kepergiannya.

" Aku semakin yakin dia bukan manusia, Pesonanya benar-benar memabukkan, dia memiliki aura yang sangat mendominasi." gumam Barack.

" Ya dialah Iriana, Black Roses yang indah tapi berduri bahkan beracun, memabukkan tapi juga mematikan, Keindahannya hanya bisa dilihat tanpa bisa dimiliki ." Sahut Victor dengan senyum menyeringai, pandangan matanya menerawang jauh ke depan.

" Hmm kau benar, dia cantik tapi tidak ada yang bisa menyentuh hatinya, duri dalam dirinya akan melukai siapa saja yang berusaha memilikinya." sahut Barack, Victor mengangguk setuju dengan apa yang dikatakan Barack.

" Wait! kita mengadakan pesta ini untuk keberhasilannya tapi kenapa dia justru pergi?" Barack yang baru tersadar pun hendak mengejar Iriana yang mungkin saja sudah meninggalkan area Mansion.

" Kau tak perlu mengejarnya, kita adakan lain kali untuknya." Setelah mengatakan itu Victor segera berbalik lalu berjalan menuju ruang bawah tanah.

Barack terdiam menatap ke arah pintu utama dan Victor secara bergantian, dia bingung harus mengejar Iriana perempuan yang mereka panggil Black hanya saat di arena balap atau mengejar Victor dan melanjutkan pesta mereka.

Helaan napas panjang terdengar dari mulut Barack, akhirnya dia memilih untuk menyusul Victor dan melanjutkan pesta bersama teman-teman mereka lainnya.

Sementara itu Iriana menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi agar bisa segera sampai di kediaman milik Grandpa nya yang sering dia sebut rumah besar, selain ahli dalam mengemudikan motor sport gadis ini juga tak kalah ahli dalam mengendarai mobil.

Hanya butuh waktu tiga puluh menit dirinya kini sudah sampai di depan rumah besar, rumah yang selama ini dia tempati bersama orangtua dari Daddy-nya.

Iriana adalah putri tunggal dari pasangan Robert Louis dan Rabecca Exiel, mereka sengaja menitipkan Iriana kepada orangtua Robert dengan alasan keduanya sama-sama sibuk kerja jadi tidak ada yang bisa menjaga Iriana dengan baik.

Jadi wajar jika Iriana lebih dekat dengan Taomasa Alvonso dan Lilyana Alvonso yang merupakan Kakek Nenek nya dibandingkan dengan kedua orangtua kandungnya.

Bagi Iriana kedua orangtuanya sudah membuangnya sejak lama karna lebih memilih pekerjaan daripada merawat Iriana yang merupakan Putri mereka sendiri.

Hubungan antara orangtua dan anak itu semakin merenggang sejak lima tahun terakhir, dimana selama lima tahun ini Robert dan Rabecca sudah tidak pernah lagi pulang untuk menemui Iriana, bahkan mereka tidak pernah lagi mengirimkan atau menanyakan kabar kepada Iriana.

Taomasa dan Lily selalu bungkam jika Iriana menanyakan kabar orangtuanya, mereka akan selalu memberikan jawaban yang sama yaitu mengatakan jika mereka juga tidak tahu mengenai kabar Putra dan menantunya itu.

Keadaan inilah yang membuat Iriana menjadi pribadi yang keras, mandiri, berani dan sedikit liar, berbagai kegiatan Ekstrim dan berbahaya yang sering dilakukan oleh laki-laki sering dia lakukan juga, bahkan Iriana hanya punya satu teman wanita, sebagai besar teman dan sahabatnya adalah seorang laki-laki salah duanya adalah Victor sahabat yang tumbuh bersama dengannya sejak kecil dan Barack yang merupakan sepupu dari Victor, sebenarnya dulu Iriana dan Barack adalah musuh mereka sering sekali bertengkar tapi seiring berjalannya waktu mereka menjadi semakin dekat dan akrab, tapi terkadang mereka juga masih terlibat dalam pertengkaran.

Suasana rumah besar saat ini sudah terlihat sepi, hanya ada beberapa Bodyguard saja yang berjaga di luar, Iriana membawa kakinya melangkah memasuki rumah besar dengan penuh kehati-hatian, dia tidak ingin Grandma Lily tahu jika dia pulang sangat larut di jam satu dini hari.

Iriana menghela napasnya lega saat dirinya sampai di depan pintu kamarnya, namun saat dia hendak membuka pintu kamarnya suara seseorang yang sangat familiar di telinga mengejutkannya.

" Dari mana saja Ana!" suara Grandpa Taomasa terdengar dingin, Pria yang sudah berumur ini memang memiliki kepribadian yang keras, tegas dan sedikit terkesan kejam pada orang-orang yang dengan sengaja mengusik kehidupannya dan keluarganya.

Taomasa memiliki aura yang kuat dan tatapan yang selalu mengintimidasi, dia mampu menekan orang lain hanya dengan tatapan matanya itu.

Sama halnya dengan Iriana saat ini, dirinya memang sedikit liar tapi jika sudah berhadapan langsung dengan Grandpa Taomasa dia juga akan berubah menjadi kelinci manis yang sangat penurut.

" Hay Grandpa kenapa belum tidur?" Iriana mencoba mengalihkan pembicaraan, kedua bola matanya bergerak liar tidak berani menatap manik mata milik Grandpa nya.

Taomasa semakin menajamkan matanya mendengar pertanyaan dari cucunya, menurutnya cucunya terlalu bodoh saat mencari bahan untuk mengalihkan pembicaraan.

" Pertanyaan yang dia gunakan untuk mengalihkan pembicaraan kenapa sangat kontras dengan topik utama, cucuku benar-benar terlihat bodoh dan menggemaskan diwaktu yang bersamaan." Batin Taomasa.

" Jangan mengalihkan pembicaraan!" sinis Taomasa, membuat Iriana menghela napasnya berat mendengar ucapannya.

Jika sudah seperti ini dengan terpaksa Iriana harus berkata dengan jujur, sebenarnya dia sudah bisa menebak jika sebenarnya Grandpa Taomasa sudah tahu semua kegiatannya tapi Grandpa nya itu belum merasa puas jika belum mendengar langsung dari mulutnya.

" Biasa kegiatan anak muda." dengan santai Iriana menjawab pertanyaan Grandpa nya.

" Ya sudah segera masuk dan istirahat ini sudah hampir pagi." bagi Taomasa mendengar jawaban langsung dari mulut Iriana itu sudah cukup untuknya, dia hanya ingin memastikan jika Iriana tidak berbohong tentang kegiatan yang membuatnya pulang larut seperti sekarang ini.

Taomasa tidak akan menghukum Iriana hanya karna gadis itu pulang larut atau melakukan kegiatan Ekstrim, dia percaya sepenuhnya pada Iriana bahwa cucunya itu mampu menjaga dirinya sendiri dengan baik, tapi Taomasa akan sangat marah jika Iriana sampai berbohong apalagi terluka meskipun hanya sedikit saja.

Tanpa banyak kata Iriana segera pamit dan masuk ke dalam kamarnya untuk mengistirahatkan tubuhnya yang sudah sangat lelah.

~IP

Kampus

Mobil mewah berwarna hitam menarik perhatian seluruh mahasiswa yang ada di halaman kampus Universitas terbesar di negara itu, banyak pasang mata yang tertuju pada tiga orang yang baru saja keluar dari dalam mobil tersebut.

Siapa lagi jika bukan Iriana, Victor dan Barack yang memang selalu menjadi pusat perhatian semua orang di manapun mereka berada.

Iriana yang saat ini berjalan lebih dulu diikuti oleh Victor dan Barack yang berada di belakangnya perlahan melepaskan kacamata hitam yang sejak tadi bertengger di hidung mancungnya.

Jaket biru dan celana jeans hitam melekat sempurna di tubuh ramping Iriana, Tote bag yang terbuat dari kulit buaya asli tersemat di salah satu pundaknya.

Gadis itu mengibaskan rambut pirangnya hingga mampu menghipnotis para mahasiswa dengan pesonanya, beberapa dari mereka mulai bergumam pelan.

" Lady Black roses sungguh mempesona."

" Tidak masalah jika tidak bisa memilikinya, setidaknya aku masih bisa melihat kecantikan Iriana."

" Maha sempurna ciptaan Tuhan."

" Penampilan tomboi saja bisa secantik itu apalagi jika menggunakan mini dress, pasti gitar spanyol saja kalah seksi dari tubuhnya."

" Jangan sembarang bicara, jika mereka sampai mendengar ucapan mu sudah pasti kau akan dicekik hingga mati." Tukas salah satu mahasiswa yang mendengar celotehan temannya.

Meskipun pada kenyataannya memang benar bahwa tubuh Iriana lebih seksi dibandingkan gitar spanyol tapi semua orang sudah tahu jika dia tidak akan suka jika tubuhnya dibicarakan oleh orang lain terlebih seorang pria, begitu juga dengan Victor dan Barack yang tidak akan segan merobek mulut orang yang membicarakan kemolekan tubuh Iriana.

Iriana tersenyum miring saat melihat tatapan kagum dari mahasiswa yang ada di sana. Semua orang bisa melihat kecantikannya secara langsung tapi tidak berani mengucapkan satu katapun untuk mengungkapkan rasa kagum mereka sekalipun itu sebuah pujian.

" Lihatlah wajah orang-orang itu, terlihat jelas jika mereka sangat tersiksa, ingin memuji tapi takut mengeluarkan suara."sinis Barack yang juga menyadari tatapan semua orang yang tengah tertuju pada gadis di depannya.

Victor hanya diam tidak menanggapi ucapan Barack, namun dalam hatinya membenarkan perkataan sepupunya itu.

Kaki ketiga anak manusia itu terus melangkah menuju ke kelas mereka, Ketiga orang itu sama-sama mengambil jurusan bisnis.

Sebenarnya Barack tidak benar-benar berminat mempelajari bisnis tapi karena Iriana dan Victor memilih jurusan itu akhirnya dengan terpaksa dia mengambil jurusan yang sama.

Iriana duduk di kursinya dengan tenang sedangkan tangannya sibuk memainkan ponsel.

Brakk

Sebuah buku sengaja dibanting di depan Iriana hingga menyita perhatian teman sekelasnya.

" Ingin ku patahkan jari-jari mu itu Jes?" sahut Iriana tanpa menoleh ke arah orang yang dengan sengaja membanting bukunya.

" Kau tahu Iriana, kau itu sangat menyebalkan." tuding Jessica yang merupakan teman wanita satu-satunya yang Iriana miliki.

Wajah Jessica terlihat merah padam seperti tengah menahan amarah.

" Kenapa?." Jessica mendengus sebal mendengar respon Iriana yang terlampau santai, kemudian mendaratkan bokongnya di kursi yang ada di samping Iriana.

" Samuel terus mengejar ku." keluh Jessica sedikit mendekatkan tubuhnya ke arah Iriana.

" Itu bagus, bukankah kau memang menyukainya?" lagi-lagi Iriana menyahuti dengan santai tanpa menatap wajah Jessica yang saat ini menatapnya dengan tajam.

Setahu Iriana, Jesicca memang menyukai Samuel yang merupakan Kakak tingkat mereka sejak pertama kali mereka bertemu, Ralat! tepatnya sejak pertama kali Jessica melihat laki-laki itu, anggap saja seperti cinta pada pandangan pertama.

" Ya itu bagus jika dia mendekati ku karna memang menyukai ku, tapi pada kenyataannya dia mendekatiku karna ada maksud lain." Ketus Jessica sambil melipat tangannya di dada.

Kening Iriana berkerut tipis saat mendengar celotehan sahabatnya, dia pun menoleh sekilas menatap ke arah Jessica.

" Maksudmu?" tanyanya.

Jessica menghela napasnya lalu menatap Iriana dalam, " Dia mendekatiku karna ingin meminta nomor ponselmu, dia selalu menitipkan coklat dan bunga untukmu padaku." wajah Jessica terlihat sangat nelangsa saat mengatakan itu.

Dia mengakui jika Iriana sangat cantik, tapi dia tetap tidak rela jika laki-laki yang dia sukai justru menyukai wanita lain sekalipun itu sahabatnya sendiri.

" Sudah berapa kali dia menitipkan coklat padamu?" tanya Iriana dengan wajah datar tanpa ekspresi.

" Setiap hari selama enam bulan belakangan ini."

" Lalu kenapa aku tidak pernah menerima satu pun coklat selama ini?"

" Hehe aku tau kau tidak suka coklat itu sebabnya saat dia memberikan coklat itu aku langsung memakannya." Jessica tersenyum canggung sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Iriana hanya manggut-manggut karna apa yang dikatakan Jessica memang benar, dia sangat tidak menyukai coklat. Barack yang sedari tadi menyimak pembicaraan kedua gadis yang duduk di depannya hanya geleng-geleng, sedangkan Victor dia tidak peduli dan hanya fokus pada ponsel miliknya.

Kelas pun di mulai saat seorang dosen laki-laki memasuki kelas mereka.

Akhirnya kelas hari ini telah usai, Victor dan Barack sudah lebih dulu pergi ke parkiran, sedangkan Iriana masih menemani Jessica yang tiba-tiba dipanggil oleh dosen mereka.

Iriana duduk di bangku kosong yang ada di taman sambil menunggu kedatangan Jessica, semilir angin menerpa wajah dan rambutnya membuatnya semakin terlihat cantik.

" Hay." Mata tajam Iriana tertarik ke arah seseorang yang baru saja menyapanya.

Senyum menyeringai terbit di bibir berwarna pink alami itu, saat tahu jika orang yang sudah berani menyapanya adalah Samuel.

" Boleh aku duduk di sini?" tanya Samuel seraya menunjuk bangku kosong di samping Iriana dengan dagunya.

" Hm " singkat Iriana. Keheningan sempat tercipta setelah Samuel mendaratkan tubuhnya di samping Iriana, hingga suara laki-laki itu kembali terdengar.

" Kamu sedang apa di sini?"

" Apa mata mu sakit?" bukannya menjawab Iriana justru balik bertanya.

Samuel sempat terdiam menatap heran Iriana yang menanyakan matanya, tadi tak lama dia pun menjawab.

" Tidak, mataku baik-baik saja." jawabnya.

" Lalu kenapa kau masih bertanya bukankah sudah jelas aku sedang duduk." sahut Iriana datar.

Samuel tertawa mendengar jawaban Iriana, dia tidak merasa kesal sedikitpun, Samuel justru semakin penasaran dengan gadis yang ada di sampingnya, sebenarnya Iriana ini gadis yang seperti apa hingga membuatnya semakin tertarik untuk mengenal Iriana lebih dekat.

" Kamu ternyata tidak semenyeramkan seperti yang orang-orang katakan." Samuel tersenyum ke arah Iriana yang tengah menatapnya datar.

" Kau tidak mengenalku, jadi jangan buru-buru menilai diriku." sahut Iriana dingin.

" Maka biarkan aku mengenalmu lebih jauh lagi." wajah Samuel terlihat sangat serius saat mengatakan itu pada Iriana, membuat gadis itu tersenyum penuh arti, entah apa yang sedang Iriana pikirkan saat ini.

Samuel sempat terkejut melihat senyuman Iriana, sebelumnya gadis itu terlihat sangat cuek dan dingin terhadapnya tapi tiba-tiba saja tersenyum seperti sekarang ini, senyuman yang terlihat sangat manis di mata Samuel.

Pria itu membenarkan dua fakta yang dia dengar mengenai Iriana, pertama Fakta bahwa Iriana memang sangat cantik dan fakta kedua bahwa tidak ada yang bisa menebak seperti apa sosok Iriana yang sesungguhnya.

" Baiklah kemari kan ponselmu." pinta Iriana.

" Untuk apa?" Samuel kembali dibuat bingung tapi tetap menyerahkan ponselnya pada Iriana, dan diterima begitu saja oleh gadis itu.

Iriana mengetikkan nomornya di ponsel milik Samuel dan kembali mengembalikan ponsel itu pada Samuel setelah selesai.

Dia segera beranjak lalu berjalan menghampiri Jessica yang berdiri tidak jauh dari mereka tanpa berpamitan pada Samuel.

Sebenarnya sejak tadi Iriana sudah menyadari jika Jessica tengah memperhatikan interaksi antara dirinya dan Samuel tapi dia bersikap seolah tidak tahu.

" Hubungi aku jika kau ingin lebih mengenal seperti apa diriku yang sebenarnya." Setelah sampai di hadapan Jessica, Iriana kembali berucap tanpa berbalik menatap Samuel, setelah mengatakan itu dia segera melenggang pergi diikuti oleh Jessica di belakangnya.

~IP

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!