Episode 2

Kepopuleranku yang sudah tak diragukan ini sering mengharumkan nama keluarga. Aku kerap menjuarai diving di berbagai perlombaan. Itu semua berkat dukungan papa dan mama yang sejak dulu mengarahkanku untuk menjadi seorang penyelam yang hebat.

Tapi semenjak aku pacaran dengan Priska, sering kali mereka  kecewa dengan sikapku yang mulai membantah. Tak jarang pula aku bolos latihan bersama teman-temanku.

Tuling!

Hp ku berbunyi.

“Kamu dimana sih sayang? Kok jam segini belum jemput?” tanya Priska.

******! Aku mau jawab apa nih.

Aku tak membalas pesan tersebut. Beberapa menit kemudian, hp ku berdering lagi. Aku tahu pasti Priska sudah menungguku.

“Andra, kamu dimana sih? Harusnya kamu udah jemput aku.” ucapnya.

“Sorry, Pris. Kayaknya hari ini aku nggak bisa nganterin kamu. Papa ngurung aku di kamar.” jawabku jujur.

“Kok bisa sih kamu dikurung?” tanyanya.

“Kamu berangkat sendiri nggak apa-apa kan?” tanyaku balik.

“Yaudah.” Pungkasnya dan menutup telpon.

“Aku yang sekece ini dikurung dalam kamar? Hahahah, kayak anak perawan aja!” gerutuku kesal.

Untuk menanggulangi bencana galau dalam hati, kunyalakan musik sekeras mungkin. Aku hanyut dalam musik rock yang kemudian membawaku pada kenangan masa lalu. Tepatnya ketika aku masih SMP. Ada satu perempuan yang rela mati-matian buat jadi pacarku. Ia sampai berani datang ke rumah untuk bertemu denganku.

Gadis itu tinggi, kurus, wajahnya lumayan tak membosankan. Lagi-lagi karena aku merasa kasihan dengannya akhirnya kuterima cintanya. Sikap cuek dan dingin selalu kuperlihatkan di depannya. Tapi entah kenapa lama-lama aku jatuh cinta beneran dengan gadis yang biasa dipanggil Sahira itu. Setiap aku ngelarang dia buat ngejauhin teman cowoknya, ia nurut. Aku sangat posesif saat itu.

Aku ngelarang dia untuk tidak mengikuti kegiatan sekolah seperti ekstrakurikuler dan lainnya. Padahal Sahira merupakan murid yang sangat aktif mengikuti kegiatan sekolah. Ia sangat bodoh menuruti kata-kataku. Dia rela di bully temannya gara-gara aku. Pernah satu kejadian dia ikut kegiatan sekolah yang tak kusukai dan aku memarahinya hingga ia menangis. Aku mutusin dia karena hal itu.

Dia selalu ngajak balikan dan berjanji untuk tidak mengikuti kegiatan apa pun. Aku heran, kenapa dia mau bertahan dan mengorbankan semuanya. Kenapa dia sangat bodoh?

“Sahira, jika aku jadi kamu pada saat itu, aku akan menampar laki-laki yang bernama Andra. Kenapa kamu mau diperbudak olehnya?” ucapku di depan cermin.

Aku memang sangat keterlaluan saat itu. Dan sekarang kembali terulang. Aku menerima perempuan lain juga karena terpaksa.

Cekrek!

Tiba-tiba terdengar suara pintu kamar terbuka.

“Andra. Ada Yossy di bawah. Temuin dia sekarang.” ucap Papa.

“Ngapain dia kesini? Bukannya dia mau latihan diving.” batinku.

Aku segera keluar kamar dan menemui temanku itu. Ia berpakaian santai dengan balutan kaos dan celana pendek. Sepertinya ia baru saja menyelesaikan latihannya dan mampir kesini.

“Ngapain loe kesini?” tanyaku sambil menghampiri.

“Gue mau ngasih tau loe kalau minggu depan ada festival diving di pantai Gapang. Loe kalau mau ikut, mending latihan dari sekarang biar nggak keok.” jelasnya.

“Ah, males gue.” kataku

Ehm!

Papa yang dari tadi mengamatiku, tiba-tiba mendehem menandakan ketidak setujuan dengan jawabanku mengenai festival yang dikatakan Yossy.

“Kamu harus ikut!” perintah Papa.

Huft! Mana mungkin aku bisa menolak perintah papa.

“Gimana, loe ikut kan?” tanya Yossy.

“Hah! Iya deh iya.” jawabku kesal.

Beberapa menit kemudian, Yossy pamit pulang dan aku kembali ke kamar. Besok kuliah pagi, jadi jangan sampai telat. Aku juga harus mengasah otakku supaya encer.

Lantas, kuakhiri nostalgiaku bersama kenangan masa lalu yang terlintas di pikiranku. Aku harus fokus kuliah dan

latihan untuk menyambut festival minggu depan.

Aku suka menghabiskan waktu di pantai. Awalnya aku hanya bermain di bibir pantai hingga kemudian aku jatuh dan terseret ombak sampai tak sadarkan diri. Orang-orang berduyun-duyun menyelamatkanku.

Dari situlah aku mulai belajar berenang dan kemudian belajar menyelam. Telingaku sangat menyukai suara deburan ombak. Kumanjakan mataku dengan melihat bawah laut dan bertemu dengan hewan kecil disana. Aku selalu mengabadikannya dengan kamera yang kupunya.

Aku juga selalu memposting penyelamanku di akun sosial media untuk memberitahu pada mereka yang berteman denganku tentang wisata bahari. Dengan begitu mereka juga tahu dibawah laut itu seperti apa dan ada apa saja.

Dulu aku pernah belajar menyelam dengan Sahira. Ia sangat lincah bak ikan yang sedang berenang. Tapi sekarang, aku tak tau dia dimana. Andai bertemu lagi, aku akan menantang dia untuk berenang sejauh mungkin di lautan.

Malam yang sunyi!

Kuputuskan untuk tidur dan menyambut esok hari.

***

“Andra tunggu!” panggil Priska.

Aku menghentikan laju motorku tepat disampingnya.

“Ada apa?” Tanyaku sambil membuka helm.

“Mobil kamu mana? Kok pakai motor?” tanyanya.

“Bosen pakai mobil mulu.” jawabku.

Lagian apa masalahnya aku ke kampus naik apa. Yang penting kan aku sampai kampus dengan selamat!

“Nanti aku ikut kamu pulang ke rumah ya.” ucapnya.

“Hah? Mau ngapain?” tanyaku.

“Main aja. Pengen deket sama keluarga kamu.” jawabnya.

“Sorry, Pris. Nanti aku mau langsung ke pantai buat latihan diving.” kataku.

“Kalau gitu, aku ikut ke pantai aja.” pintanya.

“Oke. Tapi kamu jangan pergi jauh-jauh.” kataku.

Ia pun berlalu dan aku melanjutkan perjalananku menuju parkiran motor.

Sampai sana aku bertemu Brigitta dan Yossy sedang bergandengan tangan.

Sial! Aku sendirian lagi!

Aku pura-pura tak melihat mereka dan sibuk dengan ponselku.

“Sok sibuk loe!” ucap Yossy saat melihatku sedang bermain hp.

“Apaan sih loe.” jawabku.

Setelah mereka berlalu aku langsung menuju kelas dan mulailah belajar bersama dosen yang galaknya minta ampun.

Matanya seringkali melotot kepada setiap siswa yang tak fokus ketika diajar. Gebrakan meja sudah biasa dilakukan saat mengetahui anak didiknya tidur ketika dijelaskan.

Aku mencari posisi aman dengan duduk di bangku paling pojok depan. Sedangkan Yossy yang duduk dibangku tengah kena damprat dosen karena lupa tak mengerjakan tugas yang diberikan.

Tumben!

“Kalau lagi kasmaran jangan sampai hilang ingatan!” sindir Dosen.

“Andra! Keluarkan tugas kamu!” suaranya yang melengking membuyarkan ketenanganku.

Aku segera mencari tapi ...

Tapi?

"Kok nggak ada sih?" tanyaku dalam hati.

Sial! Aku juga lupa. Memangnya tadi malam aku ngerjain tugas yang mana?

“Mana tugas kamu? Ayo cepat keluarkan! Atau jangan-jangan, kamu juga sama dengan Yossy?” tanyanya dengan garang.

“Maaf, Bu. Saya salah mengerjakan tugas.” kataku.

“Apa? Kalian berdua keluar dari kelas! Sekarang!” perintahnya.

Akhirnya aku dan Yossy meninggalkan kelas dan menuju kantin.

Kita makan sepuas-puasnya.

“Loe nggak nyesel keluar dari kelas?” tanyaku pada Yossy.

“Nyesel lah. Emangnya loe? Disuruh keluar malah ngajak makan.” jawab Yossy.

Tanpa memperdulikan rasa penyesalan Yossy, aku langsung pesan mie ayam bakso pedas dua porsi dan air minumnya. Ditengah menyantap makanan yang paling enak di kantin kampus, tiba-tiba seseorang datang menepuk bahuku.

Plak!

Aku merasakan tangan kekar telah mendarat di bahuku. Siapa dia? Apakah kepala hantu kampus telah datang menghampiri murid nakal? Oh Tuhan...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!