Aku tercengang mendengar ucapan Yossy. Kenapa aku bisa tak ingat kalau Pak Karto telah tiada?
Yossy menepuk bahuku sekeras mungkin.
Blak! Blak!
“Sadar woi! Makanya jangan bengong terus. Udah tau akhir-akhir ini banyak kejadian aneh di kampus. Masih aja nggak fokus.” ucap Yossy menyadarkan aku.
“Gue masih nggak habis pikir.” kataku.
“Mending kita segera cabut dari sini.” ajak Yossy.
“Gue masih ada keperluan di perpustakaan. Temenin gue ya.” pintaku.
“Tapi jangan sampai malem.” ucap Yossy menyetujui.
Akhirnya, aku dan temanku itu langsung menuju perpustakaan untuk mengerjakan tugas yang belum kuselesaikan. Yossy menungguku sambil membaca buku lainnya. Sedangkan aku yang tengah sibuk dan fokus, tiba-tiba merasa terganggu dengan suara bisikan.
“Tolong aku, Andra.” ucap seseorang lirih.
Konsentrasiku buyar! Aku langsung melihat sekelilingku. Tapi tidak ada apa-apa.
“Kenapa loe?” tanya Yossy yang melihatku sedang mencari sesuatu.
“Loe denger suara minta tolong nggak?” tanyaku.
“Enggak. Loe salah denger kali. Udah, buruan sana kerjain tugas loe!” kata Yossy.
Mungkin benar apa yang dikatakan Yossy. Aku hanya salah dengar.
Kulihat jam tanganku sudah menunjukkan pukul lima sore. Aku harus segera menyelesaikan tugasku. Tak berapa lama, langit akan berubah warna. Keadaan yang sunyi akan semakin terasa menyeramkan.
Satu jam berlalu, aku telah menyelesaikan tugasku. Kuajak Yossy pergi dari kampus dan pulang.
“Akhir-akhir ini aku sering mimpiin Brigitta.” ucap Yossy padaku.
“Namanya juga lagi kasmaran. Wajarlah.” jawabku.
“Masalahnya bukan itu. Aku melihat bayangannya seperti dicekik seseorang yang memakai jubah hitam. Ia menjerit kesakitan dan minta tolong padaku.” terang Yossy.
“Makanya sebelum tidur baca mantra dulu.” candaku.
“Loe juga harus hati-hati.” kata Yossy lagi.
“Iya.” pungkasku.
Tak terasa, sampailah di rumah Yossy. Aku diminta untuk mampir sebentar.
“Mampir dulu yuk. Udah lama loe nggak main kesini. Oh iya, sahabat cewek loe yang udah loe anggap seperti saudara itu gimana kabarnya?” tanya Yossy.
“Kenapa loe nanyain dia? Loe suka? Hahaha.” jawabku dengan tawa.
“Gue kan udah punya Brigitta, mana mungkin suka sama cewek lain.” jawabnya.
“Kabar dia baik. Sebulan lalu ia memutuskan untuk kuliah di luar negeri.” jawabku.
“Oh.” pungkasnya.
Beberapa menit kemudian Bik Siro datang membawakan minuman untuk kami. Kini ia terlihat sudah sangat sepuh.
“Apa kabar Bik?” tanyaku.
“Baik, Den. Ngomong-ngomong, Den Andra kok lama banget nggak main kesini?” tanyanya.
“Iya nih, Bik. Sibuk kuliah. Hehehe,” jawabku.
“Silahkan diminum jus jeruknya.” ucap Bik Siro.
“Iya, Bik. Makasih ya.” kataku.
Setelah menghabiskan minuman tersebut, aku pamit pulang. Biasalah, ibarat anak perawan nggak boleh keluyuran sampai malam.
“Gue cabut dulu ya.” pamitku pada Yossy.
“Yaelah, masih jam segini juga!” Kata Yossy seakan tak mengijinkanku untuk pulang.
“Loe kayak nggak tau bokap nyokap gue aja!” kataku.
“Yaudah. Hati-hati, jangan bengong!” ucap Yossy.
Kulajukan kendaraanku menuju rumah. Semakin lama mengemudi, aku merasa aneh dengan mobil yang kunaiki. Seperti ada sesuatu yang menarik ke belakang. Aku berhenti sejenak. Melihat keadaan mobil yang ternyata aman, aku kembali melanjutkan perjalanan.
Aku harus segera pulang!
Tapi.... untuk kedua kalinya aku merasa ada sesuatu yang tengah membuntutiku.
Sial! Mobilku mogok.
“Please, jangan ganggu aku.” ucapku lirih.
Suasana jalan yang biasanya sangat ramai, entah kenapa hari ini terlihat sepi. Lengang tanpa kendaraan. Aku mencoba mengecek mesin mobil. Tapi tidak kenapa-kenapa. Aku juga berusa untuk menelpon Yossy tapi tak diangkat.
Sial!
Sepanjang situasi aku terus menggerutu kesal.
Titttt!
Suara klakson mobil yang tengah melintas di sampingku. Ia hampir menabrakku.
“Woiiii! Hati-hati donk kalau nyetir!” seruku.
Entah kenapa hari ini aku merasa sial. Padahal aku sangat PD dengan penampilan baruku ini akan membawa keberuntungan.
Tanpa menyerah aku terus menyalakan mobil sampai akhirnya nyala kembali. Alhamdulillah...
Sampai rumah, aku menceritakan kejadian yang kualami hari ini pada mama.
“Makanya kamu jangan melamun. Kamu juga jangan kecapekan.” ucap Mama.
“Yaudah deh, Ma. Andra istirahat dulu.” Pamitku dan berlalu ke kamar.
Aku bergegas menuju kamar mandi untuk mengguyur seluruh badanku. Biar kesialan ini segera luntur dan berlalu.
Setelah mandi, aku membuka tugas yang kuselesaikan di perpustakaan tadi. Ternyata buku perpus ikut terbawa. Huft! Apa boleh buat, besok harus ke ruangan itu lagi untuk mengembalikan buku ini. Sambil membaca bab lainnya, aku menemukan surat yang terselip hampir dibelakang halaman. Terlihat sudah kusam warna kertas tersebut. Tulisannya juga hampir memudar. Sepertinya seseorang telah lama menulisnya.
Aku hanya bisa mengeja tanggal tersebut 20 Mei 2002. Ada beberapa kalimat yang menjelaskan bahwa ia sangat suka menghabiskan waktu di perpustakaan sampai akhirnya ia dijuluki kutu buku dan kuper.
Pada kertas tersebut terdapat gambar pohon dan dua ekor kelinci dan seorang laki-laki membawa sabit. Entah apa maknanya, aku kurang paham. Mungkin hanya sekedar gambar biasa.
Tak berlama-lama bercengkerama dengan buku itu, aku melanjutkan belajar mata kuliahan yang akan diajarkan besok. Kunyalakan musik supaya suasana lebih menyenangkan.
Dok! Dok! Dok!
Terdengar seseorang menggedor pintu. Terasa samar kudengar. Tapi aku yakin ada seseorang.
Aku membuka pintu kamar dan tidak melihat siapa-siapa. Dari anak tangga kulihat tak ada orang yang lewat. Bahkan mama masih asyik dengan majalah yang dibacanya.
“Ma, tadi Mama ngetuk pintu kamar?” tanyaku pada Mama.
“Enggak. Emang kenapa?” tanyanya.
“Nggak apa-apa, Ma.” Jawabku dan berlalu ke kamar.
“Andra, tunggu! Coba lihat ini dulu deh.” Ucap Mama sambil memperlihatkan majalah yang ia baca.
Aku segera turun dan menghampiri mama.
“Ada apa, Ma?” tanyaku.
“Ini teman kamu bukan? Dia satu kampus sama kamu. Kamu kenal nggak?” Tanyanya sambil memperlihatkan sosok gadis yang tengah menjadi model busana brand tertentu.
“Brigitta? Dia pacarnya Yossy, Ma.” jawabku spontan.
“Oooo, jadi kamu kenal? Kok bukan kamu yang jadi pacarnya.” sindir Mama.
“Sukanya sama Yossy, Ma. Yaudah deh, Andra mau lanjut belajar dulu.” ucapku pamit.
Hmmm, ngapain juga tuh cewe muncul di majalah itu. Entah kenapa aku jadi malas membahas Brigitta. Memang, dulu aku gencar mengejar cintanya. Tapi semenjak ia tak menganggapku, aku merasa tuh cewek agak sedikit sombong!
Aku mengambil ponsel dan searching akun medsos tuh anak. Setelah ketemu, nampaknya ia cukup narsis di media sosial. Kucomot satu diantara beribu-ribu foto. Banyak yang mengagumi kecantikan parasnya. Tapi kenapa dia nggak pernah foto sama Yossy? Bukannya di kampus aku pernah melihat ia foto bareng? Entahlah.
Akhirnya aku stalking akun medsosnya sampai akhir. Ternyata dari kecil ia sudah terjun di dunia model. Banyak acara yang ia ikuti dan berbagai perlombaan. Orang tuanya yang telah bercerai ia ceritakan saat hatinya sedang kalut. Sempat depresi dan pergi dari rumah.
Sungguh!
Postingan jaman dulu sangat menyedihkan. Ia juga bercerita kalau papanya selingkuh dengan seorang wanita. Peristiwa ini hampir sama dengan apa yang dialami oleh Priska. Aku terus saja mencari tahu sisi kehidupan Brigitta. Sampai akhirnya aku juga menemukan postingan yang menceritakan bahwa ia juga memiliki saudara kembar yang telah meninggal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments