Episode 3

Semua kampus pasti memiliki sisi horor. Entah itu di tamannya, gedungnya, kantinnya, dan masih banyak lagi. Begitu pula di kampusku. Bangunan ini sudah lama berdiri dan memang ada makhluk tak kasat mata yang sering nimbrung bersama mahasiswa.

Pertama kali aku masuk kuliah, semua mahasiswa heboh dengan kabar yang beredar. Seorang siswi terjun dari lantai lima hingga tewas. Kepalanya pecah!

Prakkk!!!

Sejak peristiwa tersebut, banyak kejadian mistis yang sering dialami temanku lainnya. Saat itu ia sedang di kampus hingga malam. Siswi tersebut berjalan menuju perpustakaan yang bersebelahan dengan kantin. Tiba-tiba seseorang memegang bahunya sampai ia tak bisa menggerakkan kaki dan tangan.

Setelah ia menoleh, ternyata sosok kepala manusia berambut panjang dengan wajah berlumuran darah sedang melotot kearahnya. Tanpa leher, tangan, dan anggota tubuh lainnya. Siswi itu berteriak histeris hingga jatuh pingsan.

Dan kini, giliran aku yang akan mengalami hal itu. Tapi mana mungkin hantu muncul di siang bolong? Aku melirik Yossy yang sedang menyantap bakso yang telah di pesan. Anak itu sangat lahap sekali.

“Loe kenapa?” tanya Yossy padaku.

“Tadi loe megang bahu gue nggak?” tanyaku.

“Kapan? Ngapain juga megang bahu loe.” jawabnya.

Tiba-tiba saja bulu kuduku berdiri. Kepalaku sedikit berat.

Aku terdiam dan membaca do'a dalam hati. Mungkin hantu itu sedang gentayangan dan iseng untuk menakut-nakutiku.

Tak selang berapa lama, tubuhku terasa nyaman lagi.

Kuhabiskan jadwal kuliahku hari ini dengan menyantap bakso. Setelah itu, aku menunggu Priska di parkiran dan berangkat ke pantai. Bersama Yossy dan pacarnya, kami berempat menuju lokasi.

“Wah, sore-sore gini seru juga ya main di pantai.” ucap Priska.

“Norak banget sih loe. Kayak nggak pernah ngerasain udara pantai di sore hari.” ketus Brigitta.

“Blagu banget sih loe?” jawab Priska.

Melihat mereka yang tak rukun, kuajak Priska ke gazebo yang biasa kupakai untuk istirahat. Sedangkan Yossy yang sudah menceburkan diri ke pantai tengah gesit latihan menyelam.

Brigitta yang dari awal sudah sangat populer, menjadi pusat perhatian wisatawan yang ada disana untuk minta foto bareng. Ya, anak itu sering muncul di majalah untuk memamerkan berbagai model gaun buatan ibunya.

“Huft! Kayak artis aja tuh anak.” ucap Priska.

“Biarin aja kenapa sih.” kataku.

“Kamu belain dia?” protesnya.

“Bukannya belain. Tapi aku nggak mau kamu ngurusin hidup orang. Terserah dia mau ngapain. Nggak usah dikomentarin. Yaudah, aku mau latihan dulu. Kamu tunggu disini ya.” kataku.

Secepat kilat aku meninggalkan pacarku di gazebo dan menyusul Yossy.

Byurrr!!!

Aku tenggalam bersama ganasnya ombak lautan. Sepertinya cuaca hari ini kurang begitu bagus. Anginnya lumayan kencang tapi aku tetap bertahan. Kujelajahi tempat dimana ikan-ikan kecil bersembunyi.

Aku juga melihat terumbu karang yang cantik, kuda laut bersama temannya sedang hilir mudik disampingku. Yossy mengajakku untuk menyelam lebih dalam lagi. Ia penasaran dengan binatang yang katanya bisa memangsa manusia itu.

Paus!

Gila tuh anak. Udah tahu si paus bisa melahap dirinya hidup-hidup, masih aja ia penasaran. Aku nggak mau. Aku menyeret tubuhnya naik ke permukaan.

“Ngapain loe narik gue? Gua penasaran sama ikan itu!” bentaknya.

“Loe pengen mati? Ha!” bentakku balik.

“Kita nggak bakal jadi mangsa dia. Tau loe!” ucapnya.

“Loe kesini mau latihan atau mau nyari ikan paus? Nyari ikan paus sama aja loe pengen mati.” kataku.

Byur!!!

Ia kembali menyelam dan tak mempedulikan omonganku.

Aku tak tinggal diam. Kutarik lagi dan kuseret tubuhnya ke tempat dimana Brigitta berada.

“Apaan sih loe, Ndra!” berontak Yossy sambil menendang kakiku.

“Diam!” bentakku.

“Nih, lihat pacar kamu. Kepalanya seperti batu!” kataku pada Brigitta.

“Kalian kenapa sih?” tanyanya.

“Dia nyari mati!” jawabku.

“Maksudnya?” tanya Brigitta lagi.

“Dia kesini bukan untuk latihan, tapi nyari paus. Dia penasaran dengan ikan itu.” jelasku.

Mendengar ucapanku, mereka terdiam dan saling memandang. Brigitta menghela napas dan pamit pulang.

“Kalau kamu mau nyari ikan paus, yaudah cari sana! Aku mau pulang.” katanya pada Yossy.

“Tunggu Bri! Aku anterin kamu pulang ya.” Ucap Yossy sambil menarik lengan pacarnya.

Dia takut pacarnya marah! hahahaah...

Akhirnya kami pun pulang dengan rasa kurang senang. Latihan hari ini bisa dikatakan gagal total.

Aku senang Yossy memiliki rasa penasaran yang cukup tinggi terhadap biota laut. Tapi untuk mencari sosok paus adalah hal yang sangat gila bagiku. Semua orang juga tahu ikan ganas itu memiliki susunan gigi yang sangat tajam dan kuat, ia juga sangat agresif. Gigi hiu mampu mencabik-cabik mangsanya. Nggak kebayang gimana ngerinya hiu makan manusia.

Setelah mengantar Priska, aku kembali pulang lalu mandi. Papa dan mama yang hari ini masih menikmati siaran televisi tak menyadari kepulanganku.

“Hai, Ma...Pa....” ucapku pada mereka.

“Kamu udah pulang?” tanya Papa dan Mama.

“Udah.” jawabku.

“Gimana tadi latihannya? Lancarkan?” tanyanya.

“Lancar apanya. Orang Yossy bikin kacau!” jawabku kesal.

“Kok bisa?” tanya Mama dengan wajah penasaran.

“Dia mau nyari hiu, Ma. Gila kan!” jawabku.

“Hahahahaha.” Tawa mereka meledak mendengar jawabanku.

“Ngapain hiu dicari? Yang ada hiu yang nyari kalian.” Jawab Papa sambil ketawa.

“Kamu harus hati-hati saat menyelam. Jangan terlalu dalam karena semakin dalam kamu menyelam semakin berbahaya. Hewan laut yang tinggal disana juga bermacam-macam. Jadi tetaplah waspada.” Mama menasehati.

“Iya, Ma. Yaudah Andra ke kamar dulu mau istirahat.” Ucapku dan berlalu ke kamar.

Temanku yang satu itu sangat membahayakan. Ia anak yang pandai di kampus, tapi paling **** di dalam laut. Bukan soal menyelam, tapi soal keselamatan dirinya sendiri. Keingintahuannya yang cukup tinggi membuatku khawatir. Yossy juga pernah mengatakan bahwa ia penasaran dengan kapal pesiar yang tenggelam.

Kurasa, aku sendiri tak cukup untuk menasehatinya. Ia kini sedang kasmaran dengan Brigitta. Aku akan minta bantuan padanya untuk mengingatkan pacarnya itu.

Baiklah, aku akan berangkat sekarang!

Melihat aku berjalan tergesa menuruni anak tangga, papa dan mama langsung menghadangku di depan pintu.

“Mau kemana kamu malam-malam begini?” tanya Papa.

“Keluar sebentar, Pa. Nemuin Yossy.” Kataku supaya diperbolehkan pergi.

“Ke rumah Yossy?” tanya Mama.

“Bukan, Ma. Di tempat biasa kita nongkrong.” jawabku.

“Oke, jangan lama-lama!” kata Papa.

Huft! Aku benar-benar seperti anak perawan.

Sebenarnya aku pergi untuk menemui Brigitta, bukan Yossy. Biasanya dia nongkrong di cafe bersama temannya untuk mengerjakan tugas.

Sampai lokasi, aku segera mencari dimana keberadaannya. Banyak muda mudi yang tengah nge-date diantara kerumunan mahasiswa yang sedang sibuk dengan notebook nya.

Kusapu semua area tersebut hingga menemukan titik terang.

Di pojok belakang!

Aku mendekat dan sedikit lancang menarik tangannya untuk keluar dari kursi duduknya.

“Brigitta, aku mau ngomong sebentar.” ucapku.

“Kamu? Ngapain kamu kesini?” tanyanya.

Tanpa menjawab pertanyaan dia, aku langsung membawanya keluar dari cafe.

“Ini tentang Yossy.” kataku.

“Yaudah, kamu ngomong aja sekarang.” katanya.

“Aku minta tolong sama kamu. Tolong nasehati Yossy supaya tidak melakukan hal gila lagi di dalam laut. Terserah kamu gimana caranya, yang penting dia bisa melupakan rasa penasarannya terhadap sesuatu yang membahayakan bagi dirinya sendiri.” jelasku.

“Kenapa kamu begitu peduli dengan Yossy? Padahal dia adalah saingan kamu untuk mendapatkan hatiku?” tanya Brigitta.

“Iya, itu mungkin dulu. Sekarang bukan saatnya untuk membahas soal hati.” jawabku.

“Tapi kamu masih suka kan sama aku?” tanyanya lagi.

Sial! Ngapain sih dia nanya kayak gitu. Aku tidak masalah dengan siapa ia berpacaran. Ya mungkin memang itu yang terbaik baginya. Lagi pula aku juga sudah jadi pacar Priska meski karena terpaksa. Tapi aku menghargai keberadaannya.

“Aku nerima cinta Yossy karena terpaksa.” kata Brigitta tiba-tiba.

“Jadi kamu nerima aku karena terpaksa Bri?” tanya Yossy yang secara tiba-tiba muncul bak jaelangkung.

"Oh My God!" batinku.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!