Dea & Kinan
Pagi hari yang cerah dengan udara sejuk seperti biasanya. membuat beberapa orang pergi berolahraga, sebagian memutuskan untuk berjalan-jalan santai di sekitaran kompleks bersama anak-anaknya.
Namun di sebuah rumah sederhana yang hanya ditinggali oleh dua bersaudari di ujung kompleks perumahan, terdengar begitu berisik. sampai mengundang perhatian beberapa pejalan kaki yang melewati rumahnya.
"Mandi sana!" Teriak seorang gadis yang baru keluar dari kamar mandi mengejutkan seorang wanita yang sedang asik dengan layar komputernya, masih mengenakan baju tidurnya.
"Hee... males ah." Tutur wanita itu masih menatap monitornya.
"Kalau begitu aku tidak jadi belanja hari ini. Sebaiknya kakak bersiap-siap pergi berbelanja sendiri!" Ancam gadis itu sambil merapikan rambutnya di depan cermin.
"Cu-curang..." Gumam wanita itu sambil memutarkan kursi putar yang didudukinya untuk melihat adiknya yang masih sibuk bercermin, lalu mengembungkan pipinya, sedangkan gadis di depan cermin itu hanya bisa menunjukan senyuman mengerikannya, "Dea wajahmu menakutkan." Lanjut wanita itu berteriak.
"Bodo amat! Cepet MANDI sana!!" Bentak gadis yang disebut Dea oleh kakaknya itu.
"Duh Dea gak usah kebanyakan marah-marah nanti wajahmu cepet tua loh, keriputan... malu didengerin tetangga." Tutur wanita itu dengan nada malasnya dan tatapanya terlihat serius memperhatikan layar monitornya membuat Dea semakin emosi.
"Emangnya salah siapa coba ? 80% keriput diwajahku timbul karenamu tau!!" Bentak Dea sambil meraih bantal sofa, "lagian kakak ini gak ada kerjaan banget, dari pagi sampe malem, kerjaannya cuma liatin layar komputer terus. Matamu gak sakit apa? gak ada kerjaan lain apa?" Lanjut Dea mengoceh, namun tak didengarkan, karena wanita yang sibuk dengan komputernya itu sudah memasang headphone ditelinganya.
"Oii..." Bentak Dea sambil melempar bantal ke kepala wanita itu, membuatnya memekik dan headphone yang dikenakannya terlepas, "MANDI!!" Lanjut gadis itu sambil menatap tajam mata kakaknya penuh ancaman.
"Ya ya..." Ucap wanita itu menyerah dan segera pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
"Dasar kakak, padahal usianya sudah menginjak 21 tahun, tapi kerjaannya cuma main game sama nonton anime doang. Hobi nya itu mau dibawa sampe kapan coba? Mana ada pria yang mau nikahin dia coba? Harusnya diusianya yang semakin menua, dia bisa tampil lebih cantik, dewasa, dan terlihat bisa diandalkan." Oceh Dea sambil membayangkan sosok kakak idamannya.
"Jangan berkhayal yang tidak-tidak." Ucap seorang wanita yang baru keluar dari kamar mandi membuat Dea terkejut setengah mati.
"Ka? Bukannya tadi ku suruh mandi?!" Tanya gadis itu menahan kesal.
"Ya, aku baru selesai mandi," jawabnya sambil tersenyum.
"Cepetnya!" Ucap gadis itu dengan nada sedikit membentak, "Yang bersih napa? Kau itu sudah bukan anak-anak atau remaja lagi. Rawat tubuhmu dengan benar!!" Lanjutnya kembali memarahi kakaknya.
"Hee... padahal aku udah mandi super bersih, masih aja dimarahin. Dan lagi, sebenernya kakaknya siapa?" Gumam wanita itu.
"I-itu dia yang mau aku tanyakan. Tapi kakak saat di dalam rumah dan di luar rumah benar-benar berbeda... Bisa membuat siapapun salah sangka." Tutur Dea memelankan suaranya.
"Apa yang kau katakan?" Gumam wanita itu kebingungan.
"Aku pergi berbelanja dulu." Gumam Dea pergi meninggalkan kakaknya setelah meraih tas yang tersimpan diatas sofa, 'Untung tingkat kemalasannya hari ini gak mencapai nilai maksimal.' Lanjutnya dalam hati sambil menghela nafas panjang.
***
Dea itulah nama adik ku, usianya baru 18 tahun, masih duduk dikelas 3 SMA. Tinggi badannya 172 cm. Sedangkan namaku adalah Kinan, usiaku 21 tahun. Tinggi badanku 165 cm, kalah tinggi dengan Dea huhu.
Tapi wajah kami nyaris sama, terlihat seperti anak kembar. Bahkan para tetangga sering salah memanggil nama kami, dan untuk orang-orang yang baru bertemu dengan kami juga akan kesulitan membedakan kakak dan adiknya.
Bahkan tidak jarang mereka mengira adik ku sebagai kakaknya karena tinggi badannya. Sedikit mengesalkan emang, tapi itu artinya wajahku masih terbilang muda sampai dikira adiknya, ya kan? Iya dong, hhehe...
Selain itu aku merasa sifatku tertukar dengan adik ku, atau mungkin karena adik ku sudah mencapai titik dewasa lebih dulu daripada aku ya? Maksudku, dia sudah memiliki pacar, dan itu bukan yang pertama kalinya, sedangkan aku? Aku masih menjomblo dari lahir. Dan itu membuatku sedikit frustasi karena selain kalah tinggi, aku juga kalah dalam hal asmara. Seharusnya kakaknya dulu yang mendapatkan pengalaman berpacaran, bukan adiknya.
Jadi kalau suatu waktu dia curhat tentang cowo, aku bisa ngasih saran buat dia. Bukannya planga plongo gak jelas, dan malahan sifat Dea bikin aku takut. Soalnya baru-baru ini aku stalking cowo, ya cowo yang aku suka. Terus dia bilang "Hee... jadi tipe kakak kaya gitu ya? Mending gak usah sama dia, jangan deh. Pokoknya jangan, nurut deh sama aku..." belum juga PDKT-an, udah gak boleh aja sama dia. Giliran akunya yang nyuruh dia putus sama pacarnya, malah dibilangnya "bilang aja kakak ngiri, pengen ada yang nemenin jomblonya kan? Hayo ngaku aja, ngaku..." dan saat itu juga langsung ku jitak kepalanya. Bikin kesel emang.
Tapi aku tidak membencinya, soalnya dia masih bisa berguna untuk hidupku. Aku bisa bebas menyuruhnya pergi kepasar, beres-beres rumah, nyuci baju, nyetrika dan lain-lain. Dan aku tidak bisa membayangkan hidup tanpanya, mungkin kalau dia tidak ada. Aku tidak akan bisa hidup dengan damai. karena ayah dan ibu, mereka tinggal di kampung untuk mengurusi pertanian mereka. Jadi aku dan Dea tinggal bersama di kota, karena Dea juga belum lulus sekolah. Jadi kami tidak bisa ikut pulang kampung tahun lalu.
"Aku pulang!" Terdengar suara Dea berbarengan dengan suara pintu rumah yang tertutup mengejutkanku.
"Hee... hari ini belanjanya banyak ya." Gumamku sambil melihat semua belanjaan yang dibawa olehnya. dan gadis itu sudah menyenderkan tubuhnya di sofa dengan wajah lelahnya.
"Karena banyak diskon, aku jadi lupa diri..." Ucap Dea sambil memalingkan wajahnya dan memberikan dompet yang ku pinjamkan ketanganku.
"Oii !!" Bentak ku saat melihat sisa uang di dalam dompetku, dan Dea masih menatap keluar jendela tak berani menatap mataku, "Gak ada uang jajan selama satu minggu ya." Lanjutku sambil membawa semua belanjaannya kedapur dan bersiap untuk memasak makan siang, karena Dea berbelanja cukup lama dipasar.
"Tidaaakk...!" Teriak Dea sambil bangkit dari sofa, "Ini tidak adil, beri jatahku Kinan!" Lanjutnya yang sudah berdiri diambang pintu dapur.
"Emangnya salah siapa coba ngabisin uang mingguan?" Tanyaku sambil mengangkat pisau.
"Heee..." Rengek Dea, "Giliran urusan duit aja, kau sangat menakutkan." Lanjutnya mengecilkan suaranya.
"Kita harus hemat jangan boros!" Jelasku membuatnya menghela nafas pasrah.
xxx
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
Amelia Lia
klo aku kadang aku yang nglah soalnya diq sekolahnya pagi sampe sore
terrus klo hri minggu dianya nyuci
2022-10-25
1
Amelia Lia
btul emang adekku jg begitu
2022-10-25
0
Amelia Lia
sama juga adikku juga udah punya pacar pdhl masih smp kls9 sedangkan aku berakhir dijodoin ama keluarga
2022-10-25
1