Terlihat sosok Dea yang sudah berdiri dibelakang Kinan, wanita yang sedang asik menatap layar kumputernya dengan tatapan berbinar-binarnya.
"Hah..." Gumam dea menghela nafasnya, "Harus berapa kali ku katakan..." Lanjutnya masih bergumam.
"MANDI DULU SANA!!" Bentak Dea mengejutkan Kinan.
"Kau membuatku jantungan!" Ucap Kinan sambil membalikan kursi putarnya.
"Mandi sana!" Ucap Dea menatapnya penuh ancaman.
"Udah ko udah mandi ...." Tutur Kinan membela diri, membuat Dea mengernyitkan dahinya lalu membungkuk dan mengendus tubuh kakaknya itu, "Apa yang kau lakukan? Jangan bersikap seperti seekor anjing." Lanjutnya bertanya-tanya dengan kelakuan adiknya itu.
"Jangan membodohiku, cepat MANDI!" Ucap Dea begitu kesal sampai menjitak kepala kakaknya itu.
"Sakit tau!" Rengek Kinan sambil mengelus-ngelus kepalanya yang terkena jitakan Dea.
"Mandi gak?!" Tanya Dea mulai mengancam.
"Iya iya..." Ucap Kinan merasa pasrah, "Ah ia, bekalnya sudah ku siapkan diatas meja makan." Lanjutnya sebelum masuk kedalam kamar mandi.
"Hem, aku berangkat." Ucap Dea berpamitan sebelum pergi ke sekolah.
***
Waktu sudah menunjukan pukul sepuluh pagi, dengan cepat aku menyalakan komputerku setelah selesai menjemur pakaian yang sudah dicuci oleh Dea.
"Hee... jadi ada yang sepeti ini juga?" Gumamku memperhatikan beberapa karya orang-orang terkenal di sosial media, "Gambarannya bagus, ko bisa ya warnanya jadi kaya gitu? Hee..." Lanjutku sambil melihat-lihat karya lainnya dan membandingkannya dengan karyaku.
"Hha–haha... sepertinya masih terlalu cepat untuk ku membuat karya seperti dia." Ocehku merasa kesal dengan orang yang membuat karya menakjubkan itu, lalu ku raih cangkir berisi susu soda yang tersimpan di sudut meja komputerku.
'Hinata' batinku saat membaca nama yang tertera di akun facebook nya, lalu tanganku meletakan kembali cangkir susu soda yang sudah ku minum, "Hinata? ni orang cewe apa cowo? info pribadinya gak ada, di privasi kah? foto yang di posting juga cuma karyanya doang..." Lanjutku mengoceh.
"Tunggu! kenapa aku malah ngepoin ni orang? Sialan ni orang, bikin iri aja..." Gumamku merasa kesal sekaligus termotivasi untuk kembali menggambar, karena sudah lama aku tidak menggambar.
Setelah menyiapkan sketch book, pensil mekanik, dan penghapus, aku langsung memulai aktivitas menggambarku. Namun tak sampai sepuluh menit aku menggambar, Mataku mulai berat dan tiba-tiba aku sangat mengantuk, sampai tak sadar aku tertidur cukup pulas.
"Jemuran! jemuran..." Teriak seseorang dengan suara langkah kaki cepat yang berlari kearah beranda rumah membangunkanku, dengan malas ku buka mataku, "Duh kakak ini, kenapa malah enak-enakan tidur? Padahal aku sudah wanti-wanti buat jagain jemuran. Jadi basah kan karena kehujanan." Lanjutnya mengoceh.
"Dea? Sejak kapan kau ... ?" Tanyaku yang tak menyadari kepulangannya.
"Belum lama..." Jawabnya sambil menggantungkan jemuran basah di tempat yang sudah disediakan di depan jendela ruang tengah.
"Hee... aku tidak menyadarinya." Gumamku sambil menatap layar komputer yang baru ku nyalakan kembali.
"Karena kau tidur dengan sangat pulas," Jelasnya, "lain kali kalau mau tidur jangan lupa kunci pintu depan. Kalau ada maling nanti kita bakal kerepotan." Lanjutnya mulai menceramahiku.
"Tapi Dea..." Ucapku berhasil menghentikan ocehannya, dan kini gadis itu melirik ku, "kenapa jam segini udah pulang? Jangan bilang ...." Tanyaku sambil melirik kearahnya karena masih tak percaya dengan kehadirannya.
"Aku gak bolos!" Bentaknya sambil menunjukan ekspresi menakutkannya, "Ada rapat guru, jadi semuanya dipulangkan. Dan aku kehujanan..." Lanjutnya memelankan suaranya.
"Mandi dulu sana, biar gak masuk angin." Tuturku sambil sibuk menggerakan telunjuk ku yang terus mengklik mouse yang ku genggam.
"Gak usah disuruh juga aku bakal mandi. Emangnya kakak." Tuturnya tak ku dengarkan, langkah kakinya pun menjauh kearah lain. Mungkin dia pergi mandi, aku tidak bisa memastikannya karena aku cukup malas untuk menggerakan kepalaku yang sudah menempel dengan meja komputerku.
"Hee ada game baru, asiiiikk..." Teriak ku kembali bersemangat.
***
Setelah selesai mandi, Dea kembali keruang tengah sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk. Lalau duduk disofa dengan ekspresi lelahnya.
"Ngomong-ngomong ibu belum ngirim uang lagi kak?" Tanya Dea yang baru kembali dari kamarnya.
"Emangnya sekarang tanggal berapa? Tumben-tumbenan nanyain duit..." Tanya Kinan dengan nada lemasnya.
"He... kakak balik lagi ke mode malas? padahal tadi aku sempet denger teriakan kakak saat aku sedang mandi." Tutur Dea terlihat Heran.
"Ha itu ... aku kalah main game dan tenagaku habis dipake teriak-teriak gak jelas ...." Jelas Kinan masih dengan suara lesunya.
"He... jadi dia mengakui teriakan gak jelasnya itu? hebat juga." Gumam Dea sambil tersenyum hambar melihat kepala kakaknya yang sudah merekat dengan meja komputer kesayangannya, "Jangan bilang..." Lanjut Dea masih bergumam, dan keringat dingin mulai membasahi wajahnya saat melihat kakaknya bermalas-malasan di depan komputernya.
"Jadi ada apa nanyain kiriman uang?" Tanya Kinan kembali ke topik pembicaraan mereka membuat Dea terkejut.
"I–itu... aku merasa kita butuh banyak pemasukan karena kakak gak kerja, rumah utama yang kita sewakan juga masih kosong. kita belum bisa menemukan penghuni baru, jadi kenapa kakak gak coba cari kerja lagi aja?" Jelas Dea membuat Kinan melirik kearahnya.
"Sebenarnya uang yang dikirimkan ibu itu udah cukup, cuma kamunya aja yang boros!" Tutur Kinan kembali fokus pada komputernya.
"Aku gak habis pikiran, kenapa aku memiliki seorang kakak pemalas dan kekanak-kanakan sepertimu. Padahal aku pengen banyak dijajanin..." Jelasnya segera dihentikan oleh lemparan penghapus yang mendarat di dahinya.
"Aw!" Pekiknya tak diperdulikan, tapi kini Kinan sudah memutar kursi putarnya kearah Dea. Dan tatapan lesunya menatap tajam kearah Dea.
"Emang kakak gak bosen apa dirumah tiap hari? Kalau terus-terusan ngurung diri di rumah nanti susah nyari jodoh loh." Jelasnya membuat Kinan menghela nafas.
"Kalau udah ngelantur kaya gini pasti..." Tutur Kinan segera dihentikan oleh teriakan Dea.
"Tidak, aku tidak putus!" Bentak gadis itu, "Sial aku keceplosan." Lanjutnya.
"Dia mengaku." Gumam Kinan.
"Huhu aku ingin segera lulus, mencari pekerjaan, move on dari dia, lalu mencari penggantinya. Supaya tidak menjadi pengangguran dan jones seperti kakak ku..." Rengeknya membuat kemalasan Kinan menghilang dan berganti dengan luapan emosi.
"Lihat saja nanti, saat kau sudah menginjakan kakimu di dunia yang kejam ini. Kau juga akan memutuskan menjadi seorang pengangguran saat ditolak oleh banyak perusahaan ... dan itu lebih menyakitkan daripada ditinggal pacar atau diselingkuhin pacar." Jelas Kinan sambil memutar kembali kursi putarnya kearah komputernya, lalu tangannya mengklik mouse yang di genggamnya dengan sangat keras.
"Mana ada. Kau kan tidak pernah pacaran ...." Tutur Dea menahan tawa.
"Berisiiiik...!" Teriak Kinan membuat adiknya bungkam.
"Maaf" Ucapnya menahan tawa.
"Tapi siapa sangka kau bisa putus dengan pacarmu secepat itu. Padahal baru beberapa minggu jadian..." Sindir Kinan membuat Dea melemparkan bantal sofa ke kepalanya.
"Sakit tau!" Bentak Kinan.
"Rasain!" Ucap Dea terlihat puas.
"Sepertinya cuaca hari ini juga mendukung kegalauanmu ya ...." Sindir Kinan menahan tawa.
"Oii !" Bentak Dea membuat tawa kakaknya pecah.
xxx
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
Amelia Lia
klo soal mandi dua duanya jarang manfi klo disuruh mandi alesannaya ntar lagi 2 mulu klo ibuk udan ke dalem sampe megang sapu baru jalan sampe depan kamar mandipun aku ama adek rusuh rebutan kamar mandi padahal kamarmandinya ada dua samasama gak ada orang sampek heran sendri klo udah gak ada satu pusing karnagak ada yg di omelin yang berantakin kamar hiliran ada rusuh mulu kelakuannya gilirqn uang kompqk bgt
2022-10-25
1
ARZETI BILBINA 😘🥰😍
wah
2022-09-15
0
KIA Qirana
Dea ⭐⭐⭐⭐⭐
2021-08-14
0