Hari ini aku berangkat sekolah seperti biasanya dengan bermodal uang 30 ribu, aku menemukannya tergeletak di atas meja komputer Kakak.
"Pagi ...." Ucapku saat memasuki kelas.
"Dea, Pagi ... kenapa wajahmu berseri-seri begitu?" Tanya Fani.
"Enggak ada." Jawabku sambil duduk ditempat duduk ku, dan mengeluarkan kotak bekal makan siangku.
"Loe belum sarapan De?" Tanya Fani sambil duduk di depan bangku ku setelah membalikan kursinya.
"Enggak sempet." Jawabku sambil mengingat kejadian pagi tadi, saat Kakak sibuk memasak dan menyiapkan bekal untuk ku. Saking sibuknya dia gak sadar kalau aku mengambil uangnya untuk bekal sekolah.
'Tak disangka-sangka kakak menyiapkan uang jajan untuk ku, padahal kemarin bilangnya gak ada uang jajan selama satu minggu ....' Batinku sambil menyantap bekalku.
"Pagi ...." Sapa Rafa kepada Fani, "Pagi." Jawab Fani sambil tersenyum manis padanya.
"Hee ... pagi-pagi gini udah makan aja, gak sarapan loe?" Tutur Rafa membuatku melihat kearahnya yang sudah duduk di samping Fani.
"Gak Sempet." Jawabku setelah menelan makanan dimulutku membuat mereka berdua tersenyum hambar.
"Tapi bukannya itu bekal makan siang ya ? Emang gak apa-apa dimakan sekarang?" Tanya Fani membuatku mengacungkan ibu jariku kearahnya.
"Bener-bener kelaparan ni anak." Ucap Rafa sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Tak lama kemudian bel masukpun berdering, semua siswa/i bergegas pergi kelapangan untuk menghadiri apel pagi. Tentu saja aku juga pergi kelapangan setelah membereskan kotak bekalku.
30 menit kemudian, apel pun berakhir. Semua siswa/i kembali ke kelasnya masing-masing. Dan hal yang paling menakutkanpun terjadi.
"Uang kas! Bayar sini!" Ucap Fani kepada beberapa anak laki-laki yang sedang bergerombol di meja depan.
"Hee ... masih pagi udah ditagih aja." Gumam mereka.
"Udah sini cepet bayar!" Ucap Fani sambil mengulurkan tangan kanannya selagi tangan yang satunya sibuk memegangi buku catatan, dan pulpennya disalipkan ditelinganya, "Sama uang kas minggu kemaren jadi empat ribu ya." Lanjutnya.
"Gue bayar yang minggu sekarang aja dulu" Protes salah seorang diantara mereka.
"Gak bisa, minggu kemaren juga gitu. Masih untung gue nagihnya cuma dua minggu sama minggu kemaren. Cepetan bayar sini!" Jelas Fani mendesak mereka, "Atau loe mau bayar sama yang minggu kemaren kemarennya juga? Jadi bayar sebulan full." Lanjut Fani sambil menunjukan wajah menyeramkannya.
"Mode rentenirnya keluar." Gumamku yang keasikan memperhatikan gadis itu.
"Rafa loe juga bayar sini, sama minggu kemaren ya ...." Tutur Fani sambil memainkan pulpennya.
"Sembarangan! Gue gak pernah nunggak uang kas ya ...." Ucap Rafa sedikit menaikan nada bicaranya sambil memberikan uangnya ketangan Fani.
"Hhaha... gak usah dikembalian ya, jadi minggu depan gue gak usah cape-cape nagih lagi." Tutur Fani sambil tertawa.
"Mana bisa, loe mau ngerampok gue ya? minggu ini sama minggu depan itu beda lagi ... sini sini kembalian." Jelas Rafa tak terima.
"Dih pelit ...." Ucap Fani sambil memberikan kembaliannya, lalu berjalan kearah bangku ku dan menunjukan senyuman manisnya, "Dea ... uang kas nya De, loe janji lunasin minggu ini loh." Lanjutnya membuatku merinding.
'Auranya benar-benar terasa.' Batinku sambil memperhatikan gadis didepanku, "Hhehe..." Tawaku sambil meraih uang di saku rok sekolahku.
"Mana sini jangan banyak ketawa, keburu Pak.Hilman masuk." Ucapnya sambil memasang wajah serius.
"Iya iya sabar napa." Jawabku sambil memberikan uang dua puluh ribu kepadanya dan diapun mengambilnya, "Kembaliannya oii... gue gak bisa jajan nanti." Lanjutku sambil menarik dasinya ketika dia hendak melangkah meninggalkan bangku ku.
"Gue lupa, Hhehe..." Ucap Fani sambil memberikan kembaliannya.
"Pagi-pagi gini udah dipalak aja nih sama tuh orang ...." Gumamku sambil memasukan uang kembaliannya kedalam saku rok sekolahku saat Fani berlalu dari hadapanku.
Tak lama kemudian pak.Hilman masuk dan pelajaran matematika pun dimulai.
"Keluarkan kertas selembar ya..." Tutur pak.Hilman membuat seisi kelas terkejut.
"Hee ... kuis dadakan?" Ucap beberapa orang dengan nada mengeluh.
***
"Gila otak gue sampe ngebul...." Gumamku sambil menyenderkan tubuhku dikursi.
"Hhaha...." Tawa Fani.
"Pelajaran matematikanya kelamaan, sampe tiga jam." Gumamku merasa lemas.
"Mau ke kantin gak?" Tanya Fani.
"Ayo! gue laper nih." Ucapku sambil bergegas.
"Urusan perut aja cepet. Padahal tadi pagi abis makan banyak ...." Tutur Fani mengikutiku.
"Loe kan tau perut karet gue." Ucapku sambil merangkul Fani, "Ngomong-ngomong loe kan abis jadian sama si Rafa ... PJ dong." Lanjutku membuat gadis itu melirik tajam kearahku.
"Ayo dong, duit gue abis dipalakin loe pagi tadi. Loe lupa?" Bujuk ku masih merangkulnya.
"Itu mah salah loe sendiri pake nunggak uang kas segala." Tutur Fani membuatku tak berkutik.
"Loe kan tau pelitnya kakak gue kalau ngasih uang jajan, ayolah traktir gue." Bujuk ku lagi tak mudah menyerah, "Nanti gue do'ain deh hubungan loe langgeng sama si Rafa." Lanjutku sambil menyeringai.
"Gak usah di do'ain juga pasti langgeng ko." Ucap Fani sambil tersenyum membuatku kesal.
"Dasar pelit!" Gumamku sambil melepaskan rangkulanku.
"Dih marah ...." Ucap Fani berjalan disampingku, "Ia deh gue traktir gak usah marah gitu napa. Gue cuma bercanda ... loe mau beli apa emang?" Lanjutnya bertanya.
"Gue juga bercanda ko. Hhaha..." Ucapku tak kuasa menahan tawa.
Fani adalah sahabat baik ku sejak SMP. Dia paling gak bisa liat aku marah, dan aku paling gak bisa berhenti jailin dia.
"Dih Deeeeaaa...!!" Teriak Fani saat melihatku berlari meninggalkannya sambil tertawa.
"Tapi tapi ... loe ko berani nagih uang kas sama si Rafa pake cara kaya gitu? Gue kira loe bakal nagih lebih lembut atau ngasih toleransi buat gak bayar uang kas." Tuturku merasa heran.
"Ngasih toleransi? gak bisalah, itu mah tanggung jawab dia buat bayar uang kas. Gak ada perlakuan khusus buat dia maupun loe!" Jelas Fani penuh percaya diri.
"Ia juga ya, gue kan sahabat loe. Tapi loe gak beda-bedain gue. Kalau gue gak bayar, ya loe pasti marahin gue, sama kaya loe marahin yang lainnya ...." Gumamku mengingat semua kejadian saat Fani menagih uang kas setiap hari senin.
Sesampainya di kantin, aku langsung memesan es teh manis.
"Loe jajannya ngirit banget." Ucap Fani membuatku melirik tajam kearahnya.
"Memangnya salah siapa coba? Pagi-pagi gue dipalakin bendahara kelas?" Tanyaku penuh penekanan membuatnya ketakutan.
"De–de... wajahmu menakutkan." Gumamnya membuatku menghela nafas, "Maaf deh maaf, abisnya loe kalo nunggak gak tanggung-tanggung. Kas bulan kemaren aja belum dilunasin." Lanjutnya membuatku kembali menghela nafas.
"Kalo aja gue terlahir dalam keluarga kaya ...." Gumamku sambil menyeruput es teh manis dibangku kantin.
"Loe mau gue pukul De? Orang tua loe kan punya pertanian berhektar-hektar dikampung, masih aja bersikap kaya orang gak punya." Tutur Fani menunjukan wajah mengerikannya.
"Hha-ha... ia orang tua gue kaya, tapi kakak gue pelit." Jelasku sambil tertawa untuk mengubah aura mengerikan Fani.
"Emang salah siapa coba? Tiap dapet jatah bulanan, loe suka lupa diri. Beli barang-barang yang loe mau sampe uang jajan loe abis, ujung-ujungnya kakak loe keluar duit lagi buat jajan loe, Wajar aja kakak loe pelit sama loe..." Jelas Fani sambil membuka bungkus roti ditangannya.
"Loe kok jadi belain kakak gue sih. Harusnya loe tuh belain gue, loe kan sahabat gue." Tuturku merasa tak didukung.
"Makanya belajar berhemat!" Ucapnya membuatku tak berkutik.
×××
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
ARZETI BILBINA 😘🥰😍
wah bagus banget 🤩🤩🤩🤩🤩🤩🤩 bikin suka bacanya
2022-09-15
0
KIA Qirana
Like 👍👍👍👍👍
2021-08-14
0
Dhina ♑
pasti gelagapan, karena kuis dadakan
2021-04-11
1