"Gue duluan ya." Teriak Fani yang dibonceng oleh Rafa.
"Yo," teriak Dea sambil melambaikan tangannya kearah motor Rafa yang semakin menjauh, "Tapi tak pernah disangka kalau dia bakal jadian sama si Rafa, hem... bukannya dulu dia naksir si Dava ?" Lanjutnya bergumam.
"Bodo ah, yang penting aku bisa beli milk tea boba sebelum pulang. Hhehe..." Ucap Dea sambil melihat uang sisa di sakunya dan bergegas.
Setelah membeli milk tea boba yang dia inginkan. Dea pun bergegas pulang dengan hati berbunga-bunga dan senandunganya.
Sesampainya di depan pintu rumah, Dea langsung membuka pintu dan masuk kedalam rumah, masih dengan senandungannya.
"Deee-aaaa...!!" Ucap Kinan yang sudah berdiri dihadapannya sambil memasang wajah mengerikannya membuat Dea terkejut setengah mati.
"A-ada apa? Kau mengejutkanku kakak." Tanya gadis itu sambil melepaskan sepatunya.
"Kau mengambil uang yang di atas mejaku kan?!" Tanyanya masih dengan nada kesal.
"He? I-itu..." Jawab Dea tergugup, 'Apa itu bukan untuk ku ya?' Lanjut Dea dalam hati bertanya-tanya.
"Dea?!" Ucap Kinan dengan tatapan mengancam, "Jadi benar ya kau yang mengambilnya ?" Lanjutnya sambil melihat milk tea boba yang dipegang Dea.
"Hee...?" Gumam Dea mulai berkeringat dingin sambil tersenyum kecut.
"Itu uang buat beli pulsa listrik bodoh!" Ucap Kinan sambil memukul kepala Dea dan mencubit pipinya dengan gemas.
"Ha? Ja-jadi itu bukan uang bekal ku?" Tanya Dea berusaha melepaskan cubitan kakaknya.
"Mana ada! Bukankah aku sudah bilang, gak ada uang jajan untukmu selama seminggu ini!" Jelas Kinan masih merasa kesal.
"Hweee..." Rengek Dea, "Ka-kak lepasin sakit tau!" Lanjutnya.
"Gara-gara kebodohanmu, malam ini akan menjadi malam tersuram..." Jelas Kinan sambil melepaskan cubitannya.
"Apa maksudmu?" Tanya Dea merasa kebingungan.
"Tidak ada listrik." Ucap Kinan membuat dea mematung untuk beberapa saat.
"Tidaaak...! Hp ku belum di cas." Teriak Dea.
"Emangnya salah siapa coba?!" Tanya Kinan dengan nada kesalnya, "Mana hari ini ada anime yang ingin aku tonton..." Lanjutnya dengan nada mengeluh.
"Jadi itu yang dia pikirkan?" Gumam Dea membuat Kinan melirik tajam kearahnya, "Hee..." Lanjut gadis itu merasakan aura kejam kakaknya.
"Ah ia, aku tidak sempat mengisi airnya karena listriknya keburu mati. Jadi hari ini kita gak bisa mandi." Jelas Kinan sambil tersenyum menang menatap adiknya.
"He?" Guman Dea.
"Hhaha untung aku udah mandi pagi tadi." Oceh Kinan tampak bahagia sambil berjalan kearah dapur.
"Mandi itu dua kali sehari bodoh!" Teriak Dea sambil memukul kepala kakaknya, membuat wanita itu memekik kesakitan.
"Emangnya ini salah siapa coba?" Tanya Kinan dengan mata berkaca-kaca menahan sakit dikepalanya membuat Dea tak berkutik.
"Ma-maaf deh, lain kali aku tanya dulu... padahal aku pengen mandi, gerah banget soalnya..." Gumam Dea terlihat kecewa.
"MANDI ANGIN SANA!" Bentak Kinan mulai menyiapkan makan sore yang sudah dia masak beberapa jam yang lalu.
***
"KAAAAK...!!" Teriak Dea diruang tengah membuat telingaku sakit.
"Apa sih pake teriak-teriak segala? Malu tau didenger tetangga, udah malem juga..." Tanyaku sambil memeluk bantal sofa dan menyorotkan senter kewajahku dengan tangan kananku membuat Dea berteriak histeris.
"Jangan teriak-teriak!!" Bentak ku membuatnya tersadar.
"Kau?!" Ucapnya saat menyadariku.
"Hem?" Tanyaku tak mau basa-basi karena masih kesal padanya.
"Ha-aah.. harus berapa kali lagi aku minta maaf? Lagian kau bisa nonton anime saat listriknya kembali hidup kan..." Jelasnya membuatku kembali jengkel dan menatapnya penuh ancaman.
"Ngomong-ngomong, kakak tidak nyimpen lilin gitu? Gelap banget nih, aku harus ngerjain pekerjaan rumah." Jelasnya membuatku menghela nafas.
"Zaman sekarang masih bergantung sama lilin?" Tanyaku membuatnya geram.
"Sini senternya!" Ucapnya merebut senter yang ku pegang.
"Ke-kembalikan..." Rengek ku membuatnya tersenyum mengerikan saat lampu senternya disorotkan kewajahnya.
"Hentikan bodoh!" Teriak ku sambil melemparkan bantal sofa yang ku pegang ke dahinya, membuatnya memekik.
"Woii!!" Bentak Dea merasa kesal saat bantalnya jatuh kelantai, dan dia mulai melangkahkan kakinya untuk mendekatiku.
"A..." Ucapku menghentikan langkahnya, "Lilin," lanjutku sambil menunjukan jariku kearah kulkas, dan Dea pun melihatnya. Lalu mengambil lilin itu dan menyalakannya dengan api kompor gas.
"Kau kenapa De?" Tanyaku saat melihatnya tersenyum mengerikan di depan lilin yang dia pasang di atas meja.
"Aku baru dapat ide." Jawabnya membuatku bingung.
"Ide?" Gumamku bertanya-tanya.
"Kau jaga lilin dulu ya." Ucapnya sambil tersenyum dan melangkahkan kakinya mendekatiku.
"Ja-jaga lilin?" Tanyaku tak mengerti dengan ucapannya.
"Ia, kakak jaga lilin. Aku yang akan berkeliling." Tuturnya kembali melangkahkan kakinya melewatiku dan berjalan kearah pintu keluar setelah memberikan senternya ketanganku.
"Woii!!" Bentak ku ketika menyadari maksudnya.
"Hhaha..." Tawanya begitu puas, "Bohong, aku cuma mau kerumah Fani sebentar." Lanjutnya menjelaskan.
"Malam-malam begini?" Tanyaku sambil mendekatinya.
"Hem." Gumamnya.
"Hee...? Jangan bilang mau minjem duit lagi?" Tanyaku sedikit membentak.
"Ya terus mau gimana lagi? Aku harus ngerjain pekerjaan rumah, besok pagi kita harus mandi kan?" Jelasnya.
"Boleh aja. Tapi yang bayar utangnya nanti kamu ya." Tuturku sambil tersenyum manis.
"Patungan lah." Ucapnya sambil membuka pintu.
"Mana ada! Sekalian beli pulsa listriknya!" Teriak ku saat dia pergi dari hadapanku, "Lagian dari awal semua ini terjadi gara-gara ulahnya. Belanjain semua uang mingguan, ngambil uang buat beli pulsa listrik dan uangnya diabisin buat beli kuota dan barang lainnya." Lanjutku mengoceh sambil berjalan kearah sofa dan menghempaskan tubuhku disana.
***
Di depan rumah Fani...
"Tumben? Ada apa?" Tanya Fani sambil membuka pagar rumahnya.
"I-itu ... gue minta duit dong ...." Tutur Dea malu-malu.
"Haa...?" Gumam Fani, "Minta sama keluarga loe sana!" Lanjutnya merasa kesal.
"Hha-ha... maksud gue, minjem ... minjem duit. Gue butuh buat beli pulsa listrik, kakak gue ngamuk dirumah, gue juga gak bisa ngerjain pekerjaan rumah karena rumah gue gelap banget, mana gak ada air buat mandi lagi." Jelasnya membuat Fani segera menepuk bahu Dea.
"Semuanya pasti bermula karena kesalahan loe kan ? Gue tau, gue tau ... yang sabar ya." Tuturnya membuat Dea kesal.
"Jangan mengejek ku!!" Bentak Dea membuat Fani tertawa terbahak-bahak.
"Lagian loe ada-ada aja. Coba cerita sama gue sini, kenapa bisa rumah loe jadi gelap gulita kaya gitu? Soalnya gue gak yakin kakak loe sampe lupa beli pulsa listrik." Tutur Fani.
"Gue gak akan diajak masuk dulu gitu ? Banyak nyamuk nih." Tanya Dea mengingatkan Fani.
"Gak usah disini aja ya, gak ada makanan buat loe." Ucap Fani menggoda Dea.
"Dasar tuan rumah pelit!" Ejek Dea membuat Fani tertawa terbahak-bahak.
Kemudian Dea menceritakan semua kejadiannya sampai rumahnya menjadi gelap gulita seperti itu. Dan Fani pun meminjamkan uang jajannya.
"Gue tau loe pasti nolongin gue, makasih ya... nanti gue ganti." Tutur Dea sambil merangkul Fani.
"Iya deh iya. Tapi jangan sampe loe ngambil uang buat beli listrik lagi ya..." Ucap Fani menahan tawa, "Loe ada-ada aja sih jadi orang. Gak nyangka gue, kakak loe bisa sengamuk itu. Dan lagi loe takut sama dia, biasanya juga loe yang suka marahin dia..." Lanjutnya tak kuasa menahan tawa.
"Kalau urusan duit sama anime. Dia marahnya bukan main. Ngeri gue liat mukanya, gak lagi-lagi deh gue berurusan sama dia." Tutur Dea menghentikan tawa Fani, "Kalau gitu gue pergi dulu ya, mau beli pulsa listrik dulu. Takut kena semprot lagi..." Lanjut Dea berpamitan.
"Hem... belajar yang rajin ya. Sampai besok." Tutur Fani sambil melambaikan tangan kearah Dea yang sudah meninggalkannya. Dan gadis itupun segera masuk ke dalam rumah.
×××
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
KIA Qirana
Komen 😂😂😂😂😂
2021-08-14
0
Dhina ♑
🤔🤔 kox jadi kayak B**i ngepet ya 😁😁
2021-04-11
1
Fira Ummu Arfi
semangattt thorrr
salam ASIYAH AKHIR ZAMAN
2021-03-26
1