Kontes akan dimulai satu pekan lagi. Lomba kreativitas ini adalah event tahunan di setiap Sekolah Kejuruan. Dimana nantinya yang lulus seleksi di sekolahnya akan otomatis menjadi utusan tingkat kota yang akan berlomba untuk mendapatkan juara provinsi, terus ke ajang Nasional dan akan di dapatkan satu orang yang akan mewakili Indonesia di tingkat International. Target bening tidak main-main, Dia ingin menjadi satu yang beruntung diantara ribuan siswa yang bergabung.
Di Laboratorium tata busana, sekurangnya ada 9 orang siswa yang akan bersaing mewakili tiap kelas, termasuk Bening. Mereka sedang memasang detail kancing dan payet pada kostum yang sudah terpasang di manekin, Dalam sesi latihan para peserta menggunakan tekhnik draping yaitu sebuah kegiatan mengaplikasikan kain langsung di badan manekin atau model tanpa menggunakan tekhnik menggunting pola dan jahit, Hanya menggunakan jarum pentul dan jahit cubit.
Diantar ke 9 hasil jahitan tak bisa dipungkiri, kain yang tersambung menjadi busana di Dressform Bening memang terlihat rapi,halus dan profesional diantara yang lain. Tanpa melalui kontes pun sebenarnya guru-guru sudah memprediksi pemenangnya. Namun kontes tetap harus di adakan untuk menghargai karya siswa lainnya.
Sepasang mata memperhatikan Bening dan karyanya dengan sinis. Lilya membisik-bisikan sesuatu kepada Avi, teman setia yang mengekori kemanapun Lilya pergi. Avi mengangguk-angguk mengerti dan mengacungkan jempolnya.
Ibu Lilya adalah salah satu pemilik Yayasan Putera Bangsa, Jadi sudah jelas Lilya bisa terpilih mengikuti kontes ini juga karena nama besar keluarganya. Namun mamanya tidak memuluskan permintaanya untuk menjadi pemenang otomatis, Dia diminta untuk tetap mengikuti tahap sebagaimana peserta lain.
Namun sejak awal melihat kesungguhan Bening saja, Lilya sudah merasa kalah dan tak mungkin menang dari Bening dengan cara yang sportif. Maka salah satu cara agar menang adalah menyingkirkan Bening dari kompetisi ini.
"Emm Bening!" Panggil Lilya pada Bening yang tengah sibuk menyematkan jarum pentul di rok modelnya.
Bening menoleh, tumben sekali Lilya sudi memanggilnya. Satu sekolah sudah tau bagaimana Lilya menjauhi Bening dan berusaha bagaimana caranya agar satu sekolah turut menjauhi Bening juga.
"Gue?" Tunjuk Bening pada dirinya sendiri.
"Ya iyalah elo, Siapa lagi disini yang namanya Bening."
Dengan malas Bening menghampiri meja kerja Lilya.
"Gue mau ke kamar mandi sebentar, Lo berdiri sini liatin punya gue!" Perintahnya sesuka hati. "Awas aja ya sampe ada yang rusak "
"Hmm" Ucap Bening tanpa bantahan. Berurusan dengan Lilya akan banyak menyerap waktu dan tenaga. Dari pada banyak elemen penting itu terbuang percuma, Bening memilih tak banyak bicara demi cepat kelarnya urusan mereka.
Lilya berjalan keluar dari ruangan kelas. Avi sang penguntit terus membututi Lilya dari belakang. Bening tetap berdiri melihat manekin milik Lilya tanpa mengedipkan mata sedikitpun sesuai permintaan Lilya tadi.
Sejurus kemudian tiba-tiba Avi berbalik lagi membawa kemoceng di tangannya mendekat ke arah petung Lilya. Bening menaikan sebelah alisnya heran. Masih dipantaunya kelakuan aneh Avi yang tiba-tiba menjadi petugas piket membersihkan debu-debu di sekeliling ruangan. Bening menjauh sedikit dari sisi manekin yang lebih tinggi dari dirinya itu, Avi malah semakin mendekat ke arah Bening.
"Minggir lo, sayur Bening! Apa muka lo mau gue bersihin sekalian pake kemoceng?" Avi menggeser tubuhnya lebih dekat.
"Gak usah ya, makasih. Gak di apa-apain juga gue emang udah Bening !"
Melihat gelagat aneh Avi, Bening berdiri dengan tetap waspada masih memandang manekin Lilya dan gerak gerik Avi di dekatnya. Benar saja , tiba-tiba Avi pura-pura terjatuh mendorong tubuh Bening agar Bening terjatuh dan menghantam manekin milik Lilya .
Perhitungan Avi meleset, metode penyerangan seperti itu mampu terbaca oleh Bening, walaupun badan kecilnya jatuh namun dia sempat menggeser tubuhnya, saat tubuhnya sudah ambruk ke lantai Avi yang mendorong tubuhnya tadi malah tersenggol pergelangan kaki Bening dan dirinyalah yang ambruk bersama manekin cantik di hadapannya.
Patung baju tak berdaya yang terbuat dari fiberglass itu jatuh ke lantai mengenaskan, ditimpa badan Avi yang gempal mirip getuk lindri. walau sebelah tangan boneka itu patah namun jarum-jarum yang tersemat tak ada satupun yang terlepas, begitupun cubit-cubit jahitan di beberapa bagian masih tetap seperti semula.
Semua mata yang ada di lab tertuju pada insiden berencana yang dirancang Lilya dan Avi. Meski tak berjalan sesuai rencana, karena pasti rencana awal mereka adalah membuat Bening terjatuh bersama busana Lilya dan menuduh Bening sengaja merusaknya. Namun yang terjadi malah Iva yang jatuh sungguhan dan sikunya mengalami luka sobek yang parah terkena pecahan Fiberglass. Namun kepalang tanggung, rencana jahat mereka tetap harus berjalan.
Scene berikutnya, Lilya yang dari tadi bukan ke kamar mandi melainkan sembunyi di balik pintu luar, seketika masuk berteriak-teriak histeris . Bukannya langsung menolong sahabatnya yang terluka dan sedang meringis, Lilya malah membangunkan manekinnya yang jelas tidak merasakan sakit apa-apa.
Baguss, baguss Lilya !!!
Lo gak pentes masuk jurusan tata busana
Harusnya masuk jurusan tata drama aja
Eh, Emang ada ya ? - Bening
Lilya masih meratapi manekinnya , padahal Avi benar-benar sedang butuh pertolongannya.
"Ada apa Lilya ?" Tanya salah satu guru pembimbing yang melihat Lilya menangis tanpa tau apa yang ditangisinya.
"Huaaaa, Busana saya bu, Dirusakin Bening. Huaaa, dia pasti iri dan takut kalah bu. Pokoknya Bening harus diberi hukuman Bu, namanya aja yang Bening, padahal toxic semua isi kepala dia bu. Hiks hiks hiks"
Bening hanya menggeleng-geleng menyaksikan drama di hadapannya. Andai bisa dia ingin sekali bertepuk tangan.
"Lilya..Lilya tenang, lihat ini, tidak terjadi apa-apa. kamu hanya tinggal memasang tangan manekin yang terlepas. Busana mu masih utuh Lilya. Yang terluka itu Avi, coba kamu lihat dia"
Bening masih diam belum terpancing. Dia memlih melangkah keluar mencari kesegaran. Lilya berang melihat Bening yang tidak bereaksi.
Bu Jusma menenangkan Lilya dan membantu Avi mengobati luka di sikunya. Dalam hati Lilya menyalahkan Avi karena kenapa malah dirinya yang terluka.
"Saya gak mau tau ya Bu, pokoknya ini gara-gara Bening. Ibu tau sendiri kan Bening itu Anak Haram , Ibunya juga ngasi dia makan uang haram, jadi dia udah terbiasa ngelakuin hal-hal haram seperti ini Bu"
"Lilyana , Shut up ! "
Bening menghentikan langkahnya karena Lilya mulai menyebut-nyebut Ibunya. Bening merampas manekin yang masih berada di tangan Lilya, dengan sebelah tangan Bening merenggut semua kain yang masih di tersemat di boneka itu, Dia tak peduli bahkan jarum-jarum pentul yang melekat di kain itu melukai tangannya. Tapi hatinya lebih sakit saat mendengar orang yang tak punya hak dalam hidupnya berani-beraninya menghina Ibunya,Walau Bening tau itu hanya umpan Lilya agar Bening marah dan melakukan semua hal ini, dengan begitu Lilya semakin punya bahan mencari perkara.
"Nih ambil !, Inikan yang lo mau, sini gue hancurin sekalian" Bening melemparkan kain menutupi wajah Lilya
Bening ingin mendengar apa tanggapan Ibu Jusma selaku guru mendengar hinaan serendah itu lolos dari bibir manja siswanya. Ternyata Bu Jusma termasuk orang yang lebih memilih membela kebenaran dan rela mengambil resiko kehilangan pekerjaan.
"Lilya, Cukup, Kamu berlebihan !!! " Tegas Bu Jusma kepada Lilya yang bukannya terdiam malah semakin menjadi-jadi.
***
Sore hari sebelum pulang sekolah Bening dipanggil ke ruangan guru konseling. Diminta mengakui kesalahan yang tidak dia perbuat. Kalaupun dia telah merusak karya Lilya itu karena dia tak terima Ibunya dihina. Bening tidak pernah bereaksi apapun jika yang di caci, di maki, di hina adalah dirinya sendiri. Namun anak mana yang tercabik hatinya mendengar Ibunya dihina.
Bening diminta menghubungi orang tuanya untuk datang ke sekolah saat itu juga. Bening tidak mungkin menghubungi Mami Sandra, Dia tak pernah ingin mami tau masalah yang dia hadapi di luar. Terlebih dia tak akan tahan melihat orang memberi tatapan hina pada Ibunya. Bening hanya akan mengundang Sandra hadir untuk menyaksikan prestasinya. Bukan perkelahian tak penting seperti ini.
Akhirnya Bening menghubungi seseorang yang paling mungkin membantunya saat ini. Bern, dengan senang hati laki-laki itu menyetujui permintaan Bening.
Orang tua Lilya sudah datang terlebih dahulu karena mereka yang meminta masalah ini diselesaikan hari ini juga.
Kini Bening sudah duduk di sofa ruang BK berhadapan dengan Lilya dan kedua orang tuanya. Bening tersenyum sinis saat mengenali laki-laki plontos berkumis tebal ini ternyata adalah ayah dari Lilya. Disana juga ada kepala sekolah dan Ibu Jusma yang ikut terlibat karena pembelaanya kepada Bening.
Keputusan untuk Bu Jusma sudah diambil. Dia diberhentikan dengan hormat dan dipersilahkan mencari pekerjaan di sekolah lain. Bening Iba melihat Bu Jusma yang harus kehilangan pekerjaan karena membela dirinya. Namun dia sendiri belum tau nasibnya akan seburuk apa.
"Oh jadi kamu yang namanya Bening , yang sudah menghancurkan karya anak kami? Mana orang tua mu itu ? Oh iya Aku lupa, kamu anak dari seorang PSK yang tak jelas siapa suaminya. Kamu anak haram yang tidak punya ayah kan ? " Cerca Wanita yang dari luar tampak anggun tapi ternyata mulutnya cukup beracun.
"Kalau memang iya lalu kenapa tante ? Maaf sebelumnya. Tidak punya ayah menurut saya tidaklah buruk, yang buruk itu punya ayah tapi tidak mampu menjaga diri dan kehormatan keluarganya" Ucap Bening berdiri menatap ke arah Bobby.
Merasa disindir Bobby berdiri dan melayangkan sebuah tamparan keras di pipi kecil Bening.
Plak
Bu Jusma merengkuh tubuh Bening di pelukannya.
"Pak Bobby !!! Anda bisa saya diperkara karena hal ini !" Teriak Bu Jusma.
Kepala sekolah dan guru BK hanya bisa menenangkan Bobby semampu mereka.
"Bening, sebaiknya tutup mulut mu kalau tidak mau masalah ini semakin panjang" Ucap kepala sekolah yang sama sekali tidak berpihak kepada Bening.
"Bening gak apa-apa Bu" Bening melepaskan diri dari rengkuhan Bu Jusma dan mendekat ke arah Bobby, semua terkejut melihat reaksi Bening yang malah mengulurkan tangannya mengajak bersalaman. Bobby dengan tak menyambut uluran tangan itu namun Bening tetap semakin mendekati dan berbicara berbisik di kupingnya.
"Terimakasih pukulan ini Om Bo-Bby" Bening memenggal kalimatnya "Jadi anda ini ayah dari Lilya si gadis suci bersih ini ? Kenalkan ! Saya Bening Ivanka anak dari Lis Cassandra, PSK inacaran anda" Bisikan Bening yang membuat Bobby merah padam mendengar bisikan yang serupa ancaman.
Bobby mengisyaratkan tangannya agar kepala sekolah mendekat kepadanya kemudian membisikan sesuatu.
Bern datang tergopoh-gopoh membuka pintu ruangan BK Tanpa permisi dia melihat Bening yang terdiam tapi mengeluarkan air mata. Masih jelas bekas merah di kulit putih pipinya.
"Ning, Maaf aku terlambat !" Bern menhampiri Bening yang sama sekali tak bereaksi.
"Maaf anda siapanya Bening?" Tanya guru BK
"Saya Bern, kakaknya Bening," ucap Bern menarik Bening yang kecil ke sebelah sisi tubuhnya yang besar melindungi. Bening meminta Bern untuk menjadi wali muridnya.
"Silahkan duduk dulu nak Bern ! " Ucap Kepala sekolah
Kepala sekolah mulai menjelaskan perihal apa yang telah terjadi, tentu saja cerita kepala sekolah memihak ke satu arah. Bening tak peduli akan semua itu, seolah sudah terbiasa dengan ketidak adilan ini.
"Mohon maaf, Kami harus mengeluarkan adik anda dari sekolah ini!"
Bening sama sekali tidak terkejut, Dia sudah pernah mengalami hal ini saat sekolah dasar dan menengah. Bern marah,sangat marah karena Bening diperlakukan dengan tidak adil.
"Terimakasih Bapak dan Ibu, Saya memang akan membawa adik saya keluar dari sekolah ini. Orang kotor maacam kami mungkin memang tak pantas mengenyam pendidikan yang isinya orang-orang suci." sarkasnya tajam.
Kepala sekolah dan guru BP Hanya mampu tertunduk malu mendengar pernyataaan Bern. Yang paling bahagia adalah Lilya , dia memeluk Ibunya. Akhirnya dia bisa mencampakkan Bening dari kompetisi itu tidak dengan tangannya sendiri.
***
Bern dan Bening menuju ke ruang kelas Bening, membantu Bening memberesi semua buku-buku Bening dibawah kolong meja. Bening memang jara membawa buku-buku pelajaran itu pulang. Buku-buku itu dimasukkan dalam satu kotak kecil. Bern membawa kotak itu , bersama Bening dalam keheningan menyusui koridor kelasnya menuju parkiran, Mr.Stuart sopir pribadi Bern membantu memasukkan barang-barang Bening ke bagian belakang mobil.
Sebelum Bening masuk ke dalam mobil Bern mengingatkan sesuatu pada Bening.
"Manekin dan busana mu? Gak sekalian dibawa pulang?"
Bening hanya menggeleng gelengkan kepalanya. Dia akan membiarkan karya yang sudah dia perjuangkan selama 3 bulan ini. Karya yang menjadi batu loncatan pertama menggapai mimpinya. Kini hancur hanya karena pancingan permainan Lilya.
"Aku udah kalah, sebelum pertandingan dimulai." Ucapnya berat.
"Stay strong my cutie, Semuanya belum berakhir, bahkan belum bermula. Ayo kita pulang. Besok kita akan cari sekolah baru. Kita gak boleh kalah hanya karna orang-orang seperti itu"
Hari sudah semakin senja, mobil melaju cepat menuju kediaman Bening. Bening yang biasanya banyak bercerita, tertawa dan bercanda kali ini hanya diam.
"Ning, Kamu sakit diginiin?"
Bening tersadar , lalu tersenyum memukul pundak Bern.
"Enggak tuh, Udah Biasa! Hahahahah." Bening tertawa terbahak-bahak melepas bebannya.
Air mata ikut mengkristal di sudut mata Bern mencoba mengartikan logika takdir yang sedang memperhitungkan keteguhan hati Bening.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
Siti Hany
yg ni banyak bawang ny kak Enka.. brebes dh air mataku😭😭😭... semngat ning💪💪
2023-06-26
0
meutia futri
idiiiiih...suka bingit ceritanya... apa ada nya gitu yg keluar...
2022-12-19
1
umi Affaba
setelah menscrool ketaas kebawah ahirnya aku nemu cerita bagus...
othor siap2 jadi othor femes
2022-06-01
0