The Prince Of Laziness
...Bangunnya Seorang Pria...
Di suatu tempat, terlihat seorang pria tampan berambut hitam legam. Pria tampan tersebut menatap ke depan.
Menatap dengan ekspresi wajah tak acuh ke arah tumpukan tubuh-tubuh yang telah dingin.
Kemudian, pria tampan berambut hitam legam memperhatikan tangan kanannya. Tangan kanan yang telah tertutup oleh warna merah gelap.
"Hoam, aku sangat mengantuk." Ucap pria tersebut sambil menguap.
Setelah itu, pria tersebut berdiri dan berbalik dari tempat duduknya.
Terlihat banyak sekali sesosok hitam yang tengah berlutut hormat menatap pria tersebut.
"Kita akan pulang. Aku sudah sangat mengantuk." Ucap pria tersebut dengan tak acuh.
"Baik, Tuan Nara." Ucap Sosok-sosok hitam tersebut dengan bersama.
...—–—...
Di sebuah kamar terdapat seorang pria yang memiliki paras menawan sedang menikmati lembut tempat tidur yang ia tiduri. Akan tetapi semua itu dirusak dengan cahaya matahari yang masuk secara tiba-tiba. Pria itu pun bangun karena terusik dengan cahaya yang menyilaukan.
Saat sang pria membuka mata terlihat seorang wanita cantik mengenakan pakaian pelayan sedang membuka gorden. Sang wanita membungkuk hormat, saat melihat pria tersebut terbangun.
Sang pelayan berkata dengan suara pelan. ”Tuan muda, Anda sudah ditunggu diruang makan.”
Setelah mengatakan itu sang pelayan membungkuk hormat, lalu pergi meninggalkan sang pria yang masih setengah sadar itu. Setelah beberapa saat Sang pria pun bangkit dari tempat tidur, menuju ke arah ruang makan dengan malas.
...—–—...
Setelah beberapa menit , akhirnya sang pria sampai diruang makan. Terlihat sepasang suami istri yang bermuka masam, sambil melotot ke arah pria yang baru sampai itu.
“kenapa kau lama sekali Nara!” Ucap sang ayah.
“Nara, apakah kau mabuk lagi kemarin?” Ucap sang ibu sambil tersenyum mengerikan seperti kucing sedang ingin menerkam mangsanya.
Setelah mendengar apa yang diucapkan oleh ibunya, Sang pria yang setelah sadar itu merasakan jiwanya seperti ditarik kembali ke dalam tubuh.
“ Tidak ibu, aku hanya kelelahan bekerja keras.” Sambil memasang senyum memelas.
“ Yakin?” Sambil tersenyum dengan mata melotot tajam seperti kucing.
“ Iya, aku mabuk sampai larut malam.” Sambil kepala tertunduk lesu.
“Haa, kau ini. Nara boleh minum alkohol tetapi tidak boleh terlalu banyak. Mengerti?”
“Iya, Ibu.” Ucap Nara yang masih tertunduk lesu.
“ Baiklah, ayo mulai sarapannya.” Ucap sang ayah menghentikan suasana canggung antara anaknya dengan sang istri.
...—–—...
Setelah acara makan selesai, Nara meminta izin untuk kembali ke kamarnya. Sesaat kemudian ketika Nara sampai ke depan kamarnya. Dia melihat pelayan wanita cantik yang seperti sedang menunggu.
“ Ada apa?” ucap Nara dengan nada dingin.
“ Tuan muda, air mandinya sudah saya siapkan.” Ucap sang pelayan wanita dengan sopan.
“ Baiklah.” Ucap Nara dengan nada dingin.
“ kalau begitu saya permisi.” Sang pelayan wanita membungkuk hormat, lalu pergi meninggalkan Nara.
Setelah itu Nara pergi ke dalam kamar, lalu pergi membersihkan tubuhnya.
...—–—...
Setelah Nara selesai membersihkan tubuhnya. Nara menuju lemari pakaian dan memilih pakaian yang akan ia pakai hari ini. Keputusan Nara akhirnya jatuh pada pakaian jas hitam dengan aksen emas, yang membuatnya terlihat elegan dan mewah.
Setelah berpakaian, Nara pergi ke hadapan cermin.
“ Aku memang tampan. ” ia berkata di depan cermin sambil memegangi wajahnya.
Setelah acara narsis itu, Nara pergi keluar kamar menuju ke arah ruang kerja sang ayah.
“Tok..tok..tok” suara ketukan pintu.
“Ayah bolehkah aku masuk?” ucap Nara di depan pintu.
“Masuklah.” ucap sang ayah dari dalam.
Nara pun masuk ke dalam ruangan. Di dalam terlihat seorang pria tua yang masih terlihat tampan. Pria tua itu terlihat sibuk dengan surat-surat dan kertas yang ada di meja kerjanya. Dan di sebelah meja kerjanya terlihat burung hantu yang memiliki aura angin berhembus di sekelilingnya sedang bertengger di sebuah tiang seperti batang pohon.
“Ada apa Nara?” tanya sang ayah.
“Aku kesini ingin meminta izin untuk pergi ke pusat kota.”
“Emm..untuk apa engkau ke pusat kota, apakah kau akan bertingkah lagi?” tanya sang ayah dengan curiga.
“Ehem, tidak ayah aku ke pusat kota hanya untuk membeli sesuatu.” Jawab Nara dengan sedikit gugup.
“Haa, baiklah. Jangan pulang terlalu larut. Sebelum pergi beritahu ibumu supaya tidak khawatir.”
“Tidak bisakah ayah saja yang memberi tahu. “ ucap Nara dengan sedikit berkeringat dingin.
“Tidak, itu urusanmu” jawab sang ayah dengan acuh.
Akhirnya Nara pergi dari ruangan sang ayah dengan berat hati. Menuju kamar ibunya. Ia masih merasa takut dengan ibunya. Ia takut Jika ibunya masih marah dengannya.
...—–—...
Sesampainya Nara ke depan pintu kamar ibunya.
“Tok..tok..tok” suara ketukan pintu.
“Ibu boleh aku masuk?” tanya Nara.
“Masuklah. Ada apa?” jawab sang ibu dengan nada judes.
Setelah mendengar jawaban sang ibu. Nara pun masuk ke dalam kamar ibunya. Di dalam terlihat sang ibu sedang duduk sambil menikmati teh. Sambil tangannya mengelus kucing yang sedang tertidur di sampingnya.
“Emm, begini ibu. Aku ingin meminta izin untuk pergi ke pusat kota.” Ucap Nara dengan nada takut.
“Pergilah.” Jawab sang ibu dengan nada tidak peduli dan marah.
Mendengar jawaban sang ibu. Nara memeluk sang ibu dengan manja dan memelas.
“Ibu maafkan aku. Aku sangat menyesal dan tidak akan melakukannya lagi.” Ucap Nara dengan manja.
“Janji?”
“Janji.”
“Baiklah, boleh. Tetapi kamu harus ada di rumah sebelum makan malam. Bisa?”
“Baiklah. Aku akan ada di rumah sebelum makan malam.”
Setelah meminta izin kepada orang tuanya. Nara pergi menuju luar rumah. Di luar terlihat kereta kuda yang terlihat mewah berwarna hitam dengan aksen emas. Yang menjadi kereta kuda itu terlihat bertambah mewah karena kereta itu tidak ditarik oleh kuda bisa, akan tetapi ditarik oleh kuda hitam legam dengan nafas api yang keluar dari hidung dan mulutnya. Kuda tersebut berjenis Kuda Neraka.
“Selamat pagi, Tuan muda. Kereta kuda Anda sudah disiapkan oleh Tuan besar. Siap untuk pergi.” Ucap seorang pelayan pria yang terlihat tua berbadan tegap.
“Baiklah, terima kasih, kepala pelayan” ucap Nara kepada pelayan pria tua itu.
“Sudah menjadi tugas saya Tuan muda.” Balas sang pelayan pria tua.
“Apakah Tuan muda memerlukan pengawalan untuk perjalanan?” tanya sang pelayan pria tua.
“Tidak perlu. Cukup panggilkan pelayan pribadiku.”
“Baiklah Tuan muda. Saya permisi untuk memanggil pelayan pribadi Tuan muda.” Setelah mengatakan itu, pelayan pria tua itu pergi dari hadapan Nara.
Tidak berselang lama. Muncullah sesosok pelayan wanita yang terlihat cantik.
“Tuan muda.” Ucap pelayan wanita cantik. Dengan menunduk hormat. Pelayan wanita tersebut adalah orang yang sama yang telah membangunkan Nara. Dia bernama Tiara.
“Ikut aku ke pusat kota.” Perintah Nara terhadap pelayan wanita cantik itu.
Kemudian Nara naik ke dalam kereta kuda diikuti Tiara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
senja
Ayahnya pake "engkau"?
2022-02-19
0
ベルゼブブ
.
2022-01-28
0