...Bangunnya Seorang Pria...
Di suatu tempat, terlihat seorang pria tampan berambut hitam legam. Pria tampan tersebut menatap ke depan.
Menatap dengan ekspresi wajah tak acuh ke arah tumpukan tubuh-tubuh yang telah dingin.
Kemudian, pria tampan berambut hitam legam memperhatikan tangan kanannya. Tangan kanan yang telah tertutup oleh warna merah gelap.
"Hoam, aku sangat mengantuk." Ucap pria tersebut sambil menguap.
Setelah itu, pria tersebut berdiri dan berbalik dari tempat duduknya.
Terlihat banyak sekali sesosok hitam yang tengah berlutut hormat menatap pria tersebut.
"Kita akan pulang. Aku sudah sangat mengantuk." Ucap pria tersebut dengan tak acuh.
"Baik, Tuan Nara." Ucap Sosok-sosok hitam tersebut dengan bersama.
...—–—...
Di sebuah kamar terdapat seorang pria yang memiliki paras menawan sedang menikmati lembut tempat tidur yang ia tiduri. Akan tetapi semua itu dirusak dengan cahaya matahari yang masuk secara tiba-tiba. Pria itu pun bangun karena terusik dengan cahaya yang menyilaukan.
Saat sang pria membuka mata terlihat seorang wanita cantik mengenakan pakaian pelayan sedang membuka gorden. Sang wanita membungkuk hormat, saat melihat pria tersebut terbangun.
Sang pelayan berkata dengan suara pelan. ”Tuan muda, Anda sudah ditunggu diruang makan.”
Setelah mengatakan itu sang pelayan membungkuk hormat, lalu pergi meninggalkan sang pria yang masih setengah sadar itu. Setelah beberapa saat Sang pria pun bangkit dari tempat tidur, menuju ke arah ruang makan dengan malas.
...—–—...
Setelah beberapa menit , akhirnya sang pria sampai diruang makan. Terlihat sepasang suami istri yang bermuka masam, sambil melotot ke arah pria yang baru sampai itu.
“kenapa kau lama sekali Nara!” Ucap sang ayah.
“Nara, apakah kau mabuk lagi kemarin?” Ucap sang ibu sambil tersenyum mengerikan seperti kucing sedang ingin menerkam mangsanya.
Setelah mendengar apa yang diucapkan oleh ibunya, Sang pria yang setelah sadar itu merasakan jiwanya seperti ditarik kembali ke dalam tubuh.
“ Tidak ibu, aku hanya kelelahan bekerja keras.” Sambil memasang senyum memelas.
“ Yakin?” Sambil tersenyum dengan mata melotot tajam seperti kucing.
“ Iya, aku mabuk sampai larut malam.” Sambil kepala tertunduk lesu.
“Haa, kau ini. Nara boleh minum alkohol tetapi tidak boleh terlalu banyak. Mengerti?”
“Iya, Ibu.” Ucap Nara yang masih tertunduk lesu.
“ Baiklah, ayo mulai sarapannya.” Ucap sang ayah menghentikan suasana canggung antara anaknya dengan sang istri.
...—–—...
Setelah acara makan selesai, Nara meminta izin untuk kembali ke kamarnya. Sesaat kemudian ketika Nara sampai ke depan kamarnya. Dia melihat pelayan wanita cantik yang seperti sedang menunggu.
“ Ada apa?” ucap Nara dengan nada dingin.
“ Tuan muda, air mandinya sudah saya siapkan.” Ucap sang pelayan wanita dengan sopan.
“ Baiklah.” Ucap Nara dengan nada dingin.
“ kalau begitu saya permisi.” Sang pelayan wanita membungkuk hormat, lalu pergi meninggalkan Nara.
Setelah itu Nara pergi ke dalam kamar, lalu pergi membersihkan tubuhnya.
...—–—...
Setelah Nara selesai membersihkan tubuhnya. Nara menuju lemari pakaian dan memilih pakaian yang akan ia pakai hari ini. Keputusan Nara akhirnya jatuh pada pakaian jas hitam dengan aksen emas, yang membuatnya terlihat elegan dan mewah.
Setelah berpakaian, Nara pergi ke hadapan cermin.
“ Aku memang tampan. ” ia berkata di depan cermin sambil memegangi wajahnya.
Setelah acara narsis itu, Nara pergi keluar kamar menuju ke arah ruang kerja sang ayah.
“Tok..tok..tok” suara ketukan pintu.
“Ayah bolehkah aku masuk?” ucap Nara di depan pintu.
“Masuklah.” ucap sang ayah dari dalam.
Nara pun masuk ke dalam ruangan. Di dalam terlihat seorang pria tua yang masih terlihat tampan. Pria tua itu terlihat sibuk dengan surat-surat dan kertas yang ada di meja kerjanya. Dan di sebelah meja kerjanya terlihat burung hantu yang memiliki aura angin berhembus di sekelilingnya sedang bertengger di sebuah tiang seperti batang pohon.
“Ada apa Nara?” tanya sang ayah.
“Aku kesini ingin meminta izin untuk pergi ke pusat kota.”
“Emm..untuk apa engkau ke pusat kota, apakah kau akan bertingkah lagi?” tanya sang ayah dengan curiga.
“Ehem, tidak ayah aku ke pusat kota hanya untuk membeli sesuatu.” Jawab Nara dengan sedikit gugup.
“Haa, baiklah. Jangan pulang terlalu larut. Sebelum pergi beritahu ibumu supaya tidak khawatir.”
“Tidak bisakah ayah saja yang memberi tahu. “ ucap Nara dengan sedikit berkeringat dingin.
“Tidak, itu urusanmu” jawab sang ayah dengan acuh.
Akhirnya Nara pergi dari ruangan sang ayah dengan berat hati. Menuju kamar ibunya. Ia masih merasa takut dengan ibunya. Ia takut Jika ibunya masih marah dengannya.
...—–—...
Sesampainya Nara ke depan pintu kamar ibunya.
“Tok..tok..tok” suara ketukan pintu.
“Ibu boleh aku masuk?” tanya Nara.
“Masuklah. Ada apa?” jawab sang ibu dengan nada judes.
Setelah mendengar jawaban sang ibu. Nara pun masuk ke dalam kamar ibunya. Di dalam terlihat sang ibu sedang duduk sambil menikmati teh. Sambil tangannya mengelus kucing yang sedang tertidur di sampingnya.
“Emm, begini ibu. Aku ingin meminta izin untuk pergi ke pusat kota.” Ucap Nara dengan nada takut.
“Pergilah.” Jawab sang ibu dengan nada tidak peduli dan marah.
Mendengar jawaban sang ibu. Nara memeluk sang ibu dengan manja dan memelas.
“Ibu maafkan aku. Aku sangat menyesal dan tidak akan melakukannya lagi.” Ucap Nara dengan manja.
“Janji?”
“Janji.”
“Baiklah, boleh. Tetapi kamu harus ada di rumah sebelum makan malam. Bisa?”
“Baiklah. Aku akan ada di rumah sebelum makan malam.”
Setelah meminta izin kepada orang tuanya. Nara pergi menuju luar rumah. Di luar terlihat kereta kuda yang terlihat mewah berwarna hitam dengan aksen emas. Yang menjadi kereta kuda itu terlihat bertambah mewah karena kereta itu tidak ditarik oleh kuda bisa, akan tetapi ditarik oleh kuda hitam legam dengan nafas api yang keluar dari hidung dan mulutnya. Kuda tersebut berjenis Kuda Neraka.
“Selamat pagi, Tuan muda. Kereta kuda Anda sudah disiapkan oleh Tuan besar. Siap untuk pergi.” Ucap seorang pelayan pria yang terlihat tua berbadan tegap.
“Baiklah, terima kasih, kepala pelayan” ucap Nara kepada pelayan pria tua itu.
“Sudah menjadi tugas saya Tuan muda.” Balas sang pelayan pria tua.
“Apakah Tuan muda memerlukan pengawalan untuk perjalanan?” tanya sang pelayan pria tua.
“Tidak perlu. Cukup panggilkan pelayan pribadiku.”
“Baiklah Tuan muda. Saya permisi untuk memanggil pelayan pribadi Tuan muda.” Setelah mengatakan itu, pelayan pria tua itu pergi dari hadapan Nara.
Tidak berselang lama. Muncullah sesosok pelayan wanita yang terlihat cantik.
“Tuan muda.” Ucap pelayan wanita cantik. Dengan menunduk hormat. Pelayan wanita tersebut adalah orang yang sama yang telah membangunkan Nara. Dia bernama Tiara.
“Ikut aku ke pusat kota.” Perintah Nara terhadap pelayan wanita cantik itu.
Kemudian Nara naik ke dalam kereta kuda diikuti Tiara.
...Pergi ke Pusat Kota...
Di perjalanan menuju pusat kota.
“Tuan muda. Bolehkah saya bertanya?” Ucap Tiara.
Nara hanya mengangguk kepala sebagai jawaban.
“Maaf kalau tidak sopan. Untuk apakah kita pergi ke pusat kota?” Lanjut tanya Tiara.
“Kita ke pusat kota untuk membeli kebutuhan “kebangkitan” . Bukankah lusa akan diadakan upacara kebangkitan beast?”
“Saya mengerti. Terima kasih telah memberitahukan kepada yang rendahan ini Tuan muda.”
Beberapa saat kemudian. Kereta kuda mereka berhenti di depan toko yang besar dan terlihat mewah. Toko ini bernama Vin Market. Di sana terlihat banyak orang lalu lalang berpakaian mewah.
Saat Nara dan Tiara turun dari kereta kuda. Suasana yang tadinya ramai tiba-tiba sunyi dengan kehadiran sosok Nara.
“Hai, bukankah itu Tuan muda keluarga Duke Satya?” ucap seorang pelanggan toko dengan berbisik.
“Haa, dia Tuan muda yang terkenal kejam itu?” ucap pelanggan lain.
“Aah, dia terlihat tampan. Mungkin aku bisa menjadi istrinya.” Ucap pelanggan wanita yang terlihat seperti bangsawan.
“Bermimpilah. Apakah kau tidak tahu jika Tuan muda itu memiliki kebiasaan aneh?” saut wanita di sebelah pelanggan wanita itu.
“Emangnya kebiasaan aneh apa?”
“Tuan muda itu memiliki kebiasaan aneh yang berupa ketika dia dekat dengan wanita, dia akan merasa Jijik terhadap wanita itu.”
“Haa, aneh sekali.”
Nara berjalan dengan tenang dan tidak tertarik dengan obrolan orang-orang itu. Nara berjalan menuju ke arah resepsionis.
Setelah tiba di depan resepsionis. Nara tidak langsung berbicara dengan resepsionis. Diganti dengan Tiara di sebelahnya yang berbicara.
“Permisi, dimanah kami bisa mencari kebutuhan beast di sini?” tanya Tiara terhadap resepsionis wanita yang terlihat linglung.
“Anda bisa mencarinya di lantai dua.”
Setelah mendengar itu Nara langsung pergi diikuti oleh Tiara. Tidak lama kemudian mereka sampai di lantai dua. Di sana terlihat banyak barang yang diletakkan di etalase. Benda yang ada di sana rata-rata adalah ramuan mana, makanan beast, telur beast, aksesoris beast, dan lainnya yang berhubungan dengan beast.
Mereka pergi ke arah etalase yang menjual telur beast. Di sana mereka dilayani oleh seorang pria.
“Silakan dilihat-lihat dulu.” Ucap pria penjual.
Nara diam sejenak, sambil mengamati telur-telur yang terpajang di etalase itu. Di dalam etalase itu terdapat berbagai macam bentuk, ukuran, dan warna telur-telur beast. Ada telur yang memiliki bentuk besar dan kecil. Dan berbagai macam warna yang berbeda-beda. Setiap telur-telur itu akan mengeluarkan beast secara acak.
Setelah Nara mengamati selama beberapa menit. Nara menuju pada telur beast yang memiliki ukuran yang sedang, bentuk oval, dan memilih warna hitam legam dengan aksen hijau gelap.
“Kami akan membeli telur yang itu.” Ucap Tiara, sambil menunjuk ke arah yang ditunjuk Nara.
Setelah itu, penjual pria mengambil telur beast yang di tunjuk Nara. Ia memasukkan telur beast itu ke dalam kotak kaca.
“Totalnya menjadi 1.000 koin emas. Ini bisa dibayar di resepsionis.” Sambil menyerah kertas tanda beli.
Tiara mengambil kertas itu dan membawa kotak telur tersebut lalu memasukkannya ke dalam cincin dimensi.
Setelah itu Nara dan Tiara pergi untuk membeli kebutuhan yang lainnya.
Setelah berkeliling di lantai dua. Nara dan Tiara. Membeli ramuan mana 100 buah, makanan beast 200 kantong, dan kalung leher yang terbuat dari batu hitam meteorit astro dengan aksen emas.
Setelah merasa cukup. Nara dan Tiara pergi ke lantai satu, ke arah resepsionis. Setelah sampai ke resepsionis.
“Permisi, ini totalnya berapa?” ucap Tiara sambil menyerahkan kertas tanda beli.
Setelah resepsionis melihat kertas itu, ia menghitung total barang belanjaan Nara.
“Totalnya menjadi 10.000.000 koin emas atau 10.000 koin emas hitam.” Ucap resepsionis sambil tersenyum, karena mendapatkan pelanggan yang kaya.
Setelah mendengar itu. Nara melirik ke arah Tiara. Tiara langsung mengeluarkan kantong yang berisi koin emas hitam dari cincin dimensi.
“Ini uangnya.” Ucap Tiara.
“Terima kasih telah membeli di toko Vin Market kami.” Ucap resepsionis sambil membungkuk hormat.
Setelah itu Nara dan Tiara pergi dari toko tersebut. Di depan toko Nara memandang langit terlihat sang matahari sudah hampir tenggelam di makan sang bulan. Di sana juga terlihat kereta kuda neraka. Setelah itu Nara dan Tiara menaiki kereta kuda.
Kereta kuda tersebut melaju menuju Mansion bergaya Eropa dengan gerbang mewah. Setibanya di depan pintu Mansion. Nara dan Tiara disambut oleh kepala pelayan yang terlihat tua.
“Selamat datang, Tuan muda.” Ucap kepala pelayan sambil membungkuk hormat.
Nara hanya mengangguk sebagai jawaban. Nara pergi memasuki Mansion diikuti Tiara.
Setelah memasuki Mansion. Nara segera menuju kamarnya.
“Taruh barang belanjaannya di atas meja!” perintah yang kepada Tiara.
Mendengar itu Tiara mengeluarkan semua barang belanjaan dari cincin dimensi.
Setelah itu Nara meminta Tiara pergi dari kamarnya. Di dalam kamar, Nara mulai merebahkan tubuhnya ke kasur dan mulai tertidur. Karena kelelahan berbelanja.
Kemudian setelah beberapa lama. Nara dibangunkan oleh Tiara.
‘’Tuan muda, bangun sudah waktunya makan malam.’’ ucap Tiara sambil menggoyang goyangkan tubuh Nara.
Beberapa saat kemudian. Nara pun bangun dan melihat Tiara yang membangunkannya.
“Ada apa?”
“Sudah waktunya untuk makan malam dan Anda sudah ditunggu diruang makan.” Ucap Tiara dengan sopan.
“Baiklah. Aku akan ke sana.” Ucap Nara sambil berdiri dan berjalan ke arah ruang makan.
Setelah sampai di ruang makan. Nara langsung duduk di tempat yang kosong.
“Bagaimana Nara, kau sudah mempersiapkan untuk upacara 'kebangkitan beast'?” tanya sang ayah.
“Sudah, aku sudah mempersiapkan semuanya.”
“Baguslah kalau begitu.” Ucap sang ayah.
“Emm, bolehkah aku bertanya?”
“Apa itu Nara sayang?” Ucap sang ibu.
“Seperti apa jenis beast ayah dan ibu?”
“Jadi seperti ini..” sang ibu pun menjelaskan tentang jenis beast mereka.
Beast milik sang ayah berjenis burung hantu angin yang memiliki kemampuan untuk menumpulkan informasi dan memiliki kemampuan bertarung yang lumayan hebat. Beast Burung Hantu Angin merupakan tipe seimbang.
Kemudian beast sang ibu berjenis kucing neraka yang memiliki kemampuan kemampuan bertarung yang sangat lincah. Beast Kucing Neraka merupakan tipe assassin.
Kemudian para pelayan di Mansion rata-rata memiliki beast tipe pendukung atau pekerjaan rumah.
Kecuali kepala pelayan dan pelayan pribadi Nara, Tiara. Kepala pelayan memiliki beast tipe bertahan yang berupa beast Gorila Angin. Sedangkan Tiara memiliki beast tipe assassin yang berupa Burung Nuri Berbulu Pisau.
Setelah mendengar penjelasan sang ibu tentang jenis beast mereka. Nara pun bertanya lagi.
“Apakah kita bisa memiliki lebih dari satu beast?”
“Tidak, itu dikarenakan beast termasuk dalam jiwa tapi lain halnya jika seseorang melatih jiwa mereka maka mereka bisa memiliki lebih dari satu beast.”
“Ooo, seperti itu” ucap Nara.
“Baiklah. Karena semua sudah terjawab kita lanjutkan makan malamnya.” Ucap sang ayah yang sudah lapar dari tadi.
...Perjalanan Ke Ibukota Kerajaan Majapahit....
Setelah beberapa hari berlalu. Tibalah hari dimanah Nara akan pergi ke ibukota kerajaan Majapahit untuk mengikuti upacara kebangkitan.
Di suatu kamar. Terlihat Nara sedang tertidur pulas. Tiba-tiba masuklah sinar matahari merambat melalui jendela. Seketika Nara itu pun bangun.
“Tuan muda, sudah saatnya untuk sarapan.” Ucap Tiara, pelayan pribadi Nara.
“Iya, aku akan ke sana.”
“Kalau begitu saya permisi.” Ucap Tiara sambil membungkuk hormat. Lalu pergi dari kamar Nara.
Setelah beberapa menit. Nara pun mandi. Setelah mandi Nara, menuju ruangan pakaian dan memilih pakaian mana yang akan ia pakai.
Setelah melihat-lihat, pilihan Nara jatuh pada jas hitam dengan aksen keperakan. Kemudian Nara pergi ke ruang makan.
Di sana terlihat kedua orang tuanya yang sedang menunggu putra mereka. Nara pun duduk di kursi yang masih kosong.
“Apakah kau sudah siap sayang?” ucap sang Ibu.
“Aku sudah siap ibu.” Balas Nara.
“Apakah mau kami temani?” ucap sang Ibu.
“Tidak Ibu.”
“Ooo, begitu baiklah.”
“Baik, ayo sarapan. Nanti Nara terlambat ke tempat upacara.” Ucap sang Ayah.
Setelah itu mereka sarapan dengan tenang, tanpa ada suara hanya lantunan garpu dan pisau yang terdengar.
Setelah menyelesaikan sarapan. Nara pergi ke kamarnya untuk bersiap pergi ke tempat upacara kebangkitan beast. Nara menyiapkan semuanya yang akan ia bawa. Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.
“Masuklah!” ucap Nara.
Pintu terbuka, terlihat wanita dengan pakaian pelayan, dia adalah Tiara.
“Tuan muda, kereta kuda sudah siap di depan.” Ucap Tiara dengan sopan.
“Baiklah. Tolong masukan semua barang ini!” ucap Nara sambil menunjuk barang yang tadi ia siapkan.
“Baik, Tuan muda.” Ucap Tiara. Kemudian Tiara memasukkan semua barang yang ada di meja ke dalam cincin dimensinya.
“Ayo, kita pergi.” Ucap Nara, sambil melangkah keluar kamar di ikuti oleh Tiara.
Di depan pintu mansion terlihat kedua orang tua Nara dan kepala pelayan. Mereka terlihat menantikan kemunculan Nara.
“Akhirnya kau keluar. Ayah sudah lelah menunggumu.” Ucap sang ayah sambil tersenyum dengan kemunculan Nara dan Tiara.
“Kau ini! Baru dua menit kau lelah.” Ucap sang ibu memarahi suaminya.
“Ayah dan ibu, Nara pamit.” Ucap Nara.
“Ya pergi lah.” Ucap sang ayah dengan cuek.
“Kau ini kenapa begitu!” ucap sang ibu.
“Kenapa? Dia kan hanya pergi beberapa hari saja.” Ucap sang ayah dengan rasa tidak bersalah.
“Ha, terserahlah. Nara jaga dirimu baik-baik. Ibu akan merindukanmu.” Ucap sang ibu dengan sedikit air mata.
“Iya ibu. Aku akan baik-baik saja. Aku sayang ibu.” Ucap Nara sambil memeluk ibunya.
“Ayah tidak kau peluk?” ucap sang ayah sambil merentangkan tangannya seolah akan dipeluk.
“Tidak.” Ucap Nara dengan acuh sambil menaiki kereta kuda, di ikuti oleh Tiara.
Ayahnya yang mendengar itu merasakan sedih.
“Rasakan itu.” Ucap sang ibu dengan tertawa.
Kemudian kereta kuda mulai melaju. Menjauhi mansion tersebut.
Sedangkan kepala pelayan yang dari tadi tidak dianggap merasa sedih.
“Ha, apakah mereka melupakanku?”
Setelah perjalanan beberapa hari. Mereka akhirnya tiba di ibukota kerajaan Majapahit. Terlihat sebuah gerbang yang dijaga oleh beberapa prajurit.
Sebelum memasuki ibukota mereka harus mengantre. Karena banyak kereta kuda yang akan memasuki ibukota juga. Beberapa kereta kuda tersebut terlihat seperti pedagang dan beberapa bangsawan.
Setelah mengantre cukup lama, akhirnya giliran mereka tiba.
“Permisi, kalau boleh tahu Anda berasal dari mana? Dan ada tujuan apa kemari?” tanya salah satu prajurit.
“Kami berasal dari wilayah Duke Satya. Kami kemari karena Tuan muda kami ingin melakukan upacara kebangkitan beast.” Ucap sang kusir kereta kuda.
“Kalau begitu biaya masuk 2 koin emas.”
Lalu sang kusir kereta kuda memberikan 5 koin emas kepada prajurit tersebut.
Setelah itu mereka diizinkan untuk memasuki ibukota.
Bangun di ibukota tidak berbeda jauh dengan bangunan di wilayah ayah Nara. Mungkin itu dikarenakan wilayah Duke Satya termasuk salah satu wilayah kerajaan Majapahit yang cukup kaya dan sejahtera.
Yang menjadi pembeda adalah di ibukota banyak terdapat pedagang yang berasal dari luar kota ataupun luar kerajaan.
Karena acara kebangkitan beast akan diadakan besok. Mereka memutuskan untuk pergi ke penginapan.
Kereta kuda mereka berhenti di depan bangunan yang tertulis “Penginapan Star”. Penginapan tersebut terlihat cukup mewah.
Nara dan Tiara turun dari kereta kuda. Mereka berjalan menuju resepsionis penginapan.
“Permisi, apakah masih terdapat 2 kamar kosong?” Tanya Tiara kepada resepsionis.
“Kebetulan hanya tersisa 2 kamar yang kosong.” Ucap resepsionis dengan sopan.
Sebelum menjawab Tiara melihat ke arah Nara. Kemudian Nara mengangguk dan berkata.
“Kita akan mengambil kamar itu. Dan pesan selama 7 hari.” Ucap Nara.
“Baiklah Tuan muda.”
“Kami akan memesan 2 kamar itu selama 7 hari.” Ucap Tiara kepada resepsionis.
“Baik, harganya 700 koin emas hitam. Kamar kalian berada di lantai tiga nomor 34 dan 35.” Ucap resepsionis sambil menyerahkan 2 kunci kamar.
Tiara memberikan koin emas hitam dan menerima kunci kamar.
Setelah itu mereka memutuskan untuk pergi langsung ke lantai tiga.
Di Penginapan ini terdiri dari tiga lantai. Lantai pertama adalah tempat penerimaan tamu dan restoran.
Kemudian lantai kedua dan ketiga adalah kamar para tamu. Dan akses untuk naik dan turun menggunakan sebuah lift. Dimanah lift ini dirancang dengan batu mana sebagian tenaga.
Setelah sampai di lantai tiga. Mereka langsung menuju ke kamar yang mereka pesan. Setibanya di salah satu kamar.
“Kamu taruh barang keperluanku di dalam kamar.” Ucap Nara menyuruh Tiara.
“Baik.”
Setelah itu Tiara memasukkan dan menata semua keperluan Nara.
“Semua sudah selesai, Tuan muda.”
“Baiklah, pergilah istirahat.”
“Baik, Tuan muda.” Ucap Tiara dengan membungkuk lalu pergi memasuki kamarnya. Tetapi ada suara yang menghentikannya.
“Tunggu! Kunci kamarku kau bawah saja. Dan jangan lupa bangunkan aku.” Ucap Nara menghentikan Tiara yang akan memasuki kamarnya.
“Baik, Tuan muda.” Ucap Tiara sambil kembali dan mengambil kunci yang diserahkan Nara.
Setelah itu Nara memasuki kamarnya. Kamar Nara langsung membersihkan tubuhnya dan langsung merebahkan dirinya ke tempat tidur dan tertidur pulas.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!