Aku Setia, Sumpah!!
Vani dengan tergesa-gesa berjalan setengah berlari setelah berhasil keluar dari lift hotel The Empire di lobi hotel. Sambil berjalan dengan tergopoh-gopoh, berkali-kali ia menoleh ke belakang, berharap orang yang telah ia tinggalkan di kamar hotel itu tidak mengejarnya.
Dan saking tergesa-gesanya, ia sampai menabrak orang didepannya.
Brugh!!!
Vani jatuh terduduk karena tidak bisa menyeimbangkan diri.
"Auh!!!! Sakit...." Keluhnya sambil menepuk-nepuk p*nt*tnya sambil meringis menahan sakit.
Setelah berhasil berdiri, dan menengok siapa yang telah ia tabrak tadi, keterkejutannya bertambah.
Tanpa berpikir panjang, ia ingin berbalik dan berlari setelah sedikit terbengong saat menatap orang yang telah ia tabrak.
Tapi malah sial, kakinya terkilir karena dia memakai sandal dengan hak 5cm.
Kembali ia akan terjatuh, beruntungnya kali ini orang yang ia tabrak sigap dengan memegang lengan Vani sehingga ia tidak terjadi terjatuh.
"Te.. terima kasih su.. sudah membantu saya mas.. maaf telah tidak sengaja menabrakmu tadi"ucapnya terbata-bata sambil ingin melangkah pergi.
Tapi, melihat Vani yang seperti orang dikejar setan dengan nada bicara yang sedikit aneh, orang dihadapan Vani ini malah menahan kepergian Vani dengan menarik lengan Vani.
Begitupun Vani yang ingin segera pergi malah kembali meringis karena merasa bahwa kakinya kali ini pasti keseleo.
"Auuuhh.. kakiku sakit sekali.." kata Vani sambil menyentuh kakinya.
Melihat lengannya yang di genggam orang itu. Vani malah berbalik dan malah menangis sesenggukan di pelukan orang yang telah ia tabrak.
Vani sudah tidak perduli lagi dengan orang yang ingin mengejarnya di kamar hotel itu.
Ia syok hari ini, dengan apa yang telah ia alami barusan. Karena ini adalah pengalaman pertamanya di jebak orang lain.
Masih menangis dipelukan lelaki itu, Vina juga tidak perduli dengan penampilannya, dengan jilbab yang terbuka ikatannya karena penitinya hilang, dengan bibirnya yang sakit karena ia gigit sendiri hingga berdarah, dengan nada suara anehnya yang sedang menahan panas dari dalam dirinya.
Yang ia butuhkan saat ini adalah perlindungan, hanya tempat mencurahkan isi hatinya yang tidak karuan.
Sementara disisi lain, orang yang telah Vani tabrak ini tidak lain adalah Aryudha Astama Putra, pemilik hotel tempat Vani terjebak, dan juga seorang pengusaha sukses di mata masyarakat.
Aryudha Astama Putra, tapi Vani lebih mengenalnya dengan sebutan mas Yudha. Orang yang telah berhasil mencuri hatinya bertahun-tahun yang lalu. Dan Vani sendiri tidak menyangka bahwa ia akan bertemu dengannya di kondisi seperti ini setelah bertahun-tahun tidak bertemu.
Yudha membiarkan saja Vani menangis di dadanya, sambil mengisyaratkan pada sekretarisnya agar meninggalkan mereka berdua. Dan sekretarisnya mengerti akan hal itu pergi mendahului Yudha untuk ke bagian kantor di hotel ini.
Puas menangis, Vani mengusap matanya dan menunduk sambil berbicara "maafkan saya mas, saya tidak sengaja menabrakmu tadi, saya juga sudah lancang mengotori jasmu dengan air mataku ini. Saya harap mas bisa mengerti, saya mau permisi ya.."
Ucapnya sambil ingin melangkah pergi dengan terpincang-pincang.
Sebenarnya Yudha sangat penasaran dengan apa yang telah terjadi pada Vani, tapi ia hanya membiarkan Vani tenang agar ia bisa bertanya setelah itu.
Mengetahui Vani akan meninggalkannya, ia membuka suara. "Jadi seperti ini caramu berterima kasih setelah mengotori pakaianku dan membuang waktuku yang berharga ini?"
Vani agak terperanjat karena kaget dengan kata-kata Yudha.
"Jadi apa yang harus saya lakukan mas?" Tanyanya agak gugup.
"Baiklah, karena ini sudah terlanjur, bagaimana kalau kita ke cafetaria sambil mengobati kakimu itu?" Kata Yudha yang sebenarnya penasaran dengan keadaan Vani.
"Baiklah" ucap Vani pasrah.
Kemudian mereka berdua berjalan ke cafetaria dengan Yudha menggandeng lengan Vani karena kaki Vani memang terasa sangat sakit.
Sambil terpincang-pincang, akhirnya mereka tiba di cafetaria dan duduk di kursi sofa yang terasa nyaman.
__________________________________________
Setelah duduk, Yudha kembali heran dengan keadaan Vani. Bagaimana tidak, ternyata benar bahwa jilbab Vani telah hilang penitinya, matanya sembab karena habis menangis, duduknya gelisah seperti orang kepanasan, dan nada suaranya aneh seperti menahan *******.
"Apa yang telah terjadi padamu?" Tanya Yudha membuka suara.
"Tidak ada mas, hanya saja tadi ada yang mau berbuat jahat sama Vani."jawab Vani lirih sambil berusaha menahan rasa panas dari dalam dirinya.
"Mau pesan apa?"tanya Yudha dengan suara baritonnya nya yang malah terdengar seksi ditelinga Vani.
"Air mineral saja mas, tolong ya.. " jawab Vani.
Yudha segera memanggil pelayan dan memesan beberapa air mineral dan kopi untuknya sendiri.
Setelah pelayan itu pergi, Yudha kembali menatap Vani yang terlihat gelisah.
Yudha jadi teringat masa lalu, sebenarnya dihadapannya adalah Vani yang sama.
Dia jadi teringat dengan Vani yang ceria, polos, dan suka bicara apa adanya dulu. Vani sebenarnya bukanlah wanita yang sangat cantik, dia manis dengan warna kulit kuning langsat. Tapi berada didekatnya terasa nyaman, banyak lelaki yang mengakui itu. Entah ada daya tarik apa, meskipun ia berjilbab, ternyata dia bisa menarik perhatian para lelaki dengan senyumannya.
Wanita dengan tinggi 156cm itu pernah membuat Yudha kelimpungan dulu, beberapa tahun yang lalu.
Karena datangnya wanita ini yang saat itu masih sangat muda, bisa membuatnya kembali terkena hukuman dari neneknya karena menolak perjodohannya.
Kini, setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wanita itu ada dihadapannya lagi dengan kondisi yang memprihatinkan.
Merasa diperhatikan dengan intens oleh lelaki, Vani jadi merasa tak nyaman dan menjadi lebih panas ditubuhnya.
Beruntungnya pelayan segera datang membawa pesanan mereka.
Dan Vani segera meminum sebotol air mineral hingga tandas dalam waktu sekejap.
Yudha yang melihat itu hanya bisa tersenyum saja sambil membatin, seperti habis maraton saja, minum bisa secepat kilat begitu.
Setelah minumannya habis, Vani melirik pada Yudha yang masih memperhatikannya.
"Sudah mas, jangan lihat-lihat begitu, saya bisa jatuh cinta lagi kalau terus kamu pandangi" ucap Vani ketus.
Sambil tersenyum Yudha berkata "haus banget ya? Tapi beneran dulu pernah jatuh cinta sama saya?".
Vani jadi salah tingkah, sambil menyembunyikan malu ia merintih agar perhatian Yudha bisa terganti.
"Aduuhh... Ini kaki jadi sakit begini. Dasar sandal gak tahu diuntung, udah dibeli malah nyelakain lagi.."ucapnya sambil memegangi kakinya yang sakit.
Tahu bahwa Vani mengalihkan pembicaraan, Yudha hanya tersenyum sambil memanggil pelayan lagi dangan mengangkat tangannya. "Mbak, coba ambilkan saya kotak p3k ya. Segera bawa kesini" perintahnya setelah pelayan itu menghampiri.
"Baik pak" kata pelayan itu sopan karena tahu bahwa pemilik hotel ini yang memerintahnya.
"Sembarangan nyuruh-nyuruh orang kenapa dia bisa patuh gitu mas sama kamu?" Ucap Vani heran "kayak yang punya hotel aja"sambungnya karena dia tidak tahu saja kalau Yudha memang pemiliknya.
Yudha hanya tersenyum, entah mengapa ia jadi suka senyum, padahal Vani terlihat agak ketus kali ini padanya. Dan ia masih belum berniat memberitahu bahwa memang ia pemilik hotelnya. Ia hanya sedang suka memandangi wanita didepannya ini.
"Coba ceritain sama aku, kenapa kamu kelihatan tidak jelas seperti ini? Dan lagi, daritadi aku perhatikan nada suaramu aneh sekali. Apa yang sudah terjadi sama kamu?" Tanya Yudha.
"Aku .. aku dijebak seseorang. Beruntung aku bisa kabur setelah menendang burung kecilnya itu". Ucap Vani lirih, tp masih terdengar.
Yudha agak kaget, dan bisa dia pastikan bahwa akan ada tindakan asusila melihat kondisi Vani saat ini bila ia tidak bisa kabur.
"Siapa yang mau menjebak kamu? Dan bagaimana kamu bisa tidak hati-hati sampai berakhir seperti ini?" Tanya Yudha geram tapi juga penasaran.
Ditanya seperti itu, bukannya menjawabnya, Vani malah memberikan lirikan maut pada Yudha. Seakan Yudhalah yang bersalah atas hal ini.
"Kenapa jadi melihatku seperti itu?" Kalau tidak mau cerita ya sudah, nanti aku cari tahu sendiri tentang hal ini" ucap Yudha cuek.
Vani hanya mendesah sambil memijit-mijit kakinya.
Tak lama pelayan datang dengan kotak obat ditangannya.
"Permisi pak, ini kotaknya"ucap pelayan itu sambil melirik Vani dengan penasaran, karena bosnya ini sebenarnya agak galak, tapi bisa sabar dan senyum menanggapi wanita biasa itu.
Meraih kotak p3k sambil mengibaskan tangan agar pelayan itu segera pergi.
Yudha mulai membuka kotak obat itu dan mengambil kaki Vani untuk dipangkunya.
Vani yang kaget karena kakinya ditarik keatas pangkuan Yudha seketika menegang dan ingin marah. Tapi Yudha dengan kuat menahan kaki Vani.
"Sudah diam saja, kamu ini ketus sekali. Dulu kamu sangat ramah, apalagi kalau ketemu sama saya. Cuma lihat saya senyum aja muka kamu sudah memerah. Kenapa sekarang jadi ketus begini sih?" Ucap Yudha enteng.
Vani heran dengan ucapan Yudha, sampai mulutnya terbuka dan matanya melongo sangking tidak percayanya.
"Mas ini apa-apaan sih, dulu ya dulu, sekarang semua sudah berubah. Sudah jangan ingat yang dulu-dulu. Itu kaki aku gausah diangkat sembarangan, mau aku jatuh lagi biar kamu seneng?" Ucap Vani kesal.
Yudha hanya diam sambil terus mengolesi minyak tawon ke bagian kaki Vani yang sakit sambil sedikit memijatnya.
"Aduuhh ... Itu sakit banget sih mas, kalau nggak bisa mijit yaudah tidak usah dipaksain. Kamu mau bikin kaki aku tambah tidak bisa jalan yaa?" Kata Vani agak keras karena merasa sakit dengan pijitan Yudha di kakinya.
"Sudah kamu diam saja. Aku itu dulu waktu kuliah anak PA, tau PA? Pecinta Alam, jadi tidak usah meragukan kemampuanku dengan pertolongan pertama semacam ini. Ini bukan suatu hal yang sulit" balas Yudha.
"Tapi itu beneran sakit, aku juga anak PMR waktu dulu sekolah. Jadi aku tau pertolongan pertama meskipun tidak pernah tau cara memijat seperti ini."ucap Vani meringis menahan sakit tapi membiarkan saja perlakuan Yudha padanya.
Saat ini Vani benar-benar berusaha keras agar bisa menahan gejolak didalam dirinya. Perasaan aneh, karena hanya mendengar suara bariton dari mulut Yudha sudah membuatnya kelimpungan. Ingin sekali dia melahap habis bibir seksi pria itu.
Vina benar-benar frustasi, dia jadi merasa sangat bodoh karena sikap lugunya ternyata tidak hilang juga.
Karena itu dia memutuskan untuk tetap menunduk dan meremas tangannya sendiri sambil terus mengoceh tidak jelas saat Yudha bertanya sesuatu.
Ia hanya menunduk sambil memejamkan matanya dan meremas tangannya tanpa mau melihat ke arah Yudha. Dan menggigiti bibirnya sendiri sampai terasa perih semata-mata untuh mengabaikan perasaan gelisahnya karena ingin sentuhan lelaki.
Melihat tingkah laku Vani, membuat Yudha tahu bahwa ada yang tidak beres dengan wanita ini. Sambil tetap memijit kecil kaki Vani, Yudha memperhatikan gerak-gerik Vani.
Ia sebenarnya tahu bahwa Vani sedang bergairah. Entah apa yang menyebabkan Vani seperti ini. Mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, Yudha ingin membawa Vani pulang ke rumah Vani sendiri. Tapi ia lupa alamat rumahnya, jadilah ia bertanya "kamu bisa pulang sendiri?.
Mendengar pertanyaan itu, Vani membuka matanya dan menatap Yudha , hanya menggelengkan kepala.
"Saya tidak membawa kendaraan sendiri saat kesini tadi, teman saya menjemput ke rumah dan saya percaya saja bahwa dia jujur. Tapi ternyata dia malah menjebak saya" Jawabnya sambil ingin menangis lagi.
"Yasudah biar kamu saya yang antar pulang ya.. ayo sekarang kita ke parkiran." Ajak Yudha.
Vani hanya bisa pasrah kali ini. Karena memang dia merasa sangat tidak nyaman dengan tubuhnya sendiri.
Sambil berjalan tertatih-tatih dibantu Yudha, sampailah mereka di parkiran hotel.
Vani tidak menyangka bahwa Yudha membawanya ke sebuah mobil mewah.
Di dalam mobil, dengan tidak tahu malunya Vani bertanya "apa tidak kenapa-kenapa kalau saya merepotkanmu mas? Saya tidak enak sama bos kamu kalau sampai mengganggu kerjaanmu."
Yudha mengernyitkan dahinya, sepertinya memang Vani tidak tahu bahwa dialah pemilik hotel ini. Maka dengan sedikit iseng dia menjawab " bos itu orangnya baik, jadi beliau pasti maklum kalau saya keluar sebentar mengantarmu pulang" jawab Yudha enteng sambil terus memperhatikan sikap Vani.
Ditatap seperti itu oleh orang yang pernah sangat dicintainya dulu membuat otaknya mendidih, apalagi efek obat perangsang di tubuh Vani masih sangat kuat, membuat Vani dengan berani langsung menempelkan bibirnya ke bibir Yudha sambil mengalungkan tangan ke leher Yudha.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Suharnik
Nyimaaak karya othorrr 👍👍penasaran lanjuuuuuutt....
2022-04-05
1