Mendapat perlakuan seperti itu, Yudha sebenarnya kaget hingga matanya sedikit melotot, tapi dengan jiwa nakal lelakinya, membiarkan Vani yang sebenarnya juga pernah dan mungkin masih ada di hatinya itu ******* bibirnya, menyesap aroma kopi dari dalam mulut Yudha, mengabsen deretan gigi, lidah dan saling bertukar saliva.
Mereka melakukan itu dengan leluasa, karena memang mereka berdua adalah orang yang sudah sama-sama dewasa dan berpengalaman tentunya.
Mata Yudhapun ikut tertutup karena terbuai dengan permainan Vani.
Menaruh kedua tangannya dipinggang kecil Vani sambil memiringkan kepala ke kanan dan ke kiri seirama ******* dan sesapan bibir mereka.
Agak lama mereka sama-sama terbuai dalam asyiknya permainan bibir itu.
Hingga asupan oksigen terasa habis di dadanya, Vani melepaskan lumatannya.
Merasa aneh, dia hanya diam, tangannya masih dileher Yudha, tangan Yudha juga masih dipinggang Vani.
Suara nafas bergemuruh, saling berebut asupan oksigen dalam mobil.
Mereka terdiam, Vani malu. Menunduk, memejamkan mata, memburu banyak oksigen.
Merasa kikuk, melepaskan tangan dari leher Yudha, tetap menunduk. Salah tingkah.
Sedangkan Yudha hanya diam. Memperhatikan Vani, dalam hati sebenarnya ingin berciuman lagi.
Tapi melihat Vani yang frustasi dia hanya diam memperhatikan apa yang akan terjadi.
Vani sibuk mengatur nafas dan mencari kata-kata.
Agak lama mulai bersuara, "maafkan saya mas, saya tidak tahu apa yang terjadi dengan diri saya." Matanya mulai berembun dan siap menangis, ah!! Wanita memang sangat mudah menangis.
Sambil berkata lagi "saya sangat keterlaluan" dan mulai menangis, membuka pintu mobil dan keluar, berjalan menahan sakit dikakinya, berjalan sambil menangis.
Yudha yang kaget reflek mengejar Vani dan mendekapnya dalam pelukan lagi, tapi Vani benar-benar memberontak dan melepas pelukan itu.
"Saya mau pulang, tapi saya tidak mau keluarga saya khawatir karena kondisi saya seperti ini, saya bingung. Tapi saya malu padamu mas .." ucap Vani.
"Yasudah kita kedalam hotel lagi bagaimana, nanti kamu bisa istirahat dulu, setelah baikan biar aku antar kamu pulang". Kata Yudha.
Sedikit hati Vani masih seperti dulu, masih ada nama Yudha disana, dan masih seperti orang bodoh yang sangat patuh pada ucapannya. Dan saat ini, dia pikir ucapan Yudha benar.
Jadi dia ikuti saja saran Yudha untuk kembali masuk ke dalam.
Sampai didalam hotel, para karyawan hotel selalu tersenyum sambil menyapa Yudha yang masuk ke dalam.
Merasa aneh, Vani hanya membiarkan semua itu dan terus berjalan sambil dipapah oleh Yudha hingga sampai ke sebuah pintu kamar, di lantai ke dua dari lantai teratas dihotel ini.
Rupanya ini adalah sebuah kamar yang luas, dengan bed ukuran king size, serta fasilitas yang sangat lengkap.
Dengan jendela besar yang tertutup korden transparan sehingga bisa melihat kondisi luar hotel.
Saat masih bingung, Yudha sudah menyuruh Vani duduk dipinggiran kasur. Sedangkan Yudha masih berdiri didekat Vani.
"Kamu istirahat saja dulu disini, ini masih jam sepuluh pagi. Aku ada meeting di lantai atas. Nanti jam makan siang aku kesini lagi" kata Yudha memerintah.
Masih dengan kebodohannya, Vani hanya bisa mengangguk saja.
"Saya pesankan susu dan camilan agar badanmu enakan. Saya pergi dulu" kata Yudha.
"Terimakasih mas, maaf saya selalu merepotkanmu. Saya mau tidur saja." Ucap Vani yang memang mengantuk setelah banyak menangis.
Yudha pun keluar menuju ruang meeting, menutup pintu dan membawa serta kuncinya agar Vani tidak bisa pergi kemana-mana.
Sedangkan Vani dengan tidak tahu malunya malah benar-benar tertidur setelah mendapatkan posisi ternyamannya.
******
Sementara disisi lain, seorang laki-laki berjalan malas setelah mendapatkan tendangan telak di bagian terintim dari seorang wanita.
Mengetahui wanitanya dibawa oleh orang yang berpengaruh, dia hanya bisa pasrah sambil terseok-seok berjalan kembali ke kamar yang telah dia sewa untuk tidur karena merasa badannya meriang.
Sebenarnya tadi setelah merasa agak baikan, pria ini berusaha bangkit untuk mengejar wanita sialan itu.
Sedikit berlari, dengan kesal ia paksakan untuk mencari Vani.
Tapi yang didapatkannya, Vani sedang menangis sesenggukan dipelukan pria berjas formal didepan lorong lift.
Sedikit penasaran ia bertanya pada petugas cleaning service yang lewat tentang pria berjas itu.
Dari informasi yang ia dapat, ternyata pria itu adalah pemilik hotel ini. Sedang memeluk Vani yang menangis karena ulahnya.
Daripada mencari mati, maka ia diam-diam mengamati dari jarak yang aman.
Mengikuti sampai melihat adegan ciuman mereka didalam mobil.
Sedikit kesal karena seharusnya dialah yang menerima ciuman itu, tapi malah didapat pria lain.
Lalu dia balik badan dan memilih untuk kembali ke kamarnya, dan tidur sebentar untuk memulihkan kondisi badannya.
**************
Jam satu siang waktu setempat.
Meeting sudah selesai beberapa saat yang lalu, di ruangan ini hanya tersisa Yudha dan Akbar sang sekretaris pribadi.
Merasa penasaran, Akbar bertanya pada Yudha " Maaf pak, bapak sangat perhatian pada wanita pagi tadi. Apa bapak mengenalnya?" Tanya Akbar hati-hati.
Yang ditanya agak kaget, karena dia lupa telah mengunci seorang wanita dikamar pribadinya di hotel ini.
"Oh iya, aku hampir melupakannya. Terimakasih sudah diingatkan ya, bar. Siang ini aku makan siang di hotel saja. Kamu silahkan kalau mau makan di luar." Ucap Yudha sambil berdiri dan terus berjalan ke luar ruang meeting untuk menghampiri Vani.
Akbar hanya bisa bengong tapi men iyakan ucapan atasannya itu.
Agak tergesa ia berjalan ke kamar Vani, takut kalau Vani panik karena dikunciin dari luar.
Setelah didepan kamar Vani, perlahan Yudha membuka pintu kamar itu dan mulai mencari keberadaan Vani.
Ternyata ia masih tertidur dengan tidak cantiknya, perempuan tidur dengan mulut sedikit menganga?
Tapi semua itu ditepiskannya karena hati. Iya, hati memang sulit ditebak.
Buta dengan asumsi gadis baik yang melekat di diri Vani.
Mendengar suara sepatu fantofel Yudha yang agak nyaring disituasi sepi seperti ini membuat pendengaran tajam Vani menangkap gerakan kecil itu.
Mengerjaplah mulut itu jadi tertutup, dan matanya bergerak-gerak meski masih terpejam. Badannya mulai tidak nyaman, dan akhirnya terbukalah mata Vani untuk melihat siapa yang datang.
Kaget sekali dia karena melihat Yudha mendekat padanya. Dipikir mimpi, dia malah mengucek matanya.
Dia jadi teringat peristiwa tadi pagi. Kejadian menyebalkan dari mantan pacar lugunya itu membuat dia berakhir bersama Yudha kali ini.
Sambil tersenyum, Yudha memperhatikan Vani yang bangun tidur masih memakai jilbabnya. Sepertinya sudah agak baikan, Yudha duduk ditepian ranjang.
Terus memperhatikan Vani yang masih menutup sebagian tubuhnya dengan selimut putih khas hotel.
"Sudah baikan? Kamu lapar?" Tanya Yudha berhati-hati.
" Sudah mas, saya sudah baikan. Makasih sudah membantu saya. Dan untuk kejadian di mobil tadi saya harap mas Yudha mau melupakannya" kata Vani malu.
" Sebenarnya saya juga salah karena malah keasyikan sama ciuman kamu. Tapi akan kuusahan melupakannya" ucap Yudha agak jahil sambil tersenyum smirk.
"Cgk, (agak mendesah) tidak usah senyum mengejek seperti itu. Itu semua diluar batas keinginanku. Kalau saja tidak ada orang yang ingin menjebakku, pasti tidak akan sampai seperti ini" jawab Vani jengkel.
"Sebenarnya apa yang terjadi sampai kamu seperti itu? Dan jangan lagi terlalu formal saat berbicara denganku. Bicaralah seperti dulu saat kita pernah bertemu. Aku tidak suka kau yang seperti ini." Kata Yudha.
"Tidak ada apa-apa yang perlu aku ceritakan. Anggap saja itu kecerobohanku sampai merugikanmu seperti ini" jawab Vani dingin.
Yudha mengalah dengan tidak mendebatinya. Tapi berkata halus" baiklah, kalau kamu tidak mau menceritakannya, aku anggap kamu dengan sengaja pura-pura dihadapanku hanya untuk ingin kembali bertemu denganku".
Sedikit melotot Vani tidak percaya Yudha berpikir seperti itu. Akhirnya dia mengalah untuk memulai cerita.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Suharnik
Jahil juga mas yudhanya aseeèek👍👍
2022-04-05
1