Sedikit melotot Vani tidak percaya Yudha berpikir seperti itu. Akhirnya dia mengalah untuk memulai cerita.
"Baiklah aku ceritakan. Percaya atau tidak nanti jadi urusan mas Yudha sendiri".
"Ya.. ya . Nanti kita lihat seberapa besar aku bisa percaya dengan ceritamu" balas Yudha.
"Sebenarnya tadi pagi aku kesini bersama temanku...
"Laki-laki atau perempuan?" tanya Yudha spontan.
"Ish.. diamlah dulu mas..." vani merengut.
"Iya . Iya. Maaf" ucap Yudha sambil melakukan gerakan seperti mengunci mulutnya.
" Jadi temanku itu laki-laki, lebih tepatnya mantan pacarku dulu. Aku percaya saja padanya karena dia dulu adalah orang yang pendiam, perhatian, dan terlihat tulus saat pacaran denganku. Bahkan di usia belia kami dulu, yang seharusnya ingin tahu tentang banyak hal, dia malah terkesan biasa saja, dan tidak pernah melakukan hal-hal yang jauh saat kita bersama. Sampai beberapa bulan yang lalu kita bertemu lagi di facebook. Dia tetap ramah dan kami sering berkomunikasi. Dan aku jujur cerita kalau aku ingin kembali bekerja, karena anak-anakku juga sudah sekolah dan suamiku sendiri kerja diluar kota. Jadi aku ingin kerja agar bisa mengisi waktu yang banyak luangnya ini. sampai akhirnya dia berkata bahwa di tempat kerjanya sedang butuh karyawan, dia katanya kerja di hotel ini. Aku percaya saja padanya, dan tadi pagi dia jemput aku untuk interview kerja disini. Setengah 9 kami sampai disini, katanya interview dimulai jam setengah sepuluh pagi, jadi dia bawa aku ke cafetaria dulu sebelumnya agar tidak gugup." Cerita Vani jujur dan panjang lebar.
"Segitu gampangnya kamu percaya pada orang lain? Kamu tidak pernah berubah" ucap Yudha geram .
"Diamlah mas Yudha... Aku lanjutin atau nggak usah nih" kata Vani mulai jengkel.
"Iyasudah lanjutkan ceritamu" akhirnya Yudha mengalah.
"Lalu dia memesankan aku jus jeruk, tapi anehnya dia ambil sendiri. Katanya karena sudah kenal dengan pelayan disini makanya dia bisa begitu. Akusih percaya saja padanya. Tapi lama kelamaan setelah minum jus itu, aku jadi merasa aneh. Panas dan gimana gitu rasanya. Akhirnya dia bawa aku ke sebuah kamar, katanya disitu interview nya. Setelah masuk kamar, ternyata dia mulai kurang ajar sama aku. Berusaha cium-cium aku. Aku yang setengah sadar masih kuat bertahan dengan menggigit bibirku kuat agar aku tidak terbuai.
Tapi karena aku terlalu pasif, dia segera berusaha mengambil kesempatan untuk berbuat kurang ajar.
Aku kan kaget mas, yaudah aku tendang aja burungnya kuat-kuat. Sampai dia kesakitan dan guling-guling di lantai.
Setelah mengambil tas, aku lari keluar kamar. Sampai aku ketemu mas Yudha tadi. Aku bersyukur masih diberi keselamatan" kata Vani menyudahi ceritanya.
"Tapi dengan begitu aku bisa ketemu lagi sama kamu van" kata Yudha. Aku serius dulu sebenarnya juga ada perasaan sama kamu. Tapi aku nggak berdaya. Aku seperti boneka yang tidak bisa menolak semua keinginan keluargaku van, Yudha membatin mulai sendu.
"Kamu pikir aku tidak syok dengan semua ini? Aku tidak habis fikir, orang sebaik dan selugu itu bisa diubah oleh waktu. Sangat berubah. Mungkin efek dari lama belum menikah ya mas. Jadi dia seperti itu?" Kata Vani jujur.
"Ya, kamu benar. Waktu bisa merubah segalanya. Dari sebongkah batu bulat menjadi berlobang dengan tetesan air yang rutin. Begitu juga manusia, entah apa yang sudah mereka alami, bisa membuat watak dan cara pandang menjadi berubah." Kata Yudha mantap.
Vani malah terbengong tidak sadar berkata "ucapan orang tua sangat menyentuh hati".
Reflek Yudha menjitak kepala Vani. Yang dijitak hanya mengaduh karena memang tidak terlalu sakit, sambil memegang kepalanya bekas jitakan tangan Yudha.
"Tidak usah bawa-bawa tua segala" ucapnya dongkol.
Vani hanya mencibir sambil tertawa. "Memang mas Yudha sudah tua. Seingatku dulu mas Yudha pernah bilang kalau selisih usia kita sepuluh tahun. Kalau sekarang, di tahun ini aku saja sudah umur 30tahun, berati mas Yudha kan sudah umur 40tahun kan??" Kata Vani memperjelas.
Yudha hanya melengos sambil berkata, "meskipun sudah tua tapi aku masih tampan kan? Kamu pasti masih terpesona dengan ketampananku!" Ucap Yudha bangga.
Vani hanya geleng-geleng kepala dengan kenarsisan Yudha.
"Yasudah ,iya.. iya .. masih ganteng.. tapi ini sudah siang, itu sudah mau setengah dua siang. Aku mau solat dhuhur mas. Terus abis itu mau pulang." Kata Vani mengalah.
Beranjak dari kasur, Vani bergegas ke kamar mandi untuk wudhu. Dan segera solat dhuhur.
Melihat Vani meninggalkannya, Yudha juga beranjak ke luar untuk solat juga tentunya.
Dan dia berencana mengajak Vani makan siang sebelum mengantarnya pulang.
__________________________________________
Setelah urusan ibadah mereka selesai, Yudha menghampiri Vani kembali di kamarnya. Tanpa mengetuk pintu, ia masuk kedalam kamar seperti biasa.
Vani yang sedang merapikan jilbabnya agak sedikit kaget dengan kedatangannya.
"Tau.. tau ini kamar kamu yang sewa. Tapi ya seenggaknya ya ketuk pintu dong. Kalau aku lagi ganti baju gimana?" Kata Vani sewot.
Sambil tersenyum Yudha membalas "ya maaf. Kalau memang kamu lagi ganti baju ya udah lanjutin aja."
Berkata seperti itu, membuat Vani hanya geleng-geleng kepala.
"Perasaan mas Yudha itu dulu jaim yaa... Meskipun sering terlihat buluk karena sering kena sinar matahari. Tapi....." Ucap Vani menggantungkan kalimatnya, tidak mungkin Vani bilang kalau meskipun buluk Vani tetap suka kan... Bisa besar kepala tuh orang, dan Vani hanya membatinkan kelanjutan kata-katanya.
"Tapi apa? Tapi kamu tetap suka gitu?" Canda Yudha yang sebernarnya memang benar.
"Ish... Mas Yudha ini. Sudahlah, aku mau pulang aja deh. Sudah baikan juga kan aku. Lagian mas Yudha juga harus kerja kan." Ucap Vani sambil beranjak merapikan isi tasnya dan membawanya di bahu.
Sedikit pincang dia berusaha berjalan keluar. Tapi Yudha menahan dengan kata-katanya, " aku antar kamu pulang, dan tidak ada bantahan. Sebelumnya kita makan siang dulu, ini sudah hampir sore tapi aku belum makan gara-gara kamu." Yudha merungut sambil bicara.
"Loh kok nyalahin aku sih, aku gak minta ditungguin juga, emangnya aku anak TK kalau sekolah masih ditungguin."balas Vani sengit.
Kenapa orang ini jadi cerewet sekali sih, batin Vani.
"Yaudah ayo kita berangkat" kata Yudha.
Berjalan beriringan menuju lobi, melalui lift yang sudah tersedia. Di dalam lift hanya mereka berdua, sampai di lantai 4, lift kembali terbuka dan masuklah seseorang yang sangat ingin dihindari Vani saat ini.
Vani terkejut, dan beringsut ke belakang Yudha, seperti ingin bersembunyi. Sedangkan Yudha yang melihat keanehan sikap Vani hanya diam sambil melihat suasana.
Pria itu belum mengetahui bahwa ada Vani di dalam lift itu. Setelah pintu lift tertutup sempurna, pria ini mulai mengarahkan pandangannya ke penjuru lift.
Dan tentu saja dia bisa menemukan Vani meskipun telah bersembunyi dibalik badan Yudha yang tinggi sambil menunduk ketakutan.
Akhirnya pria ini membuka suara " Vani... Tidak kusangka bisa ketemu disini. Belum pulang juga kamu? Bagaimana rasanya berhubungan dengan pria lain selain suamimu? Pasti menyenangkan ya? Sampai kau lupa sama anak-anak kamu dirumah?" Kata pria itu jengkel, dan dia tidak tahu bahwa Yudhalah yang telah membawa Vani saat itu.
Belum Vani membuka suara, pria itu berkata lagi" tak kusangka meskipun kamu memakai jilbab tapi kelakuan buruk kamu memang tidak bisa ditutupi bahkan jika kau bercadar".
Vani yang tersulut emosinya marah, "kamu pikir siapa yang bikin aku kayak gini hah? Kamu kasih apa ke minuman aku sampai aku kayak orang gila? Tega kamu Ndra, dari dulu kamu adalah pria pertama yang aku percaya setelah ada yang menyakiti hatiku. Sampai tadi pagi kamu masih tetap kepercayaanku. Tapi ternyata kamu benar-benar sudah berubah. Makanya buruan nikah biar ada yg ngurusin tuh burung pipit kamu, biar gak berkeliaran sembarangan" cerocos Vani.
Yudha yang awalnya penasaran pada pria yang disebut Vani membuatnya sakit hati, malah jadi ingin tertawa mendengar kata-kata burung pipit dari mulut Vani.
Sedangkan Indra, pria yang telah menjebak Vani malah tambah emosi. Telah terangkat tangannya tinggi untuk memukul Vani.
Dengan sigap Yudha mencengkram tangan Indra karena memang postur tubuh Yudha yang jauh lebih tinggi daripada Indra.
"Saya bisa laporkan kamu ke polisi karena tuduhan perbuatan tidak menyenangkan dan rencana tindakan asusila. Juga dengan sengaja melukai orang lain. Kamu belum tahu siapa saya rupanya." Yudha mulai mengancam.
Tapi kepalang malu, Indra menarik kasar tangannya dan melotot pada Yudha.
Tak disangka ternyata Vani telah dilindungi oleh Aryudha, pemimpin sekaligus pemilik hotel tempatnya kerja.
Segera dia meminta maaf pada Yudha, "maafkan saya pak Yudha, sebenarnya memang Vani ini perempuan j*l*ng yang suka menutupi aibnya dengan memakai jilbab. Banyak perempuan seperti dia di jaman ini. Jadi jangan terkecoh dengan sikap sok lugunya ini pak." Indra mulai pembelaan.
Yudha hanya tersenyum tajam mendengar penuturan Indra. Karena siapa Vani, Yudha sangat mengetahuinya.Bagaimana kepribadiannya, Yudha juga sangat paham.
Sedangkan Vani yang telah diintimidasi oleh Indra terus melotot dan tangannya gemetaran, terasa dibagian belakang Yudha karena Vani memegang belakang jas Yudha sambil *******-***** nya.
"Baiklah, jika memang itu pemikiranmu. Akan saya selidiki siapa Vani dan siapa kamu. Jika memang kamu terbukti bersalah, maka siap-siap saja untuk kembali jadi pengangguran" ancam Yudha.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Suharnik
Wauu Yudha kuuueereeen👍👍👍
2022-04-05
0