WR - Tentang Sebuah Rasa
Aku Tiya Adista. Seorang gadis kecil, yang pernah tinggal selama 9 bulan di rahim ibu dan setelah lahir, dibesarkan oleh nenek dan kakek ku. Juga beberapa orang saudara ku yang tinggal bersama kala itu.
Aku tumbuh di lingkungan keluarga yang biasa saja. Meskipun begitu, masa kanak kanak ku terbilang sangat menyenangkan dan istimewa. Walaupun kedua orang tua ku lebih memilih berpisah, bahkan disaat aku masih belum bisa memanggil nya dengan sebutan Mamah Papah.
Tinggal lah aku yang dibesarkan oleh kakek dan nenek ku dengan penuh cinta dan kasih sayang nya. Karena semenjak perceraian itu, mamah lebih memilih memfokuskan dirinya untuk kerja, kerja dan bekerja. Entah lah, apa maksud dan tujuan nya. Walaupun begitu, aku tau dia sangat menyayangiku sebagai anak nya.
Tragedi perceraian yang di alami oleh orang tua ku, telah membuat aku tumbuh menjadi gadis yang tidak terlalu akrab dengan laki laki. Bahkan untuk sekedar berteman dengan laki laki saja rasa nya aku risih.
Pernah, dulu waktu SMP (Sekolah Menengah Pertama). Ada salah seorang teman kelas ku yang menyatakan cinta nya padaku. Tapi, tiba tiba saja badan ku menggigil setengah mati, bukan nya menjawab pertanyaan darinya aku malah berlari sekuat tenaga. Setelah kejadian itu, aku tidak berani lagi pergi sekolah. Seperti ada rasa trauma, beruntung ada temen teman ku yang membujuk ku agar mau kembali bersekolah seperti biasa.
***
Disamping kanan rumah ku, ada sepasang suami istri yang memiliki anak laki laki yang lebih tua dari ku. Jika dilihat dari wajahnya sepertinya dia seumuran dengan kakak laki laki ku. Saat itu beberapa orang dari teman teman nya berkujung kerumah tsb dan tidak sengaja melihat ku yang waktu itu tengah menyapu. Entah apa yang membuat salah seorang dari mereka tertarik pada gadis seperti ku. Tiba tiba saja malam hari nya, pintu rumah ku di ketuk dan terdengar suara seseorang mengucapkan salam. Segera aku berlari untuk membuka pintu, karena biasanya ada beberapa kerabat ku yang akan main dimalam hari. Namun, ternyata kali ini yang sedang berdiri di hadapan ku adalah seorang laki laki yang tidak ku kenal.
"Tiya, ya?" tanyanya pada ku. aku tersenyum ketir melihat kedatangan nya kerumah dimalam minggu.
"Yang benar saja, dia bahkan jauh lebih tua dari ku," gumam ku dalam hati.
"Tunggu dulu, ya." Aku meninggalkan nya pergi tanpa mempersilakan masuk. Aku berlari ke kamar dan mengunci pintu.
"Siapa,Tiya?" Tanya nenek, ketika melihat ku berlari melewatinya di ruang tamu. Aku tidak menjawabnya, ku benam kan wajah ku dibantal dan menangis dengan rasa takut yang mendalam.
Pagi hari nya nenek ku berkata bahwa semalam dia sudah menyuruh anak laki laki itu pulang dan tidak diperkenan kan untuk datang lagi menemui ku. Syukurlah.
Seminggu setelah kejadian itu, aku mendengar bahwa laki laki yang malam minggu lalu main kerumah ku ternyata dipaksa menikah oleh warga karena telah menghamili gadis sebayaku. Astaga, untung saja.
Semenjak kejadian itu, muncul lah niat ku untuk tinggal di pesantren saja. Supaya tidak ada lagi laki laki yang bisa menemuiku. Niatan tersebut disetujui oleh wali ku. Dengan cepat Kakek dan nenek ku mendaftarkan aku disalah satu pesantren didekat sekolah lama ku, "Biar gak usah pindah sekolah," ucap nenek.
Aku diantar ke pesantren hari minggu dengan meminjam mobil milik saudara ku. Awalnya, aku sangat antusias sekali, mengingat ada beberapa orang teman ku yang juga tinggal di pesantren itu. Namun, baru sehari berlalu tiba tiba aku merasa bahwa aku rindu nenek ku. Aku rindu tidur disamping nya. Aku rindu masakan nya dan aku rindu rumah ku.
Hari Rabu, masih belum genap satu minggu keberadaan ku dipesantren itu. Aku memutuskan untuk berhenti dan pulang menggunakan ojeg seorang diri.
Sore hari setelah ke pulangan ku, Nenek akhirnya kembali ke pesantren untuk berpamitan kepada sang Empunya pesantren sembari mengambil beberapa baju dan buku buku yang belum sempat aku bawa.
***
Ketika memutuskan untuk melanjutkan sekolah ke tingkat SMA (Sekolah Menengah Atas). Sebenarnya aku pun tengah dipusing kan dengan transportasi yang akan aku naiki nanti. Jarak tempuh dari rumah ke sekolah membutuhkan waktu paling cepat setengah jam. Sedangkan Nenek dan Kakek ku, mereka tidak mengijinkan aku untuk pulang pergi setiap hari dengan menggunakan motor. Akhirnya, kembali aku memutuskan untuk berdiam diri di Pesantren. Karena jarak tempuh dari pesantren cukup dekat, sehingga tidak membuat ku memerlukan motor untuk berangkat sekolah.
Hari pertama ku masuk SMA setelah beberapa hari menjalani serangkaian ospek dan kegiatan yang lain nya.
Aku di tempatkan disebuah kelas yang bertuliskan "X A". Terlalu banyak orang baru yang belum aku kenal. Beruntung, salah seorang teman ku waktu SMP berada satu kelas dengan ku. Dengan cepat kami memutuskan untuk duduk bersama.
"Arega," Seorang laki laki berseragam putih abu sama seperti ku menjulurkan tangan nya padaku. Aku terdiam untuk beberapa saat, ku tatap dia dengan tatapan heran dan bingung.
"Nama kamu siapa?" Tanya nya lagi.
"Aku, Tiya," dengan gugup aku menjawab pertanyaan nya.
Semenjak kejadian itu, beberapa kali kita sering terlibat dalam suatu obrolan yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Dia orang yang baik, pintar dan juga menyenangkan.
Sesaat sebelum kenaikan kelas tiba, Di sebuah bangku ditaman sekolah, Arega mengajak ku bicara. Ada hal penting yang harus dia sampaikan, tuturnya.
"Kamu mau gak jadi pacar ku?" Pertanyaan itu terlontar begitu saja dari mulutnya.
Aku tidak pernah membayangkan hal ini akan terjadi sebelum nya. Aku menatapnya dengan nanar. Aku merasa sepertinya aku belum siap untuk ini semua. Belum lagi perkara tempat tinggal ku disebuah pesantren yang tidak memperbolehkan aku menggunakan telpon seluler pasti tidak akan membuat nya merasa nyaman berpacaran dengan ku.
"Maaf, aku gak bisa," jawabku setelah memikirkan nya matang matang dan bersiap berlalu meninggalkan nya.
Aku beranjak dari kursi yang menjadi saksi bisu percakapan kita kala itu. Arega diam menyaksikan kepergian ku.
***
Satu tahun sudah aku mengenyam pendidikan di salah satu SMA favorit didaerah ku. Waktu kenaikan kelas pun hampir tiba. Setelah melewati tes dan wawancara.
Akhirnya, aku putuskan untuk mengambil kelas IPS. Lain hal nya dengan teman sebangku ku, dia lebih melilih IPA bersama dengan Arega.
Semenjak kejadian itu, aku dan Arega jarang bertemu. Karena lokasi kelas yang berjauhan dan juga mungkin saja dia marah atas penolakan ku tempo dulu. Pernah sewaktu waktu jika aku tidak sengaja bertemu dengan nya, kami akan saling menyapa meski dalam diam dengan hanya sebaris senyum yang terpampang di muka.
Tiga tahun mengenyam pendidikan di SMA. Tidak terasa hari kelulusan pun tiba.
"ada cerita tentang aku dan dia dan kita bersama saat dulu kala.." sebuah lagu dinyanyikan oleh salah seorang teman ku didepan kelas dengan dibantu oleh gitar nya.
Bulir bulir air mata jatuh membasahi pipi setiap siswa siswi nya. Aku pasti akan merindu kan mereka. Ada dari beberapa teman ku yang ingin bekerja selepas keluar dari SMA dan tidak sedikit juga dari mereka yang ingin melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Aku masih bingung harus memilih yang mana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Puji Nirwana
mantab kak
2020-09-27
0
Setiya
semangat K
2020-09-25
0
Priska Anita
Semangat thor 💪
Like dari Rona Cinta sudah mendarat disini 💜
2020-07-18
0