Adzan subuh berkumandang. Membangunkan ku yang tengah tertidur pulas. Dengan netra yang masih enggan terbuka, Ku ambil hp dan membuka beberapa pesan dari Arega. Sebenarnya, awal awal menjalin hubungan, aku sangat senang dia mengirmkan pesan padaku secara terus menerus. Apalagi di awal awal jadian masih banyak hal hal yang belum kita ketahui satu sama lain. Tapi lama kelamaan entah kenapa sepertinya bosan dengan sikap nya yang seperti itu.
"Bangun, sayang,"
"Udah subuh, cantik,"
"Belum bangun, ya,?"
Begitulah, dia selalu mengirimkan pesan terus menerus bahkan ketika aku tidak membalasnya. Belum sempat aku membalas pesan nya, tiba tiba sudah datang lagi pesan dari nya
"Online. Tapi, kok gak dibales, sih?"
Tepat dugaanku, sepertinya dia terus menerus memperhatikan hp nya dan menunggu aku membalas pesan nya. Tidak bisakah dia mengirimkan sebuah pesan saja dan menunggu ku untuk membalasnya. Kecuali jika ada sesuatu yang penting, barulah aku memakluminya.
Setelah membalas pesan dari Arega dan menjelaskan padanya secara rinci apa yang aku lakukan sehingga baru sempat membalas pesan nya. Ku simpan hp ku dan mengambil air wudhu. Entah kenapa, tiba tiba saja bayangan laki laki dengan rambut yang di ikat kembali muncul dibenak ku, ketika percikan air tepat mengenai wajah ku.
"Astaga, WR." gumam ku dalam hati. untuk kesekian kali nya bayangan laki laki itu kembali muncul di ingatanku. Aku seperti terhipnotis oleh namanya. Rasa penasaran ku memuncak tentang siapa dia sebenarnya. Darimana dia mengetahui ku dan masih banyak pertanyaan pertanyaan lain nya yang bermunculan di otak ku.
Segera ku selesaikan wudhu, serta solat ku. Aku mencoba khusuk dalam beribadah. Sebelum melepas kan mukena yang aku kenakan. Masih dalam duduk dan mengangkat kedua tangan, aku berdoa agar bisa dipertemukan dengan nya lagi. Segera aku bergegas membangunkan cici yang masih berjalan jalan di alam mimpi. Tidak biasanya Cici seperti ini. Dia bahkan selalu bangun lebih awal dari ku.
"Ci. Bangun, Ci. Subuh," ucapku sambil menggoyang goyangkan kakinya.
"Lu, aja dulu, Ya. Gue masih ngantuk berat ini,".
"Berat, berat. abadan lu tuh yang berat. Gue udah kelar. ini mau siap siap tidur lagi,".
"Hmm," Cici bergumam dengan mata masih terpejam.
"Bodo amat," kataku yang tidak dijawab olehnya.
Karena suasana diluar masih gelap dan kebetulan aku kuliah di siang hari. Jadi biasanya, aku akan tidur lagi setelah menyelesaikan solat. Kembali ku ambil selimut ku dan bersiap untuk tidur. Tapi, untuk kesekian kalinya bayangan itu muncul. semakin aku pejamkan mata, semakin bayangan itu tampak nyata. Aneh, hatiku mengatakan bahwa aku aneh. Apa yang istimewa dari nya sehingga aku bisa sampai seperti ini dibuatnya.
DRET..DRET
Ponsel ku berbunyi. Siapa lagi kalau bukan Arega. Biasanya aku antusias mendapatkan tlpn dari nya. Tapi kali ini berbeda. Dengan sedikit rasa malas, aku menjawab tlpn nya. Langsung ku beritahu dia bahwa aku tengah bersia siap untuk tidur lagi dengan nada yang terkesan marah.
"Yah, aku ganggu dong. Maaf, ya." ucapnya seperti merasa bersalah.
Sebenarnya dia meminta ijin dari ku untuk berkunjung kekosan ku di hari minggu nanti. Tapi rasanya aku belum ingin bertemu dengan nya saat ini. Saat ini fokus ku hanya satu yaitu ingin kembali bertemu dengan laki laki yang meminta no ku tempo lalu.
Seperti mengetahui perbedaan dari sikapku. Tiba tiba saja Arega malah menuduh ku bahwa akan ada laki laki lain yang mau mengunjungi ku di hari minggu. WR, katanya begitu. Aneh, bagaimana mana bisa WR mengunjungi ku kalau kosan ku saja dia tidak tau. Sayang sekali arega tidak tahu kalo sampai saat ini aku masih mencari laki laki yang bernama WR itu. Arega berdalih, semenjak kejadian WR meminta no hp ku yang sempat aku ceritakan padanya beberapa hari lalu, sikapku mendadak dingin padanya. Benarkah?
Jantung ku rasanya berhenti mendengar penuturan nya. Benar apa yang dikatakan nya. Baru mendengar nama nya saja, bahkan belum sempat aku melihat wajahnya tapi sikap ku sudah berubah pada Arega. Bagaimana nanti jika aku melihat wajahnya, apakah aku akan jatuh cinta? ah entahlah.
WR, dia memang berbeda. Entah kenapa, ada perasaan yang tidak biasa ketika pertama kali mendengar namanya.
Tidak ingin membahas masalah WR dengan nya terus menerus. Akhirnya aku memilih mengakhiri tlpn yang sudah beberapa menit tersambung dengan alasan ngantuk dan ingin segera tidur. Arega tidak mendebatku, walaupun sepertinya dia mengetahui jika aku tengah berbohong kala itu.
***
Entah sudah berapa lama aku tertidur. Samar samar ku dengar suara motor yang berlalu lalang, suara gelak tawa dan suara orang berbincang yang terdengar dari arah luar.
"Tiyaa, bangun. Mau makan gak, lu?" suara Cici benar benar memulihkan kesadaran ku.
"Loh. Lu, dari mana Ci?" ku tatap Cici yang tengah sibuk dengan beberapa kantong kresek.
"Beli makan. Nungguin lu bangun, keburu mati kelaperan gue,".
"Punya gue, mana?"
"Ini bareng bareng. buruan udah jam 11 noh," ucap Cici sambil menunjuk jam di dinding.
"Ebuset. Siang amat. Ci,". aku tersentak kaget.
"Ya, lu. Tidur kaya kebo mati,".
"Hmmm" gumamku sambil menyantap makanan yang dibwa Cici.
***
Dikampus. Aku kembali mencari laki laki bernama WR yang kemarin sempat meminta no hp ku. Tapi, lagi lagi aku tidak menemuka pria tsb. Jika dia benar menginginkan no ku, kenapa dia malah pergi saat aku hendak menemuinya. Tapi jika dia hanya mempermainkan ku, lantas apa tujuan nya? Itulah yang membuatku ingin memastikan semuanya.
"Ci, bantuin gue Ci. Nyari si WR"
"Lah. Kenal aja kaga, gue,"
"Orang nya tinggi, rambutnya di iket, Ci,".
"Menurut, lu. Kampus ini segede kosan lu, gitu? ini kampus guedeee nyonya. Lu tulis aja namanya di kardus trus lu berdiri noh di pintu depan sambil nanyain nama orang yang lewat satu satu. kenal WR gak? gitu."
"Serius dong, Ci,"
"Lagian lu udah punya pacar masih aja keganjenan. Kurang baik apa sih Tiya, Arega sama lu? hah? kurang ganteng apa dia.," kali ini Cici menatapku dengan tajam.
Arega memang orang yang baik. Meskipun, beberapa kali kami bertengkar dia selalu yang mengalah untuk meminta maaf. Bahkan menurut beberapa orang, Arega termasuk ke dalam kategori orang yang tampan. Beberapa orang teman dikelas ku bilang bahwa aku beruntung bisa menjadi pacarnya. Ah, mereka berlebihan.
***
Hari ini di kampus aku tidak menemukannya. Padahal, aku sengaja datang lebih awal agar punya waktu lebih banyak untuk berkeliling kampus demi mencari sosok lelaki bernama WR yang sudah beberapa hari ini menghilang.
"Tiya, gue cape muter muter terus nih. Biar apa sih lu nyariin dia?" keluh Cici setelah menemani ku berkeliling kampus.
"Gue juga gak tau Ci, yang pasti, cowo itu udah berhasil bikin gue penasaran."
"Iya. Cowo itu juga udah berhasil bikin kaki gue lecet lecet karena jalan kesana kemari dari tadi,"
"Sory ya, Ci," jawabku dengan sedikit tertawa.
Beberapa hari berikutnya pun, tidak ada tanda tanda akan kedatangan nya kembali, untuk meminta nomer hp ku lagi.
Ah sudahlah. Untuk apa aku mengharapkan laki laki yang bahkan aku tidak tau wajah nya. sudah jelas disampingku telah ada laki laki yang baik dan mau mengerti segala keegoisanku ini.
Seminggu berlalu, Aku sudah mulai melupakan nya. Tapi ,aku masih tetap meminta pacarku untuk tidak berkunjung di malam minggu. Dengan alasan, banyak tugas yang harus ku kerjakan. Arega percaya karena aku memaksa Cici untuk ikut berbohong padanya.
***
Sudah 1 bulan Arega tidak menemui ku dan itupun atas permintaan ku. Tapi, walaupun begitu hubungan kami masih tetap hangat walau hanya berkomunikasi via ponsel. Bagi ku tidak masalah, yang terpenting komunikasi diantara kita masih terjalin dengan baik.
Kali ini, aku sudah benar benar melupakan nya. Melupakan laki laki yang dengan seenak jidat nya datang meminta no tlpn ku. Lalu, dia pergi, menghilang, meninggalkan ku dengan rasa penasaran yang mendalam. Kini, aku kembali memfokuskan hubungan ku dengan Arega dan berusaha agar tidak menyakitinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Untari Doank
menurutku terlalu ke GR an sih kamu
2020-06-12
0
mrs. Slide
semangat abizar dari author sebelah
2020-06-10
0
Rabaniyasa
semangat thor..
2020-06-02
1