Surrogate Mother (Ibu Penganti)

Surrogate Mother (Ibu Penganti)

episode 1

Perjalanan ini terasa melelahkan, dan baru saja hendak terlelap suara bising memudarkan kantuk ku.

"Ada apa sih, mba? Aku bertanya pada mba yang berbaring di samping ku.

"Ada anak yang kabur kayak nya rame gitu." jawab mba yang tidur di samping ku.

"Kabur____" Dengan terheran aku berucap.

"Iya kabur. Harus nya kalau belum siap secara mental mending gak usah deh sok-sok an daptar kerja di luar negeri."

Aku hanya menelan ludah mendengar penuturan mba di samping ku. Walaupun kedengaran nya jeru tapi memang ada benar nya yang di katakan si mba tersebut.

Nama ku Sarinah, usia ku dua puluh lima tahun dan aku kini berada di rumah agen *al*****, menunggu majikan menjemput ku.

Aku berasal dari Jawa Barat tepat nya kota Cirebuuunk. Aku sudah menikah dan mempunyai seorang anak laki-laki, berusia sekitar Lima tahun dan kini masih sekolah TK.

Kenapa aku harus pergi kerja, kemana suami ku? Jawaban nya suami ku ada, dan masih tinggal di cirebuunk. Aku pergi murni karena keinginan ku sendiri. Aku penat hidup dalam kesusahan, dan aku akan berusaha mencari pundi-pundi rupiah di negeri orang.

Setelah pundi-pundi money terkumpul aku akan kembali ke Cirebuunk, itu janji ku.

Aku terpaksa memejamkan mata ku, karena rasa kantuk yang teramat sangat mendera mataku. Tak ku hiraukan riuh di luar kamar, aku benar-benar mengantuk, mataku berat untuk di buka.

****

"Mba kita ngapain ya setelah ini?" aku bertanya ke mba yang tidur di sampingku, tepat setelah terbangun dari tidur malam ku.

"Ya kamu mandi dan berkemas, makan dulu baru berangkat ke kantor agen. Nanti siang majikan mu akan datang menjemput. Siapkan mental, kerja di negeri orang tidak akan sama seperti di negeri sendiri."

Aku menganggukkan kepala, ada rasa takut datang menghantui pikiran ku, tapi aku berusaha bersikap tenang dan santai.

"Kerja yang betah ya? Kalau di omeli itu wajar, selagi majikan gak main fisik, kuat gak kuat di kuat-kuatin. Jangan kayak aku yang brutal, aku udah bolak balik ganti majikan, dan kamu tau setiap aku balik pasti agen akan marahi kita habis-habisan sampai sekebon binatang keluar semua," jelas mba yang menasehati ku.

"Iya mba, aku akan mencoba. Semoga kita sama-sama akan mendapat majikan yang baik ya mba?" aku mendoakan nya setulus mungkin.

Aku berjalan di belakang mba, untuk menuju ke dapur, dan membantu mba-mba lain yang sedang sibuk memasak.

"Mba___ Yang lagi masak itu siapa?" Tanya ku penasaran. Karena perempuan itu terlihat berbeda.

"Dia maid agen kita. Dia tinggal disini dong, dengan gaji yang lumayan tinggi tentunya, karena mengurus kita-kita ini."

"Ouh begitu." Aku paham, soal nya aku baru lihat mba yang lagi masak itu pagi ini, sedang yang lain aku udah lihat dari sore kemarin bahkan tidur bersama mereka. Pantas mba itu tidak tidur bersama kami semua, ternyata mba itu maid agen.

mba itu terlihat sangat rapi, berbeda dengan ku yang lusuh, dekil, dan tidak lihai.

mba maid Agen yang bekerja sangat baik, selesai masak dia menyuruh kami semua untuk makan, dan setelah aku selesai makan, aku langsung mengambil tas dan ikut bersama agen ke kantor.

Di kantor aku duduk berdiam, dan hanya menatap ada majikan yang menjemput kami yang baru datang. Ada yang minta tukar dan marah-marah, dan ada yang mengembalikan maid yang di rasa tidak sesuai kriteria keinginan mereka.

Tak selang berapa Lama aku di panggil agen. Aku di suruh duduk di kursi dekat sang agen dengan sepasang suami istri tersenyum ramah padaku.

kikuk sudah pasti, ini pertama kali.

Dalam hatiku berkata. " mungkin kah ini majikan ku? Mengapa masih muda sekali. Aku pikir sudah tua, ini jauh dari ekspetasi ku."

"Sarinah ucapkan hallo ke mereka," titah agen padaku, dengan suara lembut, saat ada majikan suaranya di lembut-lembutkan. Coba tadi pas waktu di rumah, suaranya sama seperti TOA yang ada di masjid kampung ku berada.

"Hello___" sapaku ramah dan tersenyum. berusaha setenang mungkin, walau agak kaku dan kikuk.

Sepasang suami istri itu pun tersenyum, dan sang istri melambaikan tangan, wah jemarinya sungguh lentik.

"Kerja yang baik dan rajin ya Sarinah? Jangan lupa berlaku sopan dan jujur," ucap agen dengan tegas dan menekan.

"Baik, Bu." jawab ku yakin, aku sangat yakin bisa melakukan semua yang di perintahnya.

"Kami pergi dulu, Bu." Ucap majikan ku pada agen. aku pun berpamitan pada agen dan mengikuti langkah kedua majikan ku menuju dimana mobil terparkir.

"Ayo kita naik mobil?" ucap majikan perempuan padaku, suaranya masyaAllah merdu sekali.

Aku pun naik di kursi belakang dan melihat ke samping kanan. Mobil melaju dengan pelan, aku dapat melihat kanan kiri gedung yang menjulang tinggi, gedung bak pencakar langit.

"Apakah kamu senang Sarinah?"

"Iya___" Aku tersenyum senang, bukankah ini pemandangan yang jarang aku lihat. Bahkan belum pernah aku lihat sebelum nya.

" Kamu bingung mau Panggil kami dengan sebutan apa ya Sarinah? Baiklah Panggil aku nyonya dan panggil suami ku Tuan," tegas mereka memberi penekanan, siapa aku dan siapa mereka.

babu tetap lah babu. batin ku tidak bisa menyangkal nya.

"Baik nyonya," jawab ku lirih, menyadari tempat ku.

"Nah, Sarinah kita sudah sampai rumah."

Nyonya dan Tuan pun turun dari Mobil dan membuka pintu rumah. Lalu nyonya berjalan dan menunjukan kamar ku berada.

"Ini kamar mu, itu ada lemari buat menaruh barang-barang mu. Jika kamu mau mandi, itu di sebelah sana ada kamar mandi!" nyonya menunjuk sebuah kamar mandi yang tidak jauh dari dapur. berdekatan dengan dapur.

"Baik nyonya, terimakasih."

"Sekarang kamu cuci kaki dan tangan mu, kemudian beresi baju mu ke dalam lemari itu," nyonya menunjuk lemari di sebelah ranjang kamar tidur ku.

"Baik, nyonya."

Nyonya pun pergi meninggal kan ku di kamar seorang diri. Rumah ini begitu indah dengan sentuhan modern di setiap sudut nya, secara tidak langsung menyatakan sang pemilik yang sangat modernisasi, kaya raya, mungkin begitu.

Kamar ku pun terhitung besar, lebih besar dari kamar ku di kampung.

Aku mulai memasukan baju ku kedalam lemari, ya karena aku hanya membawa tiga pasang baju jadi dengan sangat cepat aku dapat menyelesaikan nya.

"Sarinah___" Kepala nyonya ada di balik pintu.

"Iya, nyonya."

"Kamu makan dulu ini sudah siang. Itu makan, makanan mu sudah aku taruh di atas meja makan!" ucap nyonya padaku.

"Baik, nyonya." aku pun mengikuti langkah kaki nyonya menuju ruang makan. yah aku takjub dengan ruang makan yang terkesan mewah dan elegan.

"Makan lah disitu," nyonya menunjuk sebuah kursi di meja makan.

Aku pun duduk di kursi, dengan malu-malu aku membuka kotak nasi di depan mataku, karena nyonya memandang ku terus menerus.

"Hey kenapa diam saja, ayo makan lah jangan malu-malu?" nyonya membuka kotak nasi dan mendekat kan padaku.

"Makan yang banyak, habiskan ya!" nyonya pun meninggal kan ku dengan sekotak nasi dengan lauk yang sangat komplit.

Aku pun menyendok nasi dan lauk di depan ku, dan rasanya sangat enak sekali, baru kali ini aku makan daging di masak model begini.

Dengan lahap aku memakan habis nasi kotak di depan ku, dan membuang bungkus nya di tong sampah.

Aku bingung harus ngapain, nyonya belum memberikan instruksi apapun. Aku takut salah mengerjakan pekerjaan.

"Sarinah, ini ada baju boleh kamu setrika buat aku," suara nyonya mengagetkan ku yang masih menghayal.

"Baik, nyonya," aku melihat setumpuk baju yang menggunung. Dalam benakku berkata, sudah berapa hari majikan ku tidak menyetrika baju. Dua keranjang besar penuh, bahkan sampai luber-luber menanti ku.

"Kamu tau kan, bagaimana cara menyetrika Sarinah?" tanya nyonya meragukan pekerjaan ku.

"Iya sedikit nyonya Tapi kalau nyonya mau ajarkan trik dan bagaimana cara setrika yang nyonya sukai, sarinah pun akan sangat senang nyonya," jawab ku.

"Tidak___, Tidak Sarinah! Aku tidak bisa menyetrika. Aku hanya memberitahumu jika menyetrika gaun ku lebih baik di balik saja. Karena kamu tau kan, gaun ku itu kebanyakan gaun limited edition semua, dan kamu juga pasti paham, untuk membeli gau tersebut tidak lah dengan sedikit yang."

"Baik, nyonya," aku mulai menyetrika. Aku melirik ke arah jam di dinding menunjukkan jam tiga sore.

dengan bersenandung lirih, aku mengalihkan lelah ku.

**** Aku masih saja terus menyetrika, padahal jam di dinding sudah menunjukkan jam tujuh malam. Panas gak tuh setrika, yang penting jangan sampai terbakar.

bahkan kaki ku mulai terasa pegal. Tapi aku takut menghentikan aktivitas menyetrika ku.

Tak ku dengar suara nyonya maupun tuan, dan aku pun masih setia dengan setrika yang ku genggam di tangan. Aku harus menyelesaikan pekerjaan ini dengan segera.

"Sarinah____ Istirahat lah dulu?" suara nyonya dari ruang tamu, mungkin.

Aku pun menghampiri nyonya barang kali ada yang bisa ku bantu.

"Ini makan lah terlebih dahulu. Setelah itu lanjutkan pekerjaan mu dan pergilah mandi," nyonya mengulurkan sebuah nasi bungkus padaku.

"Baik nyonya, terimakasih?" padahal tangan ku sudah pegal-pegal, hayalan tak seindah kenyataan.

Selesai makan aku melanjutkan menyetrika, hingga selesai saat jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam lebih. Aku berjalan menuju dapur, aku duduk di dapur bingung mau mengerjakan apa lagi. Akhirnya aku pergi mandi.

"Nyonya___" Panggil ku melihat majikan ku sedang mengambil air minum.

"Kok kamu belum pergi tidur?"

"Iya nya masih menunggu perintah nyonya, saya harus ngapain lagi"

"Ouh... Ya tunggu sebentar ya", nyonya pergi meninggal kan ku, tak lama kemudian nyonya mengambil sebuah kertas dan nyonya memberikan nya padaku

"Itu jadwal kerjaan mu tiap hari, jika ada yang tidak paham boleh tanya", tegas nyonya dengan menatap ku

"Baik nyonya", ada keraguan untuk menjawab perkataan nya.

"Sekarang pergi istirahat dan besok lanjut untuk kerja, semoga betah ya"

****

Pagi-pagi aku harus menyiapkan sarapan untuk kedua majikan ku yang akan pergi ke kantor, menyapu halaman yang luas dan menyirami bunga-bunga indah di halaman rumah

Setelah nyonya dan tuan pergi, aku mengumpulkan baju kotor dan mulai mengilas nya di mesin cuci, sambil aku akan mulai mengelap semua rumah dari ruang tamu, ruang makan, ruang keluarga dan kamar.

Saat aku mengelap dan membersihkan kamar tuan dan nyonya, aku baru tau jika nyonya bernama Claudya di sebuah piagam yang ada di meja hias, sedang nama tuan aku sudah tau di perjanjian kontrak kerja jika majikan ku bernama Mohamad Fauzan Al Ghazali

Selesai mengelap seluruh ruangan, aku akan menjemur pakaian yang selesai keluar dari mesin cuci

dan di lanjut menyapu dan mengepel seluruh ruangan sampai kinclong, tidak ada satu pun sampah atau kotoran menempel disana.

"Ah pinggang ku pegal-pegal habis olahraga membersihkan rumah, ku lihat jam sudah menunjukkan jam satu siang", gumam ku lirih

Aku lanjut membersihkan dua kamar mandi sampai kinclong tanpa noda, satu kamar mandi yang ada di kamar tuan dan nyonya, dan satunya lagi, kamar mandi yang berada di dapur.

Tak terasa setelah membersihkan toilet, dan kini jam sudah menunjukan pukul dua lebih dua puluh lima menit, dan perut ku pun terasa keroncongan, dan aku pun bergegas akan membeli makanan di kedai makanan terdekat dengan uang yang tadi pagi nyonya berikan

Aku berjalan saja, dan melihat warna cat rumah serta nomor rumah majikan ku, takut-takut aku lupa arah jalan pulang.

Aku berhenti di sebuah kedai, kayak supermarket, tapi lebih ke pasar ah entah lah masaa bodoh apa namanya

Terpopuler

Comments

Henies YP

Henies YP

nyimak dulu

2022-01-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!