NovelToon NovelToon

Surrogate Mother (Ibu Penganti)

episode 1

Perjalanan ini terasa melelahkan, dan baru saja hendak terlelap suara bising memudarkan kantuk ku.

"Ada apa sih, mba? Aku bertanya pada mba yang berbaring di samping ku.

"Ada anak yang kabur kayak nya rame gitu." jawab mba yang tidur di samping ku.

"Kabur____" Dengan terheran aku berucap.

"Iya kabur. Harus nya kalau belum siap secara mental mending gak usah deh sok-sok an daptar kerja di luar negeri."

Aku hanya menelan ludah mendengar penuturan mba di samping ku. Walaupun kedengaran nya jeru tapi memang ada benar nya yang di katakan si mba tersebut.

Nama ku Sarinah, usia ku dua puluh lima tahun dan aku kini berada di rumah agen *al*****, menunggu majikan menjemput ku.

Aku berasal dari Jawa Barat tepat nya kota Cirebuuunk. Aku sudah menikah dan mempunyai seorang anak laki-laki, berusia sekitar Lima tahun dan kini masih sekolah TK.

Kenapa aku harus pergi kerja, kemana suami ku? Jawaban nya suami ku ada, dan masih tinggal di cirebuunk. Aku pergi murni karena keinginan ku sendiri. Aku penat hidup dalam kesusahan, dan aku akan berusaha mencari pundi-pundi rupiah di negeri orang.

Setelah pundi-pundi money terkumpul aku akan kembali ke Cirebuunk, itu janji ku.

Aku terpaksa memejamkan mata ku, karena rasa kantuk yang teramat sangat mendera mataku. Tak ku hiraukan riuh di luar kamar, aku benar-benar mengantuk, mataku berat untuk di buka.

****

"Mba kita ngapain ya setelah ini?" aku bertanya ke mba yang tidur di sampingku, tepat setelah terbangun dari tidur malam ku.

"Ya kamu mandi dan berkemas, makan dulu baru berangkat ke kantor agen. Nanti siang majikan mu akan datang menjemput. Siapkan mental, kerja di negeri orang tidak akan sama seperti di negeri sendiri."

Aku menganggukkan kepala, ada rasa takut datang menghantui pikiran ku, tapi aku berusaha bersikap tenang dan santai.

"Kerja yang betah ya? Kalau di omeli itu wajar, selagi majikan gak main fisik, kuat gak kuat di kuat-kuatin. Jangan kayak aku yang brutal, aku udah bolak balik ganti majikan, dan kamu tau setiap aku balik pasti agen akan marahi kita habis-habisan sampai sekebon binatang keluar semua," jelas mba yang menasehati ku.

"Iya mba, aku akan mencoba. Semoga kita sama-sama akan mendapat majikan yang baik ya mba?" aku mendoakan nya setulus mungkin.

Aku berjalan di belakang mba, untuk menuju ke dapur, dan membantu mba-mba lain yang sedang sibuk memasak.

"Mba___ Yang lagi masak itu siapa?" Tanya ku penasaran. Karena perempuan itu terlihat berbeda.

"Dia maid agen kita. Dia tinggal disini dong, dengan gaji yang lumayan tinggi tentunya, karena mengurus kita-kita ini."

"Ouh begitu." Aku paham, soal nya aku baru lihat mba yang lagi masak itu pagi ini, sedang yang lain aku udah lihat dari sore kemarin bahkan tidur bersama mereka. Pantas mba itu tidak tidur bersama kami semua, ternyata mba itu maid agen.

mba itu terlihat sangat rapi, berbeda dengan ku yang lusuh, dekil, dan tidak lihai.

mba maid Agen yang bekerja sangat baik, selesai masak dia menyuruh kami semua untuk makan, dan setelah aku selesai makan, aku langsung mengambil tas dan ikut bersama agen ke kantor.

Di kantor aku duduk berdiam, dan hanya menatap ada majikan yang menjemput kami yang baru datang. Ada yang minta tukar dan marah-marah, dan ada yang mengembalikan maid yang di rasa tidak sesuai kriteria keinginan mereka.

Tak selang berapa Lama aku di panggil agen. Aku di suruh duduk di kursi dekat sang agen dengan sepasang suami istri tersenyum ramah padaku.

kikuk sudah pasti, ini pertama kali.

Dalam hatiku berkata. " mungkin kah ini majikan ku? Mengapa masih muda sekali. Aku pikir sudah tua, ini jauh dari ekspetasi ku."

"Sarinah ucapkan hallo ke mereka," titah agen padaku, dengan suara lembut, saat ada majikan suaranya di lembut-lembutkan. Coba tadi pas waktu di rumah, suaranya sama seperti TOA yang ada di masjid kampung ku berada.

"Hello___" sapaku ramah dan tersenyum. berusaha setenang mungkin, walau agak kaku dan kikuk.

Sepasang suami istri itu pun tersenyum, dan sang istri melambaikan tangan, wah jemarinya sungguh lentik.

"Kerja yang baik dan rajin ya Sarinah? Jangan lupa berlaku sopan dan jujur," ucap agen dengan tegas dan menekan.

"Baik, Bu." jawab ku yakin, aku sangat yakin bisa melakukan semua yang di perintahnya.

"Kami pergi dulu, Bu." Ucap majikan ku pada agen. aku pun berpamitan pada agen dan mengikuti langkah kedua majikan ku menuju dimana mobil terparkir.

"Ayo kita naik mobil?" ucap majikan perempuan padaku, suaranya masyaAllah merdu sekali.

Aku pun naik di kursi belakang dan melihat ke samping kanan. Mobil melaju dengan pelan, aku dapat melihat kanan kiri gedung yang menjulang tinggi, gedung bak pencakar langit.

"Apakah kamu senang Sarinah?"

"Iya___" Aku tersenyum senang, bukankah ini pemandangan yang jarang aku lihat. Bahkan belum pernah aku lihat sebelum nya.

" Kamu bingung mau Panggil kami dengan sebutan apa ya Sarinah? Baiklah Panggil aku nyonya dan panggil suami ku Tuan," tegas mereka memberi penekanan, siapa aku dan siapa mereka.

babu tetap lah babu. batin ku tidak bisa menyangkal nya.

"Baik nyonya," jawab ku lirih, menyadari tempat ku.

"Nah, Sarinah kita sudah sampai rumah."

Nyonya dan Tuan pun turun dari Mobil dan membuka pintu rumah. Lalu nyonya berjalan dan menunjukan kamar ku berada.

"Ini kamar mu, itu ada lemari buat menaruh barang-barang mu. Jika kamu mau mandi, itu di sebelah sana ada kamar mandi!" nyonya menunjuk sebuah kamar mandi yang tidak jauh dari dapur. berdekatan dengan dapur.

"Baik nyonya, terimakasih."

"Sekarang kamu cuci kaki dan tangan mu, kemudian beresi baju mu ke dalam lemari itu," nyonya menunjuk lemari di sebelah ranjang kamar tidur ku.

"Baik, nyonya."

Nyonya pun pergi meninggal kan ku di kamar seorang diri. Rumah ini begitu indah dengan sentuhan modern di setiap sudut nya, secara tidak langsung menyatakan sang pemilik yang sangat modernisasi, kaya raya, mungkin begitu.

Kamar ku pun terhitung besar, lebih besar dari kamar ku di kampung.

Aku mulai memasukan baju ku kedalam lemari, ya karena aku hanya membawa tiga pasang baju jadi dengan sangat cepat aku dapat menyelesaikan nya.

"Sarinah___" Kepala nyonya ada di balik pintu.

"Iya, nyonya."

"Kamu makan dulu ini sudah siang. Itu makan, makanan mu sudah aku taruh di atas meja makan!" ucap nyonya padaku.

"Baik, nyonya." aku pun mengikuti langkah kaki nyonya menuju ruang makan. yah aku takjub dengan ruang makan yang terkesan mewah dan elegan.

"Makan lah disitu," nyonya menunjuk sebuah kursi di meja makan.

Aku pun duduk di kursi, dengan malu-malu aku membuka kotak nasi di depan mataku, karena nyonya memandang ku terus menerus.

"Hey kenapa diam saja, ayo makan lah jangan malu-malu?" nyonya membuka kotak nasi dan mendekat kan padaku.

"Makan yang banyak, habiskan ya!" nyonya pun meninggal kan ku dengan sekotak nasi dengan lauk yang sangat komplit.

Aku pun menyendok nasi dan lauk di depan ku, dan rasanya sangat enak sekali, baru kali ini aku makan daging di masak model begini.

Dengan lahap aku memakan habis nasi kotak di depan ku, dan membuang bungkus nya di tong sampah.

Aku bingung harus ngapain, nyonya belum memberikan instruksi apapun. Aku takut salah mengerjakan pekerjaan.

"Sarinah, ini ada baju boleh kamu setrika buat aku," suara nyonya mengagetkan ku yang masih menghayal.

"Baik, nyonya," aku melihat setumpuk baju yang menggunung. Dalam benakku berkata, sudah berapa hari majikan ku tidak menyetrika baju. Dua keranjang besar penuh, bahkan sampai luber-luber menanti ku.

"Kamu tau kan, bagaimana cara menyetrika Sarinah?" tanya nyonya meragukan pekerjaan ku.

"Iya sedikit nyonya Tapi kalau nyonya mau ajarkan trik dan bagaimana cara setrika yang nyonya sukai, sarinah pun akan sangat senang nyonya," jawab ku.

"Tidak___, Tidak Sarinah! Aku tidak bisa menyetrika. Aku hanya memberitahumu jika menyetrika gaun ku lebih baik di balik saja. Karena kamu tau kan, gaun ku itu kebanyakan gaun limited edition semua, dan kamu juga pasti paham, untuk membeli gau tersebut tidak lah dengan sedikit yang."

"Baik, nyonya," aku mulai menyetrika. Aku melirik ke arah jam di dinding menunjukkan jam tiga sore.

dengan bersenandung lirih, aku mengalihkan lelah ku.

**** Aku masih saja terus menyetrika, padahal jam di dinding sudah menunjukkan jam tujuh malam. Panas gak tuh setrika, yang penting jangan sampai terbakar.

bahkan kaki ku mulai terasa pegal. Tapi aku takut menghentikan aktivitas menyetrika ku.

Tak ku dengar suara nyonya maupun tuan, dan aku pun masih setia dengan setrika yang ku genggam di tangan. Aku harus menyelesaikan pekerjaan ini dengan segera.

"Sarinah____ Istirahat lah dulu?" suara nyonya dari ruang tamu, mungkin.

Aku pun menghampiri nyonya barang kali ada yang bisa ku bantu.

"Ini makan lah terlebih dahulu. Setelah itu lanjutkan pekerjaan mu dan pergilah mandi," nyonya mengulurkan sebuah nasi bungkus padaku.

"Baik nyonya, terimakasih?" padahal tangan ku sudah pegal-pegal, hayalan tak seindah kenyataan.

Selesai makan aku melanjutkan menyetrika, hingga selesai saat jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam lebih. Aku berjalan menuju dapur, aku duduk di dapur bingung mau mengerjakan apa lagi. Akhirnya aku pergi mandi.

"Nyonya___" Panggil ku melihat majikan ku sedang mengambil air minum.

"Kok kamu belum pergi tidur?"

"Iya nya masih menunggu perintah nyonya, saya harus ngapain lagi"

"Ouh... Ya tunggu sebentar ya", nyonya pergi meninggal kan ku, tak lama kemudian nyonya mengambil sebuah kertas dan nyonya memberikan nya padaku

"Itu jadwal kerjaan mu tiap hari, jika ada yang tidak paham boleh tanya", tegas nyonya dengan menatap ku

"Baik nyonya", ada keraguan untuk menjawab perkataan nya.

"Sekarang pergi istirahat dan besok lanjut untuk kerja, semoga betah ya"

****

Pagi-pagi aku harus menyiapkan sarapan untuk kedua majikan ku yang akan pergi ke kantor, menyapu halaman yang luas dan menyirami bunga-bunga indah di halaman rumah

Setelah nyonya dan tuan pergi, aku mengumpulkan baju kotor dan mulai mengilas nya di mesin cuci, sambil aku akan mulai mengelap semua rumah dari ruang tamu, ruang makan, ruang keluarga dan kamar.

Saat aku mengelap dan membersihkan kamar tuan dan nyonya, aku baru tau jika nyonya bernama Claudya di sebuah piagam yang ada di meja hias, sedang nama tuan aku sudah tau di perjanjian kontrak kerja jika majikan ku bernama Mohamad Fauzan Al Ghazali

Selesai mengelap seluruh ruangan, aku akan menjemur pakaian yang selesai keluar dari mesin cuci

dan di lanjut menyapu dan mengepel seluruh ruangan sampai kinclong, tidak ada satu pun sampah atau kotoran menempel disana.

"Ah pinggang ku pegal-pegal habis olahraga membersihkan rumah, ku lihat jam sudah menunjukkan jam satu siang", gumam ku lirih

Aku lanjut membersihkan dua kamar mandi sampai kinclong tanpa noda, satu kamar mandi yang ada di kamar tuan dan nyonya, dan satunya lagi, kamar mandi yang berada di dapur.

Tak terasa setelah membersihkan toilet, dan kini jam sudah menunjukan pukul dua lebih dua puluh lima menit, dan perut ku pun terasa keroncongan, dan aku pun bergegas akan membeli makanan di kedai makanan terdekat dengan uang yang tadi pagi nyonya berikan

Aku berjalan saja, dan melihat warna cat rumah serta nomor rumah majikan ku, takut-takut aku lupa arah jalan pulang.

Aku berhenti di sebuah kedai, kayak supermarket, tapi lebih ke pasar ah entah lah masaa bodoh apa namanya

episode 2

Aku perlahan masuk kedalam pasar swalayan, dan aku lihat banyak sayur mayur berjejer rapi beserta harga nya, sungguh pemandangan yang jarang aku lihat

Ya aku akan membeli beberapa sayur mayur, untuk bahan makanan, dan di masak untuk persiapan makan malam, karena nyonya dan tuan akan makan malam di rumah setiap hari, kecuali weekend baru mereka akan dinner diluar begitulah kira-kira kata nyonya

biasanya di kampung, aku akan membeli sayur yang paling murah, karena melihat budget, lain disini, aku senang memilih sayur yang sesuai keinginan ku

Aku memegang seikat bayam segar dan aku terpanah dengan harganya, "di kampung ku lebih murah, disini dapat se ikat di rumah ku boleh dapat tiga sampai lima ikat, eh tapi ini kan bayam import", gumam ku dengan ketawa kecil, dasar udik batin ku

Aku mendekat ke arah daging segar, aku sendiri belum terlalu paham jenis-jenis ikan, dan bagaimana triks memasak nya, tapi aku akan mencoba mengambil daging ayam khusus paha dan beberapa bahan bumbu dapur lengkap

Aku lanjut menuju ke meja kasir, dan segera membayar nya dengan dua lembar uang pecahan Ringgit m***ysia, sekembalinya aku langsung keluar pasar swalayan menuju kedai makan tepat di depan pasar

Ku taruh belanjaan di bawah kursi, dan aku memesan makan siang ku beserta minuman dingin yang menyegarkan tenggorokan ku

"Hey kamu orang indo ya?", Sapa seseorang perempuan berperawakan gendut tapi putih bersih

"Iya kok tau", jawab ku heran, dan sok lugu.

"Nebak aja sih, eh malah benar ye kan, by the way nama mu siapa?"

"Nama ku Sarinah, dan biasa di panggil Sarinah juga"

"Kamu dari kota mana Sar, dan sekarang tinggal di komplek mana?"

"Aku dari kota Cirebuunk, dan sekarang aku tinggal di komplek sana tuh dekat lah, itu nah rumah yang bercat krim ke abu Abuan, ngomong-ngomong nama mu siapa?" Aku balik bertanya dong, berusaha mengakrabkan diri, biar nambah teman

"Nama ku Hayati, aku dari Cirebuunk juga tau"

"Iya kah, wah kita saudara sekampung dong, tidak menyangka ada teman dari kampung halaman", ucapku senang

"Benar banget, senang bisa ketemu tetangga di negeri orang tuh, oh ya Sar kamu udah nikah apa belum?", tanyanya aneh, apa wajah ku terlalu imut untuk usia dua puluh lima tahun

"Udah lah, anak ku aja udah masuk sekolah TK", jawab ku bangga

"Ah serius, ku pikir kamu masih gadis, karena mungkin badan mu yang kurus kali ya"

"Ih bisa aja deh kamu ti"

"Permisi pesanan makanan yang anda pesan", pramusaji datang mengantar makanan pesanan ku

"Iya terimakasih....", Aku menaruh makanan di depan meja ku

"Hayati kamu mau makan apa, biar aku pesanin sekalian, apa mau makan barengan sama aku saja?", tawarku

"Gak usah Sar, aku udah pesan kok, bentar lagi juga datang, nah tu kan udah datang"

"Permisi pesanan makanan yang anda pesan telah datang"

"Oh ya Ti kamu disini tinggal dimana?, Dan kamu udah punya suami apa belum?", aku tanya balik

"Tu rumah majikan ku yang ada pohon belimbing nya", Hayati menunjuk sebuah rumah klasik sangat besar lebih besar dari rumah majikan ku

"Wah besar sekali rumah majikan mu?"

"Ya begitulah Sar, kalau urusan rumah tangga aku udah bercerai setahun yang lalu"

"Oh ma'af ya Hayati aku gak bermaksud..."

"Gak papa Sar ini udah jalan takdir yang harus ku jalani, jadi aku sudah hampir lima tahun bekerja di tempat ini, dan setiap bulan aku selalu mengirim uang pada mantan suami ku di kampung buat biaya hidup dan biaya beli susu dan makanan anak ku.

Tapi nyata nya, uang itu di salah gunakan sama suami ku, dan kini anakku tinggal bersama orang tua ku", sesal Hayati pilu

"Sabar ya Ti, mudah-mudahan ke depan nya hidup mu akan jauh lebih baik, yang penting tetap semangat kerja nyari cuan, demi keluarga kita di Indo"

"Iya sar itu harapan ku, kini aku akan lebih giat bekerja lagi, dan aku akan membuat mantan suami ku menyesal telah menjahati ku, dan satu lagi Sar pesan ku sama kamu, jangan kamu terlalu percaya seratus persen sama suami mu"

"Iya ti, dan mudah-mudahan suami ku orang yang dapat di percaya ya, Aamiin" aku membalas ucapan Hayati, sebab aku tau siapa suami ku

Hayati tersenyum menanggapi ucapan ku yang terlalu naif, dan percaya diri ini

Tak terasa waktu hampir satu jam kami mengobrol, dan kini jam pun sudah menunjukkan pukul empat sore, dan aku harus segera pulang ke rumah majikan ku untuk masak dinner

Aku berpamitan dengan Hayati, dan segera melangkah kan kaki menuju rumah nyonya Claudya dengan sedikit tergesa-gesa

"Akhir nya sampai juga", batin ku dengan keringat yang membasahi badan, karena setengah berlari

****

Selesai menyetrika baju, aku mulai memasak untuk makan malam nanti

Sambil sesekali aku bernyanyi gembira ria agar masakan tambah lezat dengan bumbu cinta, kata pepatah kalau memasak memakai perasaan maka masakan pun akan terasa nikmat

Aku menaruh lima potong daging ayam yang ku masak dengan bumbu rendang kedalam piring kaca, aku menaruh sup bayam pada mangkok kaca bening, ada tempe dan tahu yang ku masak kecap serta ada sambal pete dan teri tawar

"Waktu nya mandi", aku melangkah menuju kamar mandi untuk menyegarkan tubuh yang agak terasa letih

****

"Sarinah boleh buat kan teh untuk mami", nyonya Claudya datang dari arah depan

"Baik nya", gegas ku menuruti perintah majikan ku

"Sar membersihkan piring nya pakai sabun yang banyak, dan taruh dulu lanjut nanti lagi"

Aku pun segera membuat teh untuk tamu yang nyonya bilang adalah Mami nya tadi

klutik...

gelegep

satu cangkir air panas yang ku tuang, dalam teh merk Lipton dan sepotong jeruk lemon, membuat teh buatan ku harum wangi

"Silahkan di minum teh nya, nyonya", ucap ku pada Nyonya besar, karena selain tua, nyonya besar memiliki badan yang besar, hihihi

"Iya terimakasih", jawab nyonya besar yang berwajah menyeramkan tersebut.

"Nyonya muda mau teh juga", tanya ku pelan, takut di gas

"Gak Sar makasih", jawab nyonya Claudya cepat

"Tuan muda apa mau teh lemon hangat?", tanyaku pada Tuan Fauzan, ah ini menyebalkan, jika di rumah aku malas bertanya-tanya, pengen buat, ya langsung tak buatin satu teko

"Ya boleh"

Aku pun segera membuka kulkas, mengambil lemon dan memotong nya dan menyeduh dengan teh bersama air panas tanpa gula, entahlah rasanya bagaimana, harum sih iya, rasanya pasti asem-asem pahit, syeger...

"Ini tuan teh nya", aku meletakkan teh di meja lengkap dengan tatakan kecil

"Makasih Sar"

Akupun berlalu meninggal kan mereka yang mengobrol asik, dan aku akan melanjutkan mengelap piring dan sendok yang ku cuci tadi, dan akan menyimpan nya ke rak.

"Kamu sudah konsultasi ke dokter Cla", suara nyonya besar bertanya dengan nyonya Claudya, samar aku mendengar.

"Sudah ma, kemarin aku pergi bermasa mas Fauzan, kami datang menjumpai dokter spesialis kandungan"

"Dan apa kata dokter, apa ada masalah pada alat reproduksi kalian?"

"Tidak ma, kami berdua sehat ma", jawab tuan Fauzan

"Lalu kenapa di usia pernikahan kalian, yang sudah menginjak delapan tahun, Claudya tak kunjung hamil", nyonya besar terlihat bertanya-tanya penuh kekecewaan

"Sabar ma, mungkin Tuhan belum bisa mempercayai kita untuk menjaga seorang anak", tuan Fauzan nampak menenangkan nyonya besar, ah tuan Fauzan baik sekali, menjaga perasaan sang istri

episode 3

Aku yang mengambil gelas kotor bekas tuan Fauzan dan nyonya besar, dan segera mencucinya di wastafel, aku tidak bisa melihat ada yang kotor, sebab nyonya Caludya akan mengecap ku pemalas, jika aku bermalas-malasan

bekerja itu capek, jadi jangan melihat total gaji yang ku dapat, tapi lihat lah pekerjaan ku, terutama perasaan ku.

Aku agak mendengar suara orang beradu suara, sedang nyonya besar sudah pulang, lalu itu suara siapa lagi kalau bukan tuan dan nyonya Claudya

Sayup-sayup ku dengar suara lengkingan nyonya Claudya, hais ini lebih mengerikan dari pertengkaran ku dengan suami ku

Aku pelan-pelan menajamkan Indra pendengaran, dan masih duduk di bangku dapur dengan mengelap kaca dapur, aku terlalu keppo, tapi mau bagaimana lagi, pura-pura tidak mendengar, tapi aku dengar.

"Semua percuma mas, percuma"

"Apa nya yang percuma Cla, gak ada yang percuma jika kita mau berusaha dan berdoa"

"Tapi nyatanya, sampai delapan tahun usia pernikahan kita belum juga di karuniai anak kan", ketus nyonya Claudya

"Mungkin kita harus lebih giat lagi Cla, percaya kita pasti bisa punya anak", tuan Fauzan terdengar berusaha menekan emosi nyonya Claudya

"Gak mas, aku gak yakin dengan kondisi ku, bahkan kamu tau sendiri kan, ini semua akibat aborsi yang pernah aku lakukan dulu, karena kejadian itu aku mengalami pendarahan dan dokter terpaksa memotong salah satu saluran tuba falopi untuk menghentikan pendarahan yang ku alami, dan akibat kejadian itu sangat mustahil untuk ku mempunyai keturunan, jika pun ada itu kemungkinan nya sangat kecil"

"Cla sudah hentikan aku mohon, sudah please jangan bahas itu lagi, aku gak mau ada yang tau masalah ini apalagi mami, aku minta hentikan Cla"

"Itu kenyataan nya mas itu fakta nya, aku gak sanggup harus membohongi orang tua kita terlalu lama, mereka harus tau dengan keadaan ku yang sebenar nya"

"Cla aku yakin suatu hari nanti kita bisa menemukan jalan nya, berhentilah menangis sayang", suara tuan Fauzan menenangkan nyonya Claudya

lama-lama aku pun merasa takut karna telah mendengar rahasia majikan ku, aku takut mereka tau aku mendengar nya, lalu mereka membunuhku seperti di film-film.

Dengan cepat aku kemasi semua barang bekas makan, kaca yang aku lap, sepatu bekas kerja aku bereskan, sampah ku buang, lalu segera berlalu masuk kedalam kamar.

klik

****

"Sar nanti malam gak usah masak ya, kami akan dinner di luar, kamu masak lah untuk makan malam mu sendiri"

"Baik nya"

"Satu lagi kalau mami datang kesini, bilang aja kami dinner di luar dan akan pulang larut malam"

"Siap nya"

"Ya udah kami berangkat dulu, jaga rumah baik-baik Sar"

Nyonya Claudya dan tuan Fauzan pergi ke kantor secara bersama, dan aku pun segera mengerjakan tugas daily pekerjaan rumah dengan semangat dan ceria

Ting

tong

"Siapa ya", gumam ku, sambil berjalan membuka pintu, sebelum pintu benar-benar terbuka, aku menilik dari balik horden, ternyata nyonya besar yang datang.

"Eh nyonya besar, silahkan masuk nya", ajak ku setelah membuka pintu

"Terimakasih Sarinah", nyonya besar melenggang masuk kedalam rumah

"Nyonya besar mau minum atau makan apa, biar saya buatkan?"

"Tidak terimakasih, aku udah makan di luar dan hanya pengen mampir kesini menemui Claudya, dimana dia sekarang?"

"Nyonya sudah berangkat ke kantor nya"

"Kantor.....", nyonya besar terkaget-kaget, aneh...

"Iya nya"

"Pulang jam berapa dia, jam tujuh sudah pulang kan?"

"Biasanya sih iya nya, tapi tadi nyonya Claudya berpesan bahwa dia malam ini akan pulang larut malam, karena akan dinner bersama tuan Fauzan"

"Hm.... Baik lah, nanti tolong bilang dengan nya bahwa aku datang ke rumah ini, dan bilang padanya untuk berhenti bekerja dan progam hamil segera, awal nya aku bilang agar dia ambil maid agar dia tak kelelahan, tapi kalau dia masih ngantor itu juga akan membuat dia stres karena pekerjaan kantor yang menumpuk, lalu kapan istirahat dan fokus buat promil"

"Baik nya", aku merasa takut

"Ya sudah saya mau pulang"

"Hati-hati ya nyonya besar di jalan, bye-bye", salam ku

Aku melihat nyonya menaiki mobil beserta sopir pribadi, sopir yang bekerja pun begitu nyonya besar datang dengan sigap membuka pintu mobil

Dalam hati ku mana mungkin aku berani mengatakan pada nyonya Claudya soal pesan nyonya besar, sedang aku tau nyonya Claudya tidak bisa mempunyai anak

Aku bingung harus bagaimana, dan aku berusaha enjoy dan melanjutkan aktivitas ku seperti biasa, itu masalah mereka, biarlah mereka yang berpikir, aku akan memikirkan masalah ku sendiri

****

Suara mobil tuan Fauzan terdengar parkir di depan garasi, dan aku segera membuka pintu depan menyambut kedua majikan ku datang

"Loh Sar kok belum tidur, ini udah malam loh", nyonya Claudya menatap ku tidak suka

"Belum ngantuk nya", jawab ku jujur

"Oh ya tadi mami datang kesini tidak?"

"Iya nya", aku membawa sandal nyonya Claudya, dan menaruhnya di rak sepatu

"Ngomong apa mami sama kamu Sar?", sarkas nyonya Claudya

"Gak ada nya, gak ada ngomong apa-apa", aku terpaksa bohong agar tak menyakiti perasaan majikan ku tersebut.

"Bagus lah"

Nyonya pun memasuki kamar nya dan dapat ku lihat mata nya yang sembab oleh tangis mungkin bisa jadi begitu

****

Hari demi hari nyonya besar sering datang kerumah dan terus mendesak nyonya Claudya untuk segera mempunyai momongan

Karena selain malu di gunjing teman arisan, nyonya besar juga sangat merindukan seorang cucu, lagi pula siapa yang akan mewarisi harta kekayaan mereka jika mereka tidak punya anak, itulah keluh kesah nyonya Saban hari, dan hal itu kontan membuat nyonya Claudya sering menangis dan bersedih

Apalagi santer nyonya besar membawa seorang wanita muda yang tak kalah cantik dari nyonya Claudya, dan mengatakan akan menjadikan wanita cantik itu sebagai istri kedua tuan Fauzan

Kejadian itu benar-benar membuat nyonya Claudya sakit fisik, karena terlalu memikirkan problema yang di hadapinya

Nyonya sering jatuh sakit, dan merenung berdiam diri, aku tau dan yakin pasti batin nyonya sangat tertekan

walau dia orang kaya, tapi tetap hatinya sama kayak kita

Malam ini aku habiskan dengan menelpon putra kecil ku di kampung, Ilyas Anugerah yang terdengar sangat menggemaskan, dari cara bicaranya seperti orang dewasa yang menasehati ku agar selalu ingat Tuhan, beribadah dan selalu jaga kesehatan

bahkan di usianya yang baru lima tahun, Ilyas mampu menghapal beberapa surat-surat pendek di dalam Alquran, benar-benar bagus didikan suami ku di kampung.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!